Senin, 20 Juni 2016

EKONOMI VETERINER



  1. PENDAHULUAN
“Ekonomi Veteriner” (Veterinery Economics) adalah suatu hal yang masih baru dan masih belum banyak diterapkan di bidang kesehatan hewan di Indonesia. Apa yang dimaksud dengan ekonomi veteriner? Ekonomi veteriner adalah suatu ilmu yang mempelajari penerapan prinsip prinsip ekonomi didalam di dalam menganalisis suatu kegiatan veteriner.
Selama dua dasawarsa terakhir ini, Negara Negara maju  yang berarti dalam pengembangan teknik teknik analisis ekonomi yang digunakan dalam perencanaan meupun evaluasi program program kesehatan hewan. Dalam lima tahun belakangan ini ekonomi veteriner semakin popular dan meningkat penggunaannya di Negara Negara berrkembang termasuk Indonesia.
Setiap program kesehatan hewan selalu dikaitkan dengan bobot keuntungan yang diperoleh baik bagi peternak maupun bagi ekonomi nasional. Penerapan analisis ekonomi sangat membantu didalam proses pengambilan keputusan dalam menentukan skala prioritas maupun strategi pengendalian suatu penyakit. Suatu prinsip ekonomi yang berlaku disemua bidang adalah bagaimana para pengambil keputusan dapat menekan pengeluaran dana sekecil mengkin, akan tetapi dapat memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya.
Dimasa lalu, keputusan dibidang kesehatan hewan hampir semua didasarkan atas data teknis yang menyangkut aspek kedokteran hewan murni. Akan tetapi profesi kedokteran hewan telah berkembang sedemikian rupa sehingga setiap penambilan keputusan harus selalu mempertimbangkan konsekwensi social maupun ekonomi yang timbul sebagai akibat dari keputusan tersebut. Oleh karena nya profesi kedokteran hewan masa kini tidak hanya merupakan suatu ilmu yang melayani perindividu ternak dengan pendekatan klinis saja, tetapi telah dihadapkan pada wawasan ilmu yang lebih luas dan lenih kompleks. Melahan telah mencakup berbagai disiplin ilmu diluar bidang kesehatan hewan itu sendiri seeperti ekonomi, social, dan menejemen, statistic, matematika, perencanaan, system informasi, ilmu computer dan lain lain.
Mengingat begitu luasnya titik singgung dengan ilmu ilmu yang lain, maka ekonomi dalam kaitan nya dengan kesehatan hewan tidak bisa lepas begitu saja dari ilmu yang lain tanpa saling mengisi satu sama lain. Seperti halnya ekonomi veteriner perlu ditunjang oleh pengetahuan mengenai epidemiologi dan statistika. Epidemiologi adalah dasar utama yang melatar belakangi perhitungan ekonomi yang dibuat, misalnya dalam menentukan parameter parameter apa saja yang akan digunakan untuk menghiitung kerugian akibat suatu penyakit tertentu, bagaimana perubahan parameter tersebut apabila dilakukan usaha pengendalian penyakit dan lain sebagainya ini tentunya menuntut suatu keahlian dari para dokter hewan unuk mengetahui dan mempelajari epidemiologi dai suatu penyakit sebaik baiknya, sehingga analisis ekonomi yang dilakukan selalu mengikuti sifat dan karakteristik dari setiap penyakit. Begitu juga statistic sangat diperlukan dalam analisis ekonomi terutama dalam pengumpulan data yang benar sehingga menghasilkan analisis yang dapat dipercaya.

  1. PENDEKATAN EKONOMI TERHADAP BIDANG VETERINER.
Kalau kita berbicara tentang peningkatan bidang kesehatan hewan, ini berarti menyangku soal keuntungan yang diperoleh dari produksi ternak dan hasil ternak baik produsen maupun konsumen. Keuntungan bagi produsen berarti peningkatan produktivitas dan laba tinggi, sedangkan bagi konsumen berarti kwalitas baik dengan harga yang rendah.
Di Indonesia pada saat ini telah dijalankan bermacam macam usaha tersebut untuk mengatur sumber sumber yang ada dalam usaha meningkatkan bidang kesehatan hewan. Akan tetapi dirasakan adanya tantangan yang makin mendesak untuk membuat prioritas yang tepat dan lebih mengenai sasaran, sehingga dana yang ada dapat dialokasikan pada program program kesehatan hewan yang jauh lebih menguntungkan. Untuk menghadapi tantangan ini dibutuhkan suatu pendekatan baru yang diharapkan dapat mengatasi masalah masalah pembangunan peternakan dewasa ini terutama masalah peningkatan produksi ternak dan hasil ternak.
Lebih jauh lagi dapat dikemukakan bahwa terdapat kompetisi yang cukup ketat disegala sector ekonomi nasional. Apalagi program program kesehatan hewan membutuhkan sumber dana yang cukup dalam pelaksanaannya, adalah suatu tugas profesi kedokteran hewan untuk dapat memberi kan keyakinan kepada pihak pihak lain terutama sekali pihak yang mengelola sumber dana, seberapa jauh dana kesehatan hewan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat dan dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan apabila dana tersebut dialokasikan pada bidang lainnya.
Mengingat hal hal yang telah dikemukakan sudah saatnya bagi kita di Indonesia untuk mulai memikirkan suatu prinsip prinsip dasar kesehatan hewan dengan pendekatan ekonomi yang dapat digunakan untuk membangun suatu prinsip produksi yang sanggup diterima dan dijalankan oleh para petani peternak. Untuk melaksanakan ini tentu nya tidak mudah oleh karena cara pemikiran tradisional masih sulit diubah dan kunci kea rah pemikiran modern belum ditemukan. Untuk system produksi haruslah dipilih dari beberapa alternative yang mampu meningkatkan industri peternakan dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani peternak per individu.
Masalah kesehatan hewan tidak lagi dipandang sebagai suatu masalah terpisah akan tetapi harus dipandang sebagai satu bagian dari suatu system yang lebih luas yaitu pembangunan peternakan dalam kaitan nya dengan pembangunan pertanian dan ekonomi nasional. Tidak hanya masalah kesehatan hewan yang berubah secara alamiah, akan tetapi setiap bagian dari system tadi akan bergerak menuruti waktu. Pergerakan ini perlu diikuti oleh setiap pengemban profesi kedokteran hewan dan malahan jalan pemikiran haruslah dipengaruhi oleh perubahan perubahan yang terjadi.
Perhatian utama dari profesi adalah pengamanan ternak maka untuk itu perlu disadari bahwa setiap tahap dalam pembangunan peternakan memerlukan bentukk pelayanan kesehatan hewan yang disesuaikan dengan tahapan yang ada dan setiap indusutri peternakan yang berbeda memerlukan strategi yang berbeda pula.
Apabila prinsip prinsip tersebut diatas sudah dapat diterapkan dan dihayati, maka prioritas program program kesehatan hewan dapat lebih terarah, terkait dengan system yang lebih luas seta sejalan dengan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Mengapa ekonomi veteriner menjadi penting akhir akhir ini? Seperti juga bidang bidang lainnya keceatan perubahan setiap bidang sedemikain pesatnya sehingga apabila bidang kesehatan hewan tidak mengikuti kecepatan perubahan ini, maka suatu saat keadaan yang rawan akan timbul dimana kesehatan hewan tidak lagi dapat dippertahankan sebagai aspek yang penting didalam program program peternakan ecara keseluruhan.

  1. MANFAAT APLIKASI EKONOMI VETERINER
Beberapa Negara maju sudah banyak melakukan perhitungan kerugian ekonomi nasional akibat penyakit ternak. Di Australia sebagai Negara dimana bidang peternakan maju pesat telah dikembangkan teknik teknik analisa ekonomi sehingga para perencana dapat menetapkan bahwa dana yang telah ditanamkan dibidang kesehatan hewan pada umunya akan menghasilkan keuntungan sebesar 5 – 15 kali dari investasi.
Menghitung kerugian suatu penyakit belumlah dapat membantu melakukan pengambilan keputusan, akan tetapi dapat dipakai untuk menentukan urut urutan penyakit menurut kepentingan ekonominya.

Kerugian
Effektivitas pengendalian
Biaya program pengendalian
Keuntungan bersih
Penyakit A
10 milyar
50 %
2 milyar
3 milyar
Penyakit B
Program 1
6 milyar
50 %
0,1 milyar
2,4 milyar
Program 2
6 milyar
90 %
0,5 milyar
4,0 milyar

Suatu penyakit A menimbulkan kerugian 10 milyar. Untuk mengurangi sebesar 3 milyar dibutuhkan biaya pengendalian sebesar 2 milyar. Sedangkan penyakit B menimbulkan kerugian 6 milyar, dengan biaya pengendalian penyakit sebesar 0,1 milyar. Apabila effektivitas dipertinggi menjadi 90 % berarti biaya meningkat menjadi 0,5 milyar maka pengurangan kerugian dapat menjadi lebih besar lagi yaitu 4, 0 milyar.
Dari contoh diatas dapat dilihat meskipun kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit A lebih besar dari penyakit B, akan tetapi program pengendalian penyakit B lebih layak dijalankan dibandingkan dengan program pengendalian penyakit A oleh karena keuntungan yang diperoleh adalah lebih besar. Jadi informasi kerugian akibat penyakit adalah suatu usaha penting yang dapat dipergunakan untuk memulai bagaimana strategi yang akan diambil dalam menjalankan program program kesehatan hewan.
Menghitung komponen keuntungan dari suatu program pengendalian penyakit yang jauh lebih sulit dan rumit dibandingkan dengan menghitung biayanya. Hal ini disebabkan karena komponen keuntungan terdiri dari keuntungan yang financial dan non financial serta kategori keuntungan keuntungan lainnya yang merupakan akibat langsung maupun tidak langsung dari sukses nya suatu progam.
Sebagai contoh diambil program pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sedang dijalankan di Indonesia. Kategori keuntungan yang bisa diperoleh apabila program pengendalian PMK berhasil dilaksanakan adalah keuntungan financial dari meningkatnya produktivitas ternak, meningkatnya berat badan, naiknya produksi susu, naiknya harga satuan ternak dan lain lain sebagainya yang kesemuanya dapat ddihitung secara kwantitatif. Sedangkan keuntungan non financial yang sulit dihitung secara kwantitatif dan sifatnya social yaitu misalnya jadwal panen yang todak terganggu oleh karena tenaga kerja ternak cukup, arus lalu lintas ternak terbuka sebagai akibat bebasnya suatu wilayah dari PMK dan lin sebagainya. Keuntungan tidak langsung dari program pengendalian PMK bisa disebut lagi seperti terbukanya kemungkinan eksporkeluar negri serta keuntungan keuntungan lain yang cukup memberikan arti ekonomis bagi masyarakat. Kesemuanya ini memberikan pengaruh beruntun meskipun sulit dihitung seara kwantitatif akan tetapi nyata dan dapat dirasakan.
Contoh lain yang lebih ekstrim betapa rumitnya menghirung keuntungan, misalnya dalam program pengendalian rabies yang merupakan penyakit yang sifatnya zoonosis. Keuntungan financial yang dapat dihitung adalah biaya program pencegahan rabies baik itu biaya vaksinasi maupun biaya operasi penangkapan dan pembunuhann anjing anjing liar dapat ditekan ekecil mungkin. Keuntungan social yang sangat nyata berpengaruh adalah timbulnya rasa tentram dalam hidup masyarakat dengan berkurangnya bahaya rabies.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bagaimana maanfaat aplikasi ekonomi dibidang veteriner terutama didalam membantu para pengemban profesi kedokteran hewan melakukan perencanaan, dilapangan berdassarkan gambaran besarnya kerugian, biaya maupun tingkat keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan program yang ditawarkan.


  1. TEKNIK TEKNIK ANALISA EKONOMI
Seperti telah disinggung diatas analisis ekonomi perlu ditunjang oleh dta epidemiologis. Penilaian terhadap bobot analisa yang dibuat tergantung kepada bobot epidemiologi yang di telaah. Begitu juga untuk dapat memahami teknik secara keseluruhan maka pengertian atau istilah istilah ekonomi haruslah dipahami terlebih dahulu.
Dibawah ini diuraikan secara singkat 3 (tiga) teknik analisa ekonomi yang dapat digunakan dibidang kesehatan hewan sebagai berikut.
1.      Budgeting
Teknik ini pada prinsipnya merupakan analisa yang memperhitungkann seluruh anggaran yang menyangkut biaya (cost) maupun pendapatan (return) yang diperoleh dari hasil pelaksanaan program pengendalian penyakit. Teknik ini dapat diterapkan untuk analisis suatu penyakit atau sindrom penyakit tertentu. Analisis mempertimbangkan kemungkinan apabila penyakit terjadi atau tidak terjadi selama program dilaksanakan.
2.      Gross margin analysis
Teknik ini diterapkan untuk analisis ekonomi ditingkat perusahaan atau sejumlah peternakan tertentu, dengan mempelajari pengaruh dari program pengendalian penyakit terhadap berbagai aspek dari perusahaan atau sejumlah peternakan tersebut. Gross margin dari suatu perusahaan adalah pendapatan perusahaan tersebut (gross income) dikurangi eluruh biaya yang diperlukan menurut kenutuhan (variable cost), seperti biasa makanan ternak, biaya obat obatab hewan, tenaga kerja dan lain ssebagainya. Gross margin pada umumnya dihitung per ekor atau per unit.
3.      Benefit cost analysis
Pada umumnya teknik ini digunakan untuk analisa program pengendalian penyakit yang sifaatnya lebih luass baik itu regional maupun nasional dan berlangsung selama periode tertentu untuk bisa mencapai hasil yang optimum. Teknik ini lebih kompleks karena bukan saja mencakup variable yang begitu banyak tetapi juga menentukan keseluruhan komponen biaya maupun keuntungan yang diperoleh pada periode pelaksanaan program maupun sesudah program dilaksanakan. Analisis ini digunakan sebagai indicator untuk menilai diterima atau tidaknya suatu proyek yang diajukan.

Teknik pertama dan kedua pada umumnya dipakai untuk analisa program program pengendalian penyakit yang dilaksanakan pada suatu perusahaan tertentu atau sejumlah peternakan sample di wilayah tertentu. Kedua teknik ini dikenal dengan istilah analisis MIKROEKONOMI dimana analisis hanya menyangkut produsen maupun konsumen per individu serta pengaruh timbale balik yang timbul. Sedangkan teknik ketiga di kenal dengan istilah analisa MAKROEKONOMI dimana analisis menyangkut eknomi secara keseluruhan seperti pengelolahan pendapatan daerah maupun nasioanl, bahkan lebih jauh lagi menyangkut cadangan devisa Negara, perdaganan nasional, pemasaran dan lain sebagai nya.

  1. KESIMPULAN
Dengan semakin berkembangnya bidang peternakan di Indonesia maka sudah saatnya pendekatan eknomi terhadap bidang veteriner dikaji secara lebih mendalam untuk mengukur sampai sebarapa jauh kesehatan hewan memberikan andil dalam pembangunan peternakan. Adalah suatu pengembangan profesi apabila seorang dokter hewan di masa depan bukan hanya bergumul dengan masalah penyakit hewan, akan tetapi diharapkan dapat menjadi tenaga ahli dibidang epidemiologi dan ekonomi veteriner untuk dapat memberikan jawaban atas dasar penilaian sosio ekonomi terhadap tantangan dan masalah masalah peternakan masa kini dan masa mendatang. Untuk itu secara simultan dapat membantu meningkatkan kemampuan seorang dokter hewan didalam menjalani profesinya.

PERENCANAAN DAN EVALUASI TERHADAP KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Tujuan : Memperkenalkan beberapa teknik dasar untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap program pengendalian penyakit pada ternak.
Perencanaan dan tindakan terhadap pengendalian penyakit menyangkut biaya, fasilitas (sarana/prasarana) dan sumber daya manusia yang terlatih. Alokasi dana yang haruss disediakan oleh pemerintah menyangkut masalah pengembangan di bidang pertanian, pengembangan inndutri pengembangan pendidikan, pelayanan kesehatan masyarakat dan keamanan.
Di dalam pengendalian penyakit telah di buat suatu kebijakan menyangkut penyakit yang mana akan di prioritaskan untuk berantas. Setiap jenis penyakit menyangkut penyakit memiliki strategi teknikyang berbeda satu dengan lainnya karena akan memberi hasil penghematan ekonomis yang terbaik.
Tahapan dalam proses perencanaan.
Tahap 1 : Penentuan tuujuan dan target dari program kesehatan hewan. Hal ini membutuhkan informasi dari seluruh sector peternakan dan besanya potensi yang dapat dihasilkan oleh sector peternakan ini. Seperti gambaran situasi produk peternakan pada saat ini dan masa yang akan datang. Dampak penyakit terhadap keadaan sekarang dan masa yang akan datang. Potensi jenis jenis teknik menginterevensi kesehatan ternak.
Tahap 2 : Penetapan, desain dan penafsiran proyek. Tahap inimelibatkan beberapa langkah agar tujuan dan target dapat dicapai. Desain proyek ini harus di evaluasi yang menyangkut teknik, social, organisasi/kelembagaan, keungan dan fesibilitas ekonomis.
Tahap 3 : Implementasi, pemantauan dan evaluasi terhadap proyek. Terhadap beberapa langkah dalam melakukan tahapan ini yaitu jadwal waktu permulaan operasi proyek, aktivitas pemantauan dan pengawasan untuk melihat kemajuan yang sudah dicapai sehingga memberi feedback pada semua tahapan proyek.

Perencanaan dan evaluasi terhadap program kesehatan hewan melibatkan sejumlah disiplin ilmu pengetahuan seperti ilmu spesifik (epidemiologi dan produksi peternakan) penting untuk memahami masalah kesehatan hewan dan disiplin ilmu yang umum (statistic, system informasi dan ekonomi) yang berperan didalam perencanaan proyek pemberantasan penyakit.




BADAN KESEHATAN HEWAN DUNIA
WORLD ORGANISATION FOR ANIMAL HEALTH
OFFICE INTERNATIONAL DES EPIZOOTIE (OIE)

Keterangan     
-          didirikan pada tahun 1924
-          Tempat pendirian Lion, Perancis
-          Markas Pusat (Head Quarters) Paris, Perancis
-          Anggota tahun 2004, jumlah 159 negara
-          Anggota organisasi dunia, 9 organisasi
-          Indonesia masuk tahun 1957
-          Indonesia urutan anggota omor 65
-          Setiap tahun sidang umum (general session), tahun 2004, sidang umum ke 72
-          Pada umum nya Indonesia selalu mengirimkan delegasi ke sidang umum tersebut
-          Sidang umum selalu diselenggarakan setiap tahun pada bulan mei.

Pengelompokam  penyakit hewan menular berdasarkan OIE

List A
Penyakit hewan menular yang termasuk List A (daftar A) adalah penyakit yang memiliki sifat:
  • Sangat menular dan penyebarannya sangat cepat
  • Mempunyai potensi serius dalam penularan dan penyebaran antar Negara
  • Dapat berdampak serius terhadap kesehatan masyarakat veteriner
  • Memiliki pengaruh yang sangat penting dalam dunia perdagangan ternak dan hasil ternak secara internasional.
Penyakit hewan menular:
  1. Foot and Mouth Desease (virus)
  2. Vesicular stomatitis (virus)
  3. Swine vesicular desease (virus)
  4. Rinderpes (virus)
  5. Peste des petits ruminants
  6. Contagious bovine pleuro pneumonia (ricketsia)
  7. Lumpy skin deasease
  1. Rift valley fever (virus)
  2. Bluetongne (virus)
  3. Sheep pox and goat pox (virus)
  4. African horse sickness (virus)
  5. African swine fever (virus)
  6. Classical swine fever (virus)
  7. Hifhly pathogenic avian influenza (virus)
  8. New castle desease (virus)

List B
Penyakit list B (dafta B) adalah penyakit hewan menular yang memiliki sifat
  • Penyakit dapat menular dan juga menyebar antar daerah ataupun antar negara
  • Dapat mengganggu pula terhadap aspek sosio ekonomi
  • Disamping itu diantaranya dapat mengganggu dari aspek kesehatan masyarakat veteriner
  • Terhadap perdagangan ternak dan bahan ternak internasional, juga diantaranya mempunyai pengurus yang “significant”

Penyakit list B (daftar B) OIE yang penting adalah penyakit yang menyerang berbagai spesies ternak (multiple spesies desease) termasuk juga menyerang manusia (zoonosis)
1.      Antrax (bacteria)
2.      Aujeszky’s desease (virus)
3.      Echimococcosis / hudatidosis
4.      Heartwate
5.      Leptospirosis (bacteria)
6.      Q fever (virus)
7.      Rabies (virus)
8.      Paratuberculosis (bacteria)
9.      New world screwworm / cochkoinya hominivorax (cacing)
10.  Old world screwworm / chrysomya bezziana (cacing)
11.  Trichinellosis
Bovine spongiform encephalopathy (prion)


PROGRAM KONTROL MAKANAN

System kompleks, banyak makanan Input – peternakan – transport – penggilingan / penyimpanan – transport / import – restoran – pembeli. Makanan dapat terkontaminasi disetiap poin dari peternakan input hingga garpu
  1. Implementasi dari mastitis yang direkomendasikan, control praktis akan menurun secara dramatis prevalensi dari petogen penular, tapi tidak perlu menurunkan mastitis klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan organisme lingkungan.
  2. menejemen kesehatan yang memenuhi 3 prinsip dassar dari eliminasi infeksi yang ada, pencegah infeksi baru dan monitorin status kesehatan berjalan sangat sukses
  3. Program menejemen kesehatan baru termasuk 10 langkah sekarang direkomendasikan sebagaikomprehensif untuk control mastitis
  4. Menejer dan advisor eharusnya meneruskan melaksanakan langkah pesifik yang menguntunkan pada control mastitis sebagai usaha mreka

Peningkatan kesehatan
Ini merupakan inisiatif utama dari industri susu segar untuk lebih dari 40 tahun kepercayaan dari usaha ini telah dilaksanakan dan digunakan menejemen teknik untuk mengurangi penyebaran dari  petogen mastitis utama. Prestasi dari produksi yaitu yang kualitas dan tinggi dan penting pencapaian untuk semua aspek dari industri ini.

Program control mastitis
Diadopsi melalui kepeduian tentang status kesehatan peternakan. Kepedulian dapat ditinkatkan dengan:
  1. Harga susu sesuai dengan kualitas nya
  2. Dan atau program penalty untuk SC tinggi di sejumlah susu

Diagnosa yang bagus untuk pelaksanaan status kesehatan sapid an kelompoknya, harus tersedia. Dengan adanya kepedulian dan system dari menejerial data untuk  monitor status kesehatan di tempat. Biaya efektif, program control mastitis yang adaptable dan sukses dapat dikembangkan

Prinsip dari menejemen kesehatan
Brand, A noordhuizen, JPTM, scukken, Y.H. herd health and production management in dairy practice. Waginengen, Neyherlands. 1996

Prinsip dasar:
  1. Mengurangi infeksi yang ada
  2. Mencegah infeksi baru
  3. Monitoring status kesehatan

  1. Mengurangi infeksi yang ada
Untuk mengkontrol program harus dilakukan untuk mengurangi jumlah infeksi dengan mengurangi durasi dari mastitis di setiap sapi terinfeksi. Pemberian antibiotic pada fase kering sapi adalah satu hal yang umum direkomendasikan dan diterima secara obyektif

  1. Penanggulangan infeksi baru
Control program mastitis harus mengurangi rata rata infeksi baruyang terjadi. Contohnya meyakinkkan bahwa semua putting bersih dan kering, yakinkan bahwa mesin pemeras berfungsi baiik dan sangat disarankan untuk mengurangi angka infeksi, meskipun demikian rekomendasi spesifik untuk mengurangi infeksi akan sangat bergantung dengan tipe dari infeksi di peternakan.

  1. Monitoring kesehatan
Program berkelanjutan untuk mengkoleksidan mengatur data kesehatan dari tia sapi, dan dari seluruh hewan, untuk mengevaluasi kesuksesan control mastitis. Monitoring secara crusial meningkat ketika perubahan diperlukan untuk program control. Metode monitoring harus juga diseuaikan dengan pengambilan keputusan spesifik, seperti dengan terapi. Meskipun terus dipromosikan namun monitoring tidak menjadi satu dari pola penting yang di rekomendasikan oleh organisasi seperti NMC. Namun kualitas susu tinggi, program penalty lebih dan lebih berarti, kebutuhan menggunakan metode selanjutnya dari monitoring kesehatan akan bertambah.
Sepuluh langkah efektif program control mastitis.
  1. Metode menejemen aryawan pemerah yang sesuai
  2. Pemeliaraan dan penggunaan alat pemerah yang seuai
  3. Menejemen dry cow
  4. Terapi selama lactasi yang sesuai
  5. Pemusnahan sapi terinfeksi kronik
  6. Pemeliharaan kebersihan lingkungan
  7. Pelaporan yang baik
  8. Monitoring status kesehatan
  9. Review program kesehatan secarra periodic
  10. Mengatur pencapaian status kesehatan

Tidak ada komentar: