- PENDAHULUAN
“Ekonomi Veteriner” (Veterinery Economics) adalah suatu hal yang masih
baru dan masih belum banyak diterapkan di bidang kesehatan hewan di Indonesia.
Apa yang dimaksud dengan ekonomi veteriner? Ekonomi veteriner adalah suatu ilmu
yang mempelajari penerapan prinsip prinsip ekonomi didalam di dalam
menganalisis suatu kegiatan veteriner.
Selama dua dasawarsa terakhir ini, Negara Negara maju yang berarti dalam pengembangan teknik teknik
analisis ekonomi yang digunakan dalam perencanaan meupun evaluasi program
program kesehatan hewan. Dalam lima tahun belakangan ini ekonomi veteriner
semakin popular dan meningkat penggunaannya di Negara Negara berrkembang
termasuk Indonesia.
Setiap program kesehatan hewan selalu dikaitkan dengan bobot keuntungan
yang diperoleh baik bagi peternak maupun bagi ekonomi nasional. Penerapan
analisis ekonomi sangat membantu didalam proses pengambilan keputusan dalam
menentukan skala prioritas maupun strategi pengendalian suatu penyakit. Suatu
prinsip ekonomi yang berlaku disemua bidang adalah bagaimana para pengambil
keputusan dapat menekan pengeluaran dana sekecil mengkin, akan tetapi dapat
memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya.
Dimasa lalu, keputusan dibidang kesehatan hewan hampir semua didasarkan atas
data teknis yang menyangkut aspek kedokteran hewan murni. Akan tetapi profesi
kedokteran hewan telah berkembang sedemikian rupa sehingga setiap penambilan
keputusan harus selalu mempertimbangkan konsekwensi social maupun ekonomi yang
timbul sebagai akibat dari keputusan tersebut. Oleh karena nya profesi
kedokteran hewan masa kini tidak hanya merupakan suatu ilmu yang melayani
perindividu ternak dengan pendekatan klinis saja, tetapi telah dihadapkan pada
wawasan ilmu yang lebih luas dan lenih kompleks. Melahan telah mencakup
berbagai disiplin ilmu diluar bidang kesehatan hewan itu sendiri seeperti
ekonomi, social, dan menejemen, statistic, matematika, perencanaan, system
informasi, ilmu computer dan lain lain.
Mengingat begitu luasnya titik singgung dengan ilmu ilmu yang lain, maka
ekonomi dalam kaitan nya dengan kesehatan hewan tidak bisa lepas begitu saja
dari ilmu yang lain tanpa saling mengisi satu sama lain. Seperti halnya ekonomi
veteriner perlu ditunjang oleh pengetahuan mengenai epidemiologi dan statistika.
Epidemiologi adalah dasar utama yang melatar belakangi perhitungan ekonomi yang
dibuat, misalnya dalam menentukan parameter parameter apa saja yang akan
digunakan untuk menghiitung kerugian akibat suatu penyakit tertentu, bagaimana
perubahan parameter tersebut apabila dilakukan usaha pengendalian penyakit dan
lain sebagainya ini tentunya menuntut suatu keahlian dari para dokter hewan
unuk mengetahui dan mempelajari epidemiologi dai suatu penyakit sebaik baiknya,
sehingga analisis ekonomi yang dilakukan selalu mengikuti sifat dan
karakteristik dari setiap penyakit. Begitu juga statistic sangat diperlukan
dalam analisis ekonomi terutama dalam pengumpulan data yang benar sehingga
menghasilkan analisis yang dapat dipercaya.
- PENDEKATAN EKONOMI TERHADAP BIDANG VETERINER.
Kalau kita berbicara tentang peningkatan bidang kesehatan hewan, ini
berarti menyangku soal keuntungan yang diperoleh dari produksi ternak dan hasil
ternak baik produsen maupun konsumen. Keuntungan bagi produsen berarti peningkatan produktivitas dan laba tinggi,
sedangkan bagi konsumen berarti kwalitas baik dengan harga yang rendah.
Di Indonesia pada saat ini
telah dijalankan bermacam macam usaha tersebut untuk mengatur sumber sumber
yang ada dalam usaha meningkatkan bidang kesehatan hewan. Akan tetapi dirasakan
adanya tantangan yang makin mendesak untuk membuat prioritas yang tepat dan
lebih mengenai sasaran, sehingga dana yang ada dapat dialokasikan pada program
program kesehatan hewan yang jauh lebih menguntungkan. Untuk menghadapi tantangan
ini dibutuhkan suatu pendekatan baru yang diharapkan dapat mengatasi masalah
masalah pembangunan peternakan dewasa ini terutama masalah peningkatan produksi
ternak dan hasil ternak.
Lebih jauh lagi dapat
dikemukakan bahwa terdapat kompetisi yang cukup ketat disegala sector ekonomi
nasional. Apalagi program program kesehatan hewan membutuhkan sumber dana yang
cukup dalam pelaksanaannya, adalah suatu tugas profesi kedokteran hewan untuk
dapat memberi kan keyakinan kepada pihak pihak lain terutama sekali pihak yang
mengelola sumber dana, seberapa jauh dana kesehatan hewan dapat memberikan
keuntungan bagi masyarakat dan dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi jika
dibandingkan apabila dana tersebut dialokasikan pada bidang lainnya.
Mengingat hal hal yang telah
dikemukakan sudah saatnya bagi kita di Indonesia untuk mulai memikirkan suatu
prinsip prinsip dasar kesehatan hewan dengan pendekatan ekonomi yang dapat
digunakan untuk membangun suatu prinsip produksi yang sanggup diterima dan
dijalankan oleh para petani peternak. Untuk melaksanakan ini tentu nya tidak
mudah oleh karena cara pemikiran tradisional masih sulit diubah dan kunci kea
rah pemikiran modern belum ditemukan. Untuk system produksi haruslah dipilih
dari beberapa alternative yang mampu meningkatkan industri peternakan dan
sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani peternak per individu.
Masalah kesehatan hewan tidak
lagi dipandang sebagai suatu masalah terpisah akan tetapi harus dipandang
sebagai satu bagian dari suatu system yang lebih luas yaitu pembangunan
peternakan dalam kaitan nya dengan pembangunan pertanian dan ekonomi nasional.
Tidak hanya masalah kesehatan hewan yang berubah secara alamiah, akan tetapi
setiap bagian dari system tadi akan bergerak menuruti waktu. Pergerakan ini
perlu diikuti oleh setiap pengemban profesi kedokteran hewan dan malahan jalan
pemikiran haruslah dipengaruhi oleh perubahan perubahan yang terjadi.
Perhatian utama dari profesi
adalah pengamanan ternak maka untuk itu perlu disadari bahwa setiap tahap dalam
pembangunan peternakan memerlukan bentukk pelayanan kesehatan hewan yang
disesuaikan dengan tahapan yang ada dan setiap indusutri peternakan yang
berbeda memerlukan strategi yang berbeda pula.
Apabila prinsip prinsip
tersebut diatas sudah dapat diterapkan dan dihayati, maka prioritas program
program kesehatan hewan dapat lebih terarah, terkait dengan system yang lebih
luas seta sejalan dengan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Mengapa ekonomi veteriner
menjadi penting akhir akhir ini? Seperti juga bidang bidang lainnya keceatan
perubahan setiap bidang sedemikain pesatnya sehingga apabila bidang kesehatan
hewan tidak mengikuti kecepatan perubahan ini, maka suatu saat keadaan yang
rawan akan timbul dimana kesehatan hewan tidak lagi dapat dippertahankan
sebagai aspek yang penting didalam program program peternakan ecara
keseluruhan.
- MANFAAT APLIKASI EKONOMI VETERINER
Beberapa Negara maju sudah banyak melakukan perhitungan kerugian ekonomi
nasional akibat penyakit ternak. Di Australia sebagai Negara dimana bidang
peternakan maju pesat telah dikembangkan teknik teknik analisa ekonomi sehingga
para perencana dapat menetapkan bahwa dana yang telah ditanamkan dibidang
kesehatan hewan pada umunya akan menghasilkan keuntungan sebesar 5 – 15 kali
dari investasi.
Menghitung kerugian suatu penyakit belumlah dapat membantu melakukan
pengambilan keputusan, akan tetapi dapat dipakai untuk menentukan urut urutan
penyakit menurut kepentingan ekonominya.
|
Kerugian
|
Effektivitas
pengendalian
|
Biaya program
pengendalian
|
Keuntungan
bersih
|
Penyakit A
|
10 milyar
|
50 %
|
2 milyar
|
3 milyar
|
Penyakit B
|
||||
Program 1
|
6 milyar
|
50 %
|
0,1 milyar
|
2,4 milyar
|
Program 2
|
6 milyar
|
90 %
|
0,5 milyar
|
4,0 milyar
|
Suatu penyakit A menimbulkan
kerugian 10 milyar. Untuk mengurangi sebesar 3 milyar dibutuhkan biaya
pengendalian sebesar 2 milyar. Sedangkan penyakit B menimbulkan kerugian 6
milyar, dengan biaya pengendalian penyakit sebesar 0,1 milyar. Apabila
effektivitas dipertinggi menjadi 90 % berarti biaya meningkat menjadi 0,5
milyar maka pengurangan kerugian dapat menjadi lebih besar lagi yaitu 4, 0
milyar.
Dari contoh diatas dapat
dilihat meskipun kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit A lebih besar dari
penyakit B, akan tetapi program pengendalian penyakit B lebih layak dijalankan
dibandingkan dengan program pengendalian penyakit A oleh karena keuntungan yang
diperoleh adalah lebih besar. Jadi informasi kerugian akibat penyakit adalah
suatu usaha penting yang dapat dipergunakan untuk memulai bagaimana strategi
yang akan diambil dalam menjalankan program program kesehatan hewan.
Menghitung komponen keuntungan
dari suatu program pengendalian penyakit yang jauh lebih sulit dan rumit
dibandingkan dengan menghitung biayanya. Hal ini disebabkan karena komponen
keuntungan terdiri dari keuntungan yang financial dan non financial serta
kategori keuntungan keuntungan lainnya yang merupakan akibat langsung maupun
tidak langsung dari sukses nya suatu progam.
Sebagai contoh diambil program
pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sedang dijalankan di Indonesia.
Kategori keuntungan yang bisa diperoleh apabila program pengendalian PMK
berhasil dilaksanakan adalah keuntungan financial dari meningkatnya
produktivitas ternak, meningkatnya berat badan, naiknya produksi susu, naiknya
harga satuan ternak dan lain lain sebagainya yang kesemuanya dapat ddihitung
secara kwantitatif. Sedangkan keuntungan non financial yang sulit dihitung
secara kwantitatif dan sifatnya social yaitu misalnya jadwal panen yang todak
terganggu oleh karena tenaga kerja ternak cukup, arus lalu lintas ternak
terbuka sebagai akibat bebasnya suatu wilayah dari PMK dan lin sebagainya.
Keuntungan tidak langsung dari program pengendalian PMK bisa disebut lagi
seperti terbukanya kemungkinan eksporkeluar negri serta keuntungan keuntungan
lain yang cukup memberikan arti ekonomis bagi masyarakat. Kesemuanya ini
memberikan pengaruh beruntun meskipun sulit dihitung seara kwantitatif akan
tetapi nyata dan dapat dirasakan.
Contoh lain yang lebih ekstrim
betapa rumitnya menghirung keuntungan, misalnya dalam program pengendalian
rabies yang merupakan penyakit yang sifatnya zoonosis. Keuntungan financial
yang dapat dihitung adalah biaya program pencegahan rabies baik itu biaya
vaksinasi maupun biaya operasi penangkapan dan pembunuhann anjing anjing liar
dapat ditekan ekecil mungkin. Keuntungan social yang sangat nyata berpengaruh
adalah timbulnya rasa tentram dalam hidup masyarakat dengan berkurangnya bahaya
rabies.
Dari uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bagaimana maanfaat aplikasi ekonomi dibidang veteriner
terutama didalam membantu para pengemban profesi kedokteran hewan melakukan
perencanaan, dilapangan berdassarkan gambaran besarnya kerugian, biaya maupun
tingkat keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan program yang ditawarkan.
- TEKNIK TEKNIK ANALISA EKONOMI
Seperti telah disinggung diatas analisis ekonomi perlu ditunjang oleh dta
epidemiologis. Penilaian terhadap bobot analisa yang dibuat tergantung kepada
bobot epidemiologi yang di telaah. Begitu juga untuk dapat memahami teknik
secara keseluruhan maka pengertian atau istilah istilah ekonomi haruslah
dipahami terlebih dahulu.
Dibawah ini diuraikan secara singkat 3 (tiga) teknik analisa ekonomi yang
dapat digunakan dibidang kesehatan hewan sebagai berikut.
1. Budgeting
Teknik
ini pada prinsipnya merupakan analisa yang memperhitungkann seluruh anggaran
yang menyangkut biaya (cost) maupun pendapatan (return) yang diperoleh dari
hasil pelaksanaan program pengendalian penyakit. Teknik ini dapat diterapkan untuk analisis suatu
penyakit atau sindrom penyakit tertentu. Analisis mempertimbangkan kemungkinan
apabila penyakit terjadi atau tidak terjadi selama program dilaksanakan.
2. Gross margin analysis
Teknik
ini diterapkan untuk analisis ekonomi ditingkat perusahaan atau sejumlah
peternakan tertentu, dengan mempelajari pengaruh dari program pengendalian
penyakit terhadap berbagai aspek dari perusahaan atau sejumlah peternakan
tersebut. Gross margin dari suatu perusahaan adalah pendapatan perusahaan
tersebut (gross income) dikurangi eluruh biaya yang diperlukan menurut
kenutuhan (variable cost), seperti biasa makanan ternak, biaya obat obatab
hewan, tenaga kerja dan lain ssebagainya. Gross margin pada umumnya dihitung per ekor atau per unit.
3. Benefit cost analysis
Pada
umumnya teknik ini digunakan untuk analisa program pengendalian penyakit yang
sifaatnya lebih luass baik itu regional maupun nasional dan berlangsung selama
periode tertentu untuk bisa mencapai hasil yang optimum. Teknik ini lebih
kompleks karena bukan saja mencakup variable yang begitu banyak tetapi juga
menentukan keseluruhan komponen biaya maupun keuntungan yang diperoleh pada
periode pelaksanaan program maupun sesudah program dilaksanakan. Analisis ini
digunakan sebagai indicator untuk menilai diterima atau tidaknya suatu proyek
yang diajukan.
Teknik
pertama dan kedua pada umumnya dipakai untuk analisa program program
pengendalian penyakit yang dilaksanakan pada suatu perusahaan tertentu atau
sejumlah peternakan sample di wilayah tertentu. Kedua teknik ini dikenal dengan
istilah analisis MIKROEKONOMI dimana analisis hanya menyangkut produsen maupun
konsumen per individu serta pengaruh timbale balik yang timbul. Sedangkan
teknik ketiga di kenal dengan istilah analisa MAKROEKONOMI dimana analisis
menyangkut eknomi secara keseluruhan seperti pengelolahan pendapatan daerah
maupun nasioanl, bahkan lebih jauh lagi menyangkut cadangan devisa Negara,
perdaganan nasional, pemasaran dan lain sebagai nya.
- KESIMPULAN
Dengan semakin
berkembangnya bidang peternakan di Indonesia maka sudah saatnya pendekatan eknomi
terhadap bidang veteriner dikaji secara lebih mendalam untuk mengukur sampai
sebarapa jauh kesehatan hewan memberikan andil dalam pembangunan peternakan.
Adalah suatu pengembangan profesi apabila seorang dokter hewan di masa depan
bukan hanya bergumul dengan masalah penyakit hewan, akan tetapi diharapkan
dapat menjadi tenaga ahli dibidang epidemiologi dan ekonomi veteriner untuk
dapat memberikan jawaban atas dasar penilaian sosio ekonomi terhadap tantangan
dan masalah masalah peternakan masa kini dan masa mendatang. Untuk itu secara simultan dapat membantu
meningkatkan kemampuan seorang dokter hewan didalam menjalani profesinya.
PERENCANAAN DAN EVALUASI TERHADAP KEBIJAKAN
PENGENDALIAN PENYAKIT
Tujuan : Memperkenalkan beberapa teknik dasar
untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap program pengendalian penyakit
pada ternak.
Perencanaan dan tindakan terhadap pengendalian
penyakit menyangkut biaya, fasilitas (sarana/prasarana) dan sumber daya manusia
yang terlatih. Alokasi dana yang haruss disediakan oleh pemerintah menyangkut
masalah pengembangan di bidang pertanian, pengembangan inndutri pengembangan
pendidikan, pelayanan kesehatan masyarakat dan keamanan.
Di dalam pengendalian penyakit telah di buat suatu
kebijakan menyangkut penyakit yang mana akan di prioritaskan untuk berantas.
Setiap jenis penyakit menyangkut penyakit memiliki strategi teknikyang berbeda
satu dengan lainnya karena akan memberi hasil penghematan ekonomis yang
terbaik.
Tahapan dalam
proses perencanaan.
Tahap 1 : Penentuan tuujuan dan target dari
program kesehatan hewan. Hal ini membutuhkan informasi dari seluruh sector
peternakan dan besanya potensi yang dapat dihasilkan oleh sector peternakan
ini. Seperti gambaran situasi produk peternakan pada saat ini dan masa yang
akan datang. Dampak penyakit terhadap keadaan sekarang dan masa yang akan
datang. Potensi jenis jenis
teknik menginterevensi kesehatan ternak.
Tahap 2 : Penetapan, desain dan penafsiran proyek.
Tahap inimelibatkan beberapa langkah agar tujuan dan target dapat dicapai.
Desain proyek ini harus di evaluasi yang menyangkut teknik, social,
organisasi/kelembagaan, keungan dan fesibilitas ekonomis.
Tahap 3 : Implementasi, pemantauan dan evaluasi
terhadap proyek. Terhadap beberapa langkah dalam melakukan tahapan ini yaitu jadwal
waktu permulaan operasi proyek, aktivitas pemantauan dan pengawasan untuk
melihat kemajuan yang sudah dicapai sehingga memberi feedback pada semua
tahapan proyek.
Perencanaan dan evaluasi terhadap program kesehatan
hewan melibatkan sejumlah disiplin ilmu pengetahuan seperti ilmu spesifik
(epidemiologi dan produksi peternakan) penting untuk memahami masalah kesehatan
hewan dan disiplin ilmu yang umum (statistic, system informasi dan ekonomi)
yang berperan didalam perencanaan proyek pemberantasan penyakit.

BADAN KESEHATAN HEWAN DUNIA
WORLD ORGANISATION FOR ANIMAL HEALTH
OFFICE INTERNATIONAL DES EPIZOOTIE (OIE)
Keterangan
-
didirikan pada tahun 1924
-
Tempat pendirian Lion, Perancis
-
Markas Pusat (Head Quarters) Paris, Perancis
-
Anggota tahun 2004, jumlah 159 negara
-
Anggota organisasi dunia, 9 organisasi
-
Indonesia masuk tahun 1957
-
Indonesia urutan anggota omor 65
-
Setiap tahun sidang umum (general session), tahun 2004,
sidang umum ke 72
-
Pada
umum nya Indonesia selalu mengirimkan delegasi ke sidang umum tersebut
-
Sidang umum selalu diselenggarakan setiap tahun pada
bulan mei.
Pengelompokam penyakit hewan menular berdasarkan OIE
List A
Penyakit hewan
menular yang termasuk List A (daftar A) adalah penyakit yang memiliki sifat:
- Sangat menular dan penyebarannya sangat cepat
- Mempunyai potensi serius dalam penularan dan penyebaran antar Negara
- Dapat berdampak serius terhadap kesehatan masyarakat veteriner
- Memiliki pengaruh yang sangat penting dalam dunia perdagangan ternak dan hasil ternak secara internasional.
Penyakit hewan
menular:
|
|
List B
Penyakit list B
(dafta B) adalah penyakit hewan menular yang memiliki sifat
- Penyakit dapat menular dan juga menyebar antar daerah ataupun antar negara
- Dapat mengganggu pula terhadap aspek sosio ekonomi
- Disamping itu diantaranya dapat mengganggu dari aspek kesehatan masyarakat veteriner
- Terhadap perdagangan ternak dan bahan ternak internasional, juga diantaranya mempunyai pengurus yang “significant”
Penyakit list B
(daftar B) OIE yang penting adalah penyakit yang menyerang berbagai spesies
ternak (multiple spesies desease) termasuk juga menyerang manusia (zoonosis)
1.
Antrax (bacteria)
2.
Aujeszky’s desease (virus)
3.
Echimococcosis / hudatidosis
4.
Heartwate
5.
Leptospirosis (bacteria)
6.
Q fever (virus)
7.
Rabies (virus)
|
8.
Paratuberculosis (bacteria)
9.
New world screwworm / cochkoinya hominivorax (cacing)
10. Old
world screwworm / chrysomya bezziana (cacing)
11. Trichinellosis
Bovine spongiform encephalopathy (prion)
|
PROGRAM KONTROL MAKANAN
System kompleks,
banyak makanan Input – peternakan – transport – penggilingan / penyimpanan –
transport / import – restoran – pembeli. Makanan dapat terkontaminasi disetiap
poin dari peternakan input hingga garpu
- Implementasi dari mastitis yang direkomendasikan, control praktis akan menurun secara dramatis prevalensi dari petogen penular, tapi tidak perlu menurunkan mastitis klinis yang disebabkan oleh infeksi dengan organisme lingkungan.
- menejemen kesehatan yang memenuhi 3 prinsip dassar dari eliminasi infeksi yang ada, pencegah infeksi baru dan monitorin status kesehatan berjalan sangat sukses
- Program menejemen kesehatan baru termasuk 10 langkah sekarang direkomendasikan sebagaikomprehensif untuk control mastitis
- Menejer dan advisor eharusnya meneruskan melaksanakan langkah pesifik yang menguntunkan pada control mastitis sebagai usaha mreka
Peningkatan kesehatan
Ini
merupakan inisiatif utama dari industri susu segar untuk lebih dari 40 tahun
kepercayaan dari usaha ini telah dilaksanakan dan digunakan menejemen teknik
untuk mengurangi penyebaran dari petogen
mastitis utama. Prestasi dari produksi yaitu yang kualitas dan tinggi dan
penting pencapaian untuk semua aspek dari industri ini.
Program control mastitis
Diadopsi melalui kepeduian
tentang status kesehatan peternakan. Kepedulian dapat ditinkatkan
dengan:
- Harga susu sesuai dengan kualitas nya
- Dan atau program penalty untuk SC tinggi di sejumlah susu
Diagnosa yang bagus untuk pelaksanaan status kesehatan sapid an
kelompoknya, harus tersedia. Dengan
adanya kepedulian dan system dari menejerial data untuk monitor status kesehatan di tempat. Biaya
efektif, program control mastitis yang adaptable dan sukses dapat dikembangkan
Prinsip dari menejemen kesehatan
Brand, A
noordhuizen, JPTM, scukken, Y.H. herd health and production management in dairy
practice. Waginengen, Neyherlands. 1996
Prinsip dasar:
- Mengurangi infeksi yang ada
- Mencegah infeksi baru
- Monitoring status kesehatan
- Mengurangi infeksi yang ada
Untuk mengkontrol program harus dilakukan untuk mengurangi jumlah infeksi
dengan mengurangi durasi dari mastitis di setiap sapi terinfeksi. Pemberian
antibiotic pada fase kering sapi adalah satu hal yang umum direkomendasikan dan
diterima secara obyektif
- Penanggulangan infeksi baru
Control program mastitis harus mengurangi rata rata infeksi baruyang
terjadi. Contohnya meyakinkkan bahwa semua putting bersih dan kering, yakinkan
bahwa mesin pemeras berfungsi baiik dan sangat disarankan untuk mengurangi
angka infeksi, meskipun demikian rekomendasi spesifik untuk mengurangi infeksi
akan sangat bergantung dengan tipe dari infeksi di peternakan.
- Monitoring kesehatan
Program berkelanjutan untuk mengkoleksidan mengatur data kesehatan dari
tia sapi, dan dari seluruh hewan, untuk mengevaluasi kesuksesan control
mastitis. Monitoring secara crusial meningkat ketika perubahan diperlukan untuk
program control. Metode monitoring harus juga diseuaikan dengan pengambilan
keputusan spesifik, seperti dengan terapi. Meskipun terus dipromosikan namun
monitoring tidak menjadi satu dari pola penting yang di rekomendasikan oleh
organisasi seperti NMC. Namun kualitas susu tinggi, program penalty lebih dan
lebih berarti, kebutuhan menggunakan metode selanjutnya dari monitoring
kesehatan akan bertambah.
Sepuluh langkah efektif program control
mastitis.
- Metode menejemen aryawan pemerah yang sesuai
- Pemeliaraan dan penggunaan alat pemerah yang seuai
- Menejemen dry cow
- Terapi selama lactasi yang sesuai
- Pemusnahan sapi terinfeksi kronik
- Pemeliharaan kebersihan lingkungan
- Pelaporan yang baik
- Monitoring status kesehatan
- Review program kesehatan secarra periodic
- Mengatur pencapaian status kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar