Inilah kisah saya. Ketika saya lulus SMA. Ketika saya lagi bingung harus memilih jurusan apa yang sesuai dengan bakat dan hobby saya. Bahkan saat saya tak pernah tau dengan jelas sebenarnya apa yang menjadi bakat dan hobby saya. Banyak brosur Perguruan Tinggi berserakan di meja belajar saya tapi tak ada satu jurusan pun yang benar menjadi pilihan. Malah sempat berpikir untuk tidak melanjutkan kuliah. Tapi saat itu orang tua mengharapkan saya harus kuliah. Tapi orang tua juga tidak pernah tau saya harus melanjutkan ke mana. Yang jelas saya kuliah di pulau Jawa karena SMA saya juga di kota Surabaya. Mungkin sekitar satu bulan saya dibawa kegalauan dan kebingungan. Lalu saya memutuskan untuk tidak berpikir kuliah lagi dan serahkan saja semuanya pada Dia yang telah menciptakan saya. Saya sadar inilah keputusan yang paling berat seumur hidup saya dan tak bisa saya putuskan sendiri tanpa Dia. Dengan kepasrahan saya Dia mendengarkan setiap ucapan-ucapan hati saya. Tak lama kemudian orang tua menelpon lagi, menanyakan kepastian saya. Saya hanya menjawab saya tetap mau kuliah saya masuk jurusan Sospol. Orang tua sempat memberikan masukan dan menceritakan banyak hal seakan mereka tak merestui kalau saya memilih jurusan Sospol lalu saya mencoba bertanya. Kira-kira jurusan apa yang cocok buat saya? Orang tua memberikan jawaban, bagaimana kalau dokter hewan. Ketika itu juga badan saya merinding seakan orang tua ada bersama Dia. Saya menjawabnya, iya! Dalam hati saya sempat mengucapkan terima kasih pada Dia karena itulah jawaban pertanyaan hati dan do'a saya. Ketika saya menjawab iya orang tua sempat menggiring saya lagi masuk Kedokteran Orang/manusia tapi saya menolaknya dengan keras, karena saya sudah merasa tepat dengan dokter hewan alasan saya waktu itu kedokteran orang/manusia itu mahal tapi orang tua masih mau saja kalau saya mau tapi tetap saya tidak mau.
Ketika malam menjelang tidur saya mencoba untuk mengingat lagi telpon sore hari dengan orang tua. Banyak pikiran yang terlintas di benak. Antara mengingat masa lalu saya ketika orang tua serta kakek nenek yang hobby beternak dan mengukir masa depan seperti apa? Sempat berpikir juga kampus mana yang harus saya tempuh. Antara Unair Surabaya dan UGM Jogjakarta. Lalu saya memilih saja tetap di Surabaya. Ketika semuanya sudah kupastikan saya memutuskan untuk pulang kampung berlibur sekalian menunjukan nilai-nilai saya selama SMA pada orang tua. Sudah sebulan lebih tiga minggu berlibur, saya kembali ke Surabaya untuk mencoba daftar di FKH Unair Surabaya ternyata pendaftarannya sudah tutup. Saya sempat stress karena mendapat inforamasi yang tidak akurat. Tak tau harus ke mana lagi? Sementara jurusan S1 Kedokteran Hewan di Surabaya cuman ada di Unair. Saya kembali bingung dan memilih diam sepanjang waktu. Saya berdo'a lagi. Tuhan ke manakah yang Engkau mau? Tunjukkan jalanMu. Tak sempat kuterlarut berpikir lalu kucoba melihat kembali brosur yang saya simpan. Yang saya temukan adalah brosur UWKS terus saya lihat jurusan apa saja yang ada. Ternyata benar ketika itu tercantum jelas program studi D3 Kedokteran Hewan tapi masih Fakultas Pertanian. Tak apalah kucoba saja, pikirku dalam hati daripada aku tunda kuliah tahun depannya lagi. Saya menuju UWKS menayakan informasi yang akurat. Kampus UWKS waktu itu masih menerima mahasiswa baru dan pihak kampus menjanjikan untuk segera buka S1 nya dalam waktu yang tak terlalu lama. Lalu saya putuskan untuk segera mendaftarkan diri saya sebagai mahasiswa D3 Kedokteran Hewan. Saat itu juga saya sempat berpikir dengan dengan jawaban do'a saya. Saya sadar inilah jalanku benar dari Dia.
Sudah semester empat saya kuliah S1 Kedokteran Hewan dibuka. Orang tua menyarankan saya untuk segera transfer ke S1 biar semester lima/tahun ajaran baru saya sudah mahasiwa di S1 Kedokteran Hewan. Tapi saya pastikan untuk selesaikan dulu D3 nya biar pengalamannya lebih banyak. Pikirku waktu itu! Orang tua merestuinya. Setelah D3 selesai baru aku lanjut S1. Step by step. S1 nya juga sudah selesai. "Banyak pelajaran yang aku terima". Kini saya sudah KOAS melanjutkan pendidikan profesi dokter hewan yang sebentar lagi menjadi seorang dokter hewan. Saya berterima kasih buat Dia yang sudah menunjukan jalan ini. Inilah tanggung jawab saya yang Dia berikan. Yang kuyakin dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia. Inilah kisah saya yang tak pernah berjalan sendiri tanpa Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar