Senin, 05 Agustus 2013
Senin, 15 Juli 2013
BAGAIMANA MENGHITUNG DOSIS?
AYAM sakit harus diobati. Agar obat yang harganya mahal dapat menyembuhkan ayam tersebut, harus dihitung dosis
yang tepat. Kalau dosis berlebihan dapat menyebabkan racun. Jika dosisnya kurang, ayam tersebut tidak sembuh malah bertambah penyakitnya.
Bagaimana cara menghitung dosis obat?
Contoh : Pemberian atibiotik Oxytetracycline dengan jumlah ayam layer 10.000 ekor, umur 18 minggu.
- Satu bungkus Oxytetracycline beratnya 200 gram (80 gr zat aktif Oxytetracycline)
- Konsumsi air minum : 3000 ltr/hari
- Berat badan ayam umur 18 minggu: 1,6 kg/ ekor
- Dosis Oxytetracycline yang dianjurkan : 55 mg/kg berat badan
Perhitungan perhari :
= (BW (kg) x Jumlah ayam x dosis Oxytetarcycline (mg/kg bobot badan))/
(1000 x zat aktif Oxytetracycline didalam obat)
(1000 x zat aktif Oxytetracycline didalam obat)
= (1.6 x 10000 x 55)/(1000 x 80)
= 11 bungkus/hari ( 2200 gr/hari)
Didalam pengobatan melalui air minum, hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. ketepatan perhitungan dosis berdasarkan berat badan rata-rata didalam suatu kandang/fl ok yang akan diobati.
2. Pastikan peralatan yang akan digunakan untuk pengobatan seperti tempat minum berjalan dengan baik.
3. Bersihkan tempat minum dari partikel yang tidak baik untuk kesehatan ayam dan baru diberikan obat.
4. Sangat dianjurkan untuk mengetahui kestabilan PH air.
1. ketepatan perhitungan dosis berdasarkan berat badan rata-rata didalam suatu kandang/fl ok yang akan diobati.
2. Pastikan peralatan yang akan digunakan untuk pengobatan seperti tempat minum berjalan dengan baik.
3. Bersihkan tempat minum dari partikel yang tidak baik untuk kesehatan ayam dan baru diberikan obat.
4. Sangat dianjurkan untuk mengetahui kestabilan PH air.
Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda?
Disadari
atau tidak, sebuah peternakan ayam juga merupakan sebuah perusahaan.
Terlepas dari besar kecilnya populasi ayam yang dipelihara, peternakan
pun harus memiliki manajemen yang baik layaknya perusahaan.
Kata
manajemen sering didengar saat berbicara mengenai peternakan misalnya
manajemen pemeliharaan, manajemen pengobatan dan juga manajemen pakan.
Pemakaian kata tersebut dikarenakan manajemen merupakan kata yang tepat
untuk menggambarkan sistem pengelolaan peternakan. Dengan manajemen
yang baik, peternakan juga akan berjalan dengan baik.
Lingkup kecil seperti kandang broiler di atas pun membutuhkan manajemen yang baik
agar keuntungan maksimal (Sumber : huha.alteredego.co.nz)
agar keuntungan maksimal (Sumber : huha.alteredego.co.nz)
Optimal
menjalankan fungsi-fungsi yang termasuk dalam manajemen adalah hal
yang harus dilakukan. Salah satu fungsi dalam manajemen ialah fungsi
evaluasi.
Evaluasi
didefinisikan sebagai proses pengawasan dan pengendalian performa
perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan telah sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan (id.wikipedia.org). Bagi peternak,
evaluasi sangat membantu dalam menemukan masalah yang ada yang
selanjutnya memperbaiki hal tersebut agar peternakan bisa berjalan lebih
optimal dibanding sebelumnya.
Indeks Performan (IP) sebagai Parameter Utama
Info Medion kali ini akan mengangkat peternakan broiler sebagai fokus. Hal ini dikarenakan peternakan broiler
memiliki waktu pemeliharaan singkat, cepatnya perputaran uang dan
banyak dimiliki oleh peternak baik dengan sistem kemitraan maupun
mandiri.
Evaluasi
pada peternakan juga membutuhkan sejumlah perangkat pengukuran yang
dinamakan parameter. Sebagai bahan perbandingan, parameter tersebut
dibandingkan dengan standar dari breeder.
Khusus peternakan broiler
ada satu parameter utama yang sering dipergunakan untuk mengukur
keberhasilan peternakan yaitu indeks performan (IP). Nilai IP digunakan
untuk menentukan nilai insentif/ bonus bagi peternak (bagi kemitraan)
maupun pekerja kandang. Berikut rumus indeks performan (IP) tersebut.
IP = (100 – D) x BB x 100
FCR x (A/U)
IP = (100 – D) x BB x 100
FCR x (A/U)
Keterangan :
IP : Indeks performan
D : persentase deplesi (%)
BB : bobot badan rata-rata saat panen (kg)
FCR : feed conversion ratio
A/U : umur rata-rata panen (hari)
Standar IP yang baik ialah di atas 300. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai IP maka semakin berhasil suatu peternakan broiler tersebut. Menilik rumus IP di atas, untuk menghitung IP dibutuhkan empat parameter lain yaitu:
1. Bobot badan (BB) rata-rata
Rumus ini digunakan untuk mengukur berat badan baik saat kontrol berat badan maupun saat panen. Berikut rumus tersebut :
BB = Bobot timbang (kg)
Jumlah ayam (ekor)
Jumlah ayam (ekor)
Bandingkan hasil perhitungan di atas dengan data dari breeder.
Idealnya, bobot badan rata-rata kandang lebih besar atau sama dengan
standar. Jika bobot badan rata-rata lebih kecil dari standar lakukan
beberapa perbaikan misalnya dalam tata laksana pemberian pakan dan
pengaturan kepadatan kandang.
Penimbangan
berat badan dapat dilakukan secara rutin tiap minggu dan saat panen.
Penimbangan rutin tiap minggu dinamakan pula kontrol berat badan. Teknik
kontrol badan tersebut ialah mengambil sampel 50–100 ekor tiap kandang
secara merata di setiap bagian kandang. Kontrol berat badan merupakan
metode penimbangan individu yang berarti seekor ayam ditimbang untuk
berat badannya. Sebaiknya gunakan timbangan yang memiliki sensitivitas
lebih tinggi agar berat badan ayam perindividu dapat lebih teliti
diamati. Kegiatan ini dilakukan pada waktu yang sama tiap minggunya
misalnya Senin pagi ketika kondisi tembolok kosong.
Penimbangan
saat panen menggunakan metode penimbangan massal karena jumlah
populasi yang harus ditimbang banyak. Faktor efisiensi waktu dan
tingkat stres ayam menjadi hal yang penting. Secara teknis, penimbangan
ayam bisa berbeda misalnya ayam ditimbang sekaligus keranjangnya atau
ada juga yang mengikat ayamnya dahulu baru digantung. Ada dua model
timbangan yang dapat digunakan sesuai kebutuhan yaitu :
a) Timbangan gantung
Model
timbangan ini paling sering digunakan untuk menimbang ayam karena
memiliki beberapa kelebihan antara lain lebih praktis, ringan dan mudah
dibawa. Lebih praktis karena bisa digunakan untuk menimbang berat badan
ayam langsung maupun menggunakan keranjang. Hanya saja, saat menimbang
ayam harus diikat kakinya terlebih dahulu agar memudahkan
penggantungan ayam.
Contoh timbangan gantung
(Sumber : Dok. Medion)
b) Timbangan duduk
Timbangan
duduk cocok untuk mengurangi kematian dan meminimalisir resiko afkir
saat penimbangan akibat patah sayap atau kaki. Metodenya ialah timbang
keranjang dahulu untuk menentukan berat keranjang, baru kemudian
keranjang diisi dengan ayam.
Saat
panen, keranjang ayam diisi maksimal 15 ekor (atau tergantung besar
ayam dan kapasitas keranjang ayam). Tujuannya ialah menghindari kematian
akibat ayam berdesakan dalam keranjang.
2. Rasio konsumsi pakan terhadap peningkatan berat badan atau Feed Conversion Ratio (FCR)
Rumus menghitung FCR ialah :
FCR = Jumlah pakan yang dikonsumsi (kg)
Berat badan yang dihasilkan (kg)
Berat badan yang dihasilkan (kg)
Dengan
kata lain, FCR didefinisikan berapa jumlah kilogram pakan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram berat badan. Idealnya satu
kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan lebih
(FCR ≤ 1). Sayangnya, kondisi tersebut tidak selalu terjadi. Pada broiler
biasanya target FCR = 1 maksimal dapat dicapai sebelum ayam berumur 2
minggu (FCR dua minggu ± 1,047-1,071. Setelahnya, FCR akan meningkat
sesuai umur ayam.
Breeder biasanya
sudah menyertakan standar FCR tiap minggu dalam buku panduannya agar
peternak bisa terus memantau FCR ayamnya tiap minggu. Nilai FCR yang
sama atau lebih kecil dibandingkan standar, menandakan terjadinya
efisiensi pakan yang didukung dengan tata laksana pemeliharaan yang
baik. Namun jika nilai FCR lebih besar dibandingkan standar maka
mengindikasikan terjadi pemborosan pakan sebagai akibat tidak
maksimalnya manfaat pakan terhadap pertambahan bobot badan ayam. Salah
satu faktor yang berperan penting menyebabkan hal ini ialah stres. Stres
direspon oleh tubuh dengan memobilisasi glukosa untuk diubah menjadi
energi dan digunakan untuk menekan stres itu sendiri. Akibatnya, hanya
sedikit energi yang diarahkan ke pertambahan bobot badan.
3. Rata-rata umur ayam saat panen (A/U)
Parameter
ini menghitung rata-rata umur ayam yang dipanen. Pemanenan yang
termasuk ke dalam parameter ini ialah pemanenan ayam sehat pada bobot
badan tertentu. Jadi, ayam afkir tidak masuk ke dalam perhitungan ini.
Misalnya ada permintaan 600 ekor ayam broiler berat 1 kg kepada peternak broiler
yang memiliki populasi 3.000 ekor. Sehingga peternak memutuskan memanen
600 ekor ayam yang sudah mencapai berat 1 kg sedang yang lainnya (2400
ekor,red) tidak. Rumus menghitung A/U ialah :
A/U = ∑(U x P)
A/U = ∑(U x P)
total populasi terpanen
Keterangan :
U : umur ayam dipelihara
P : populasi ayam yang dipanen
4. Tingkat deplesi populasi
Deplesi populasi atau penyusutan jumlah ayam bisa berasal dari dua hal yaitu kematian dan afkir ayam (culling ayam). Rumus menghitung tingkat deplesi (D) ialah sebagai berikut :
D = Jumlah ayam mati + afkir x 100%
Populasi awal
atau bisa juga,
D = Populasi awal – jumlah ayam panen x 100%
Populasi awal
Kematian
ayam merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari baik karena sakit
atau faktor-faktor lain. Biasanya peternakan menetapkan batas maksimal
kematian yang dapat ditoleransi yaitu +5% semakin banyak ayam yang mati maka semakin besar kerugian peternak.
Keputusan pengafkiran ayam broiler biasanya karena sakit dan cacat yang ditinjau berdasarkan pertimbangan resiko dan ekonomis di bawah ini.
a) Pertimbangan resiko
Beberapa
hal yang dapat dijadikan pertimbangan resiko ialah potensi kesembuhan
ayam, seberapa parah penyakit ayam, seberapa besar resiko yang dihadapi
(kematian dan hambatan pertumbuhan,red) bila ayam lain tertular penyakit tersebut dan resiko kematian.
Ayam
yang masih mau makan dan minum serta mau bergerak tentu kemungkinan
sembuhnya lebih besar dibandingkan yang sudah tidak mau makan dan minum.
Hal serupa juga terjadi jika ayam terkena penyakit yang sulit
disembuhkan seperti ND terutama tipe saraf dan AI. Meskipun sembuh, ayam
yang sudah terinfeksi penyakit tersebut sulit kembali mencapai
produktivitas optimal. Belum lagi, resiko penularan penyakit dan
kematian ayam tersebut jika tidak segera diafkir.
b) Pertimbangan ekonomis
Pendeknya umur pemeliharaan broiler
adalah alasan utama mengapa pertimbangan ekonomis sangat penting. Salah
satu konsekuensi hal tersebut ialah kecenderungan keputusan afkir
untuk ayam yang sakit saat mendekati panen dibandingkan melakukan
pengobatan. Pertimbangan ekonomis utama ialah terkait dengan
berkurangnya keuntungan akibat pengeluaran biaya pengobatan dan pakan
selama ayam sakit. Contoh kasus ialah ayam broiler sakit colibacillosis umur 33 hari (panen +35
hari). Dianjurkan ayam tersebut dipanen daripada diobati. Alasannya
ialah berat badan ayam sudah hampir mencapai berat penjualan. Dengan
penambahan waktu pemeliharaan untuk pengobatan, terjadi penambahan biaya
untuk pengobatan dan pakan. Hal di atas belum termasuk resiko
penurunan berat badan dan juga kematian ayam.
Pengafkiran ayam perlu juga memperhatikan kondisi ayam yaitu apakah bisa menggapai tempat pakan atau tidak (Sumber : huha.alteredego.co.nz)
Contoh Perhitungan
Sebuah peternakan ayam broiler komersial dengan hasil recording sebagai berikut:
Populasi awal : 5.000 ekor
Populasi akhir : 4.850 ekor
Umur panen : 28 hari
Berat panen total : 6.776,4 kg
Jumlah pakan total : 9.400 kg
Berat DOC : 40 g/ ekor
Ayam mati : 65 ekor
Ayam afkir : 85 ekor
Waktu panen
21 hari –> 520 ekor = 0,82 kg
28 hari –> 3.850 ekor = 1,4 kg
35 hari –> 480 ekor = 2 kg
maka perhitungannya ialah,
D = (65 + 85) ekor x 100%
5000 ekor
D = 3 %
(persentase deplesi maksimal = +5%)
Rata-rata BB ayam saat panen
= (480 x 2) + (520 x 0,82) + (3.850 x 1,4) kg
3.850 + 480 + 520 ekor
= 960 + 426,4 + 5.390 kg
4.850 ekor
= 6.776,4 kg
4.850 ekor
= 1,4 kg/ ekor ayam
FCR = 9.400 kg
6776,4 kg – (0.04 kg x 5000)
= 1,43
A/U = (21×520)+(28×3850)+(35×480)
(4850) ekor
= 27,94 hari
(waktu panen ayam di perhitungan ini ialah 28 hari)
IP = (100% – 3%) x 1,4 kg x 100
1,43 x 27,94 hari
= 339,89 (standar IP: ≥ 300)
Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa peternakan
tersebut telah berjalan dengan optimal. Kesimpulan tersebut diangkat
berdasarkan beberapa hal di bawah ini:
-
Persen deplesi ayam di peternakan (3%) lebih rendah dibanding target maksimal deplesi yaitu +5%. Hal ini disebabkan baiknya tata laksana pemeliharaan, pengobatan, vaksinasi dan juga pakan yang berujung pada rendahnya persentase deplesi.
-
Nilai A/U (27,94 hari) yang berselisih 0,06 hari dengan umur panen ter-banyak di umur 28 hari dikarenakan penjualan ayam sesuai BB berdasarkan permintaan pasar yaitu pada BB 0,82 kg (520 ekor), 1,4 kg (3.850 ekor) dan 2 kg (480 ekor). Peternak memutuskan untuk menyisakan sebagian ayam untuk dipanen dengan BB 2 kg. Seperti diketahui, masing-masing BB ayam memiliki pangsa pasar tersendiri. Misalnya, ayam BB 0,8-0,9 kg disukai rumah makan dan pasar tradisional sedangkan BB di atas 1,5 kg disukai industri mie instan dan kaldu ayam (www.ppti.usm.my).
-
Rata-rata BB ayam saat tiga kali panen ialah 1,4 kg. BB panen umur 21 hari (0,82 kg), 28 hari (1,4 kg) dan 35 hari (2 kg) sedangkan standar BB breeder untuk 21 hari ialah 0,801–0,885 kg, 28 hari (1,316–1,478 kg) dan 35 hari (1,879–2,155 kg). Menilik perbandingan di atas, ayam sudah memenuhi standar sejak umur panen 21 hari. Terpenuhinya standar ini sejak panen pertama (21 hari,red) memang patut diusahakan bahkan sejak masa brooding. Lakukan kontrol BB rutin agar ayam yang BB tidak sesuai standar dapat segera dipisahkan dan diberi perlakuan khusus yaitu penambahan jumlah pakan 10% (maksimal +15 g) dan vitamin. Anda bisa mengkombinasikan pemberian vitamin sesuai umur pemeliharaan misalnya Vita Chicks dan Strong n Fit untuk umur 0-1 minggu, Broiler Vita untuk umur 1-3 minggu serta Neobro untuk di atas 3 minggu hingga panen.
-
Pencapaian IP peternakan tersebut (339,89) sudah sangat baik karena melebihi standar yaitu ≥300. Tingginya IP tersebut menandakan suatu peternakan telah menerapkan sistem manajemen yang cukup efisien dan efektif.
Perhitungan Break Even Point (BEP)
Nilai
kualitas performan ayam ditunjukkan dari nilai IP sedangkan untuk
nilai rupiah tercermin dari nilai BEP harga. BEP harga digunakan untuk
menentukan tingkat harga jual agar mencapai titik impas (tidak untung
tidak rugi). Metode ini paling sering digunakan oleh peternak. Seperti
diketahui, bahwa harga ayam broiler mengikuti harga pasar
sehingga peternak sulit mengatur harga sendiri. Dengan metode BEP harga
tersebut, ketika harga jual ayam sudah melewati nilai BEP harga
peternak bisa menjualnya. Metode penghitungan BEP ialah sebagai
berikut.
BEP = (FCRxBBxP)+DOC+BOP+BVK
BB
Keterangan :
BB : berat badan rata-rata ayam
P : harga pakan per kg
DOC : harga DOC
BOP : biaya operasional
BV : biaya pengobatan (vaksin, antibotik, vitamin, desinfektan dsb)
Berikut
contoh perhitungan BEP yang mengambil data dari soal sebelumnya untuk
3850 ekor ayam yang dipanen pada umur 28 hari dengan tambahan data
berikut:
Jumlah ayam* : 4.000 ekor
Total konsumsi pakan* : 7.399,46 kg
Harga DOC : Rp. 3.000,-/ ekor
Harga pakan : Rp. 5.350,-/ kg
Biaya operasional pemeliharaan : Rp. 1.600/ ekor
Biaya pengobatan : Rp. 300/ ekor
Ket. * termasuk ayam mati dan afkir tapi tanpa ayam yang dipanen tidak pada umur 28 hari
FCR = 7330,4 kg
5390 kg – (0,04 kg x 4000)
= 1,41
(standar FCR umur 28 hari = 1,417 – 1,475)
BEP = ( 1,4 x 1,4 x 5350) + 3000 + 1600 + 300
1,4
= Rp. 11.043,5/ ekor
Seusai harga jual ayam di peternak per 11 Januari 2010 untuk wilayah Bandung (+ Rp. 10.400,-/kg untuk ayam ukuran <1,5 kg) maka :
HP = HK x BB
= Rp. 10.400 x 1,4 kg
= Rp. 14.560,- / ekor
Keterangan
HP : harga jual ayam di peternak per ekor
HK : harga jual ayam di peternak per kg
BB : berat badan rata-rata ayam
Jika
nilai BEP lebih rendah dari harga jual ayam, maka peternak untung.
Namun jika sebaliknya, peternak rugi. Jadi laba atau rugi dihitung
berdasarkan selisih harga penjualan ayam dikurangi BEP.
Laba = HP – BEP
= 14.560 – 11.043,5
= Rp. 3.516,5/ ekor ayam
Berdasarkan perhitungan di atas, untuk setiap ekor ayam yang dipanen peternak mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3.516,5.
Sistem Pencatatan
Sistem
pencatatan yang baik akan memberikan gambaran kondisi peternakan yang
riil. Sebaiknya sistem tersebut melibatkan peran seluruh pegawai dalam
peternakan tersebut.
Komponen utama sistem pencatatan ialah tabel pencatatan (recording)
yang berisi kesemua parameter di atas. Secara teknis, membuat suatu
tabel pencatatan tidaklah sulit. Pertama-tama buat format tabel recording data harian kandang broiler untuk masing-masing kandang, seperti yang terlihat pada gambar contoh recording
data harian kandang di bawah ini. Lalu komunikasikan dengan segenap
karyawan di kandang Anda agar selalu mengisi data tersebut.
(Sumber : Dok. Medion)
Pengisian
data tersebut bisa dilakukan saat pegawai kandang memberi makan ayam
di pagi atau sore hari. Selanjutnya data harian kandang tersebut
dicatat ulang oleh manajer kandang dalam buku catatan harian kandang.
Tahap
selanjutnya ialah mengolah data kandang tersebut menjadi diagram garis
atau batang. Hal ini akan memudahkan penerjemahan data tersebut. Akan
lebih baik jika hasil rekapitulasi data tersebut dibandingkan dengan
data standar dari breeder.
Sesuai
fungsi evaluasi dalam manajemen, parameter-parameter di atas pun
ditujukan untuk mengawasi dan mengendalikan untuk memastikan jalannya
peternakan telah berjalan sesuai perencanaan awal. Semoga Anda bisa
mengoptimalkannya untuk keberhasilan peternakan broiler Anda. Semoga berhasil.
Contoh alur sistem pencatatan di suatu peternakan broiler
(Sumber : Dok Medion)
(Sumber : Dok Medion)
Info Medion Edisi Februari 2010
Jumat, 12 Juli 2013
Ayam Layer ( Ayam Petelur )
Supaya Produksi Telur Optimal
Sepertinya masih banyak pelaku industri peternakan ayam petelur
(commercial farm) tidak mengetahui dengan pasti apakah produksi telur
yang dihasilkan selama ini sudah optimal atau belum. Hal ini terjadi
lantaran pada umumnya peternakan ayam petelur tidak dikelola dengan
manajemen yang baik sehingga untuk memantau perkembangan produksi
harian, mingguan bahkan dalam satu periode pun sulit.
Sesungguhnya gampang. Kuncinya adalah minimal harus ada recording harian dulu sehingga semuanya akan terpantau dengan pasti baik produksi (butir dan kilogram), jumlah pemberian pakan, kematian ayam (deplesi), berat telur dan lain-lain. Dan dari recording ini pula dapat diketahui apakah produksinya sudah optimal –mendekati sampai sesuai dengan standar- atau belum.
Sesungguhnya gampang. Kuncinya adalah minimal harus ada recording harian dulu sehingga semuanya akan terpantau dengan pasti baik produksi (butir dan kilogram), jumlah pemberian pakan, kematian ayam (deplesi), berat telur dan lain-lain. Dan dari recording ini pula dapat diketahui apakah produksinya sudah optimal –mendekati sampai sesuai dengan standar- atau belum.
Secara sederhana, parameter yang dapat dipakai untuk mengukur ke-optimalan produksi adalah HD % produksi, jumlah telur kilogram yang selanjutnya berhubungan dengan berat telur (g/butir), liveability (daya hidup). Demikian pula untuk feed intake yang merupakan salah satu faktor penunjang supaya produksinya optimal.
Sesungguhnya hampir setiap breeding farm sudah memiliki standar produksi dari strain ayam yang dipasarkan. Misalnya Lohmann Brown menggariskan bahwa sampai umur 80 minggu setiap ekor ayam harus menghasilkan telur 337,5 butir dan 21,65 kg. Juga harus memiliki daya hidup 94-96 % sampai diafkir.
Melihat angka diatas tentunya bukan sesuatu yang mudah untuk dicapai. Uraian berikut ini diharapkan menjadi “tools” peternak sehingga produksi yang dihasilkan bisa optimal.
Masa Kritis Pertama.
Mengapa disebut masa kritis? Banyak literatur mengatakan bahwa umur
0-4 minggu merupakan “the major factor” dimana keberhasilan pencapaian
berat badan pada umur ini sangat menentukan produksi telur nantinya baik
dari HD% maupun berat telurnya.
Mengapa demikian, karena pada umur 0-6 minggu terjadi hiperplasia besar-besaran. Grafik pertambahan berat badan dibawah ini adalah bukti terjadinya hiperlasia tadi, dimana pertambahan berat badan meningkat drastis sampai umur 6 minggu kemudian berangsur-angsur turun.
Mengapa demikian, karena pada umur 0-6 minggu terjadi hiperplasia besar-besaran. Grafik pertambahan berat badan dibawah ini adalah bukti terjadinya hiperlasia tadi, dimana pertambahan berat badan meningkat drastis sampai umur 6 minggu kemudian berangsur-angsur turun.
Sumber : Layer Management Guide Lohmann Brown
Tampak dari grafik diatas bahwa mulai 0-6 minggu pertama terjadi
pertumbuhan yang sangat cepat sehingga kesempatan ini tidak boleh
disia-siakan. Artinya, dengan cara apapun berat badan harus masuk
standar paling lambat sampai umur 6 minggu. Disamping itu, perkembangan
fisiologi (physiological development) ayam menunjukkan bahwa pada umur
6-8 minggu perkembangan skeletal sudah mencapai 85%. Teori ini pula yang
mendasari bahwa “frame size” (baca : kerangka tubuh) akan terbentuk
dengan baik jika berat badan ayam sampai umur 6 minggu telah masuk
standar.
Sering dijumpai dilapangan bahwa peternak sangat sulit untuk mencapai berat badan diusia ini. Memang sebaiknya ada strategi khusus supaya berat badan masuk standar, misalnya dengan pemberian pakan sesering mungkin. Misalnya 2 jam sekali (8-10 kali dalam satu hari) terutama untuk umur 0-3 minggu.
Pemberian dengan cara ini ternyata juga mampu merangsang perkembangan tembolok sehingga harapan untuk pencapaian feed intake dan akhirnya untuk mencapai berat standar ini dapat terpenuhi. Dan harus ingat bahwa sangat mustahil berat badan dapat tercapai jika feed intake-nya tidak masuk standar pula. Jumlah feeder tray dan galon air minum juga menjadi faktor penting pencapaian feed intake. Ingat, dari waktu ke waktu standar jumlah feeder tray dan galon air minum semakin bertambah karena menyesuaikan dengan perkembangan genetis ayam.
Juga umumnya perhatian terhadap temperatur brooder sangat kurang, sehingga anak ayam pun merasa tidak nyaman.
Perhatian ini pun tidak ‘mentah-mentah’ menuruti standar temperatur
yang sudah ada, tetapi juga tetap memperhatikan lokasi (ketinggian dari
permukaan laut, suhu lingkungan, kelembaban) dimana kandang pullet
berada. Jadi misalnya pemeliharaan pullet didaerah panas dibandingkan
didaerah dingin memberikan konsekuensi pada jumlah dan lamanya pemanas
dinyalakan berbeda-beda pula.
Ada salah satu teori lama mengatakan bahwa anak ayam sebaiknya diberikan makan setelah 3-5 jam setelah ditebar. Yang lebih baik ternyata semakin cepat ayam ditebar dan langsung diberikan makanan, maka pertumbuhan ayam akan lebih baik dan penyerapan kuning telur pun juga lebih cepat. Pakan starter yang berbentuk crumble ini ternyata mampu menjadi stimulator untuk memfungsikan segera organ-organ pencernakan. Salah satu contohnya adalah munculnya gerakan peristaltik usus yang kemudian segera menyerap kuning telur.
Demikian pula untuk kontrol berat badan. Sebaiknya berat badan ayam selalu dikontrol setiap minggunya sehingga dapat diketahui perkembangan ayam dari waktu ke waktu. Kontrol berat badan ini dapat dilakukan dengan penimbangan sampling minimal 10 % dari jumlah populasi yang ada dengan cara yang benar. Hasil penimbangan tersebut selalu dicatat dan berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan berkaitan dengan berat badan yang dicapai.
Pada umur 6 minggu grading total (penimbangan) harus dilakukan untuk memisahkan ayam-ayam yang masih berada dibawah standar. Ini mutlak. Karena ayam yang berada dibawah standar ini selanjutnya akan di perlakukan khusus untuk mengejar berat badannya misalnya dengan memperpanjang pakan pre-starternya.
Masa Grower Juga Penting
Dulu, banyak yang mengatakan bahwa apabila sampai umur 6 minggu berat
badan ayam sudah masuk standar maka selanjutnya kita bisa ‘leha-leha’
dan produksinya pasti akan baik. Dari pengamatan yang penulis lakukan
dilapangan ternyata berat badan yang sudah masuk standar pada saat
pindah kandang batere pada umur 13 minggu (setelah itu biasanya peternak
“lengah”) bukanlah jaminan produksinya akan baik.
Bahkan sebaliknya, walaupun berat badan ayam kurang dari standar pada saat naik kandang batere tetapi dengan perlakuan yang serius produksinya akan baik walaupun berat telur kurang bisa maksimal. Secara komulatif ini lebih menguntungkan.
Bahkan sebaliknya, walaupun berat badan ayam kurang dari standar pada saat naik kandang batere tetapi dengan perlakuan yang serius produksinya akan baik walaupun berat telur kurang bisa maksimal. Secara komulatif ini lebih menguntungkan.
Jadi kesimpulannya, mestinya starter baik grower pun juga baik. Ini baru jaminan. Apa bentuk keseriusan pada saat grower? Utamanya adalah pencapaian feed intake. Repotnya, banyak para operator kandang mengikuti kemauan ayam. Ini terbalik. Justru ayam yang harus mengikuti kemauan operator kandang. Artinya jika suatu hari pakan tidak habis maka hari berikutnya langsung saja mengurangi porsi pakannya tanpa mengevaluasi mengapa pakan tidak habis. Lebih parah lagi, setelah pakan dikurangi akhirnya ‘kebablasen’. Akhirnya kurang terus.
Memang banyak dijumpai kasus dilapangan, untuk meningkatkan feed intake terutama saat mulai bertelur susahnya bukan main. Untuk itulah ada masa kritis kedua yaitu mulai umur 16 sampai 24 minggu.
Pada masa kritis kedua ini dimulai dari umur 16 minggu, dimana ayam
harus menghabiskan pakan minimal 80 gr/ekor/hari rata-rata dalam satu
minggu. Dan selanjutnya setiap minggu rata-rata harus naik 5
gr/ekor/hari. Harapannya pada umur 24 minggu dimana disitu harus puncak
produksi pakan sudah masuk 120 gr/ekor.
Apa yang terjadi jika kurang? Grafik produksi diatas sudah jelas menunjukkan bahwa pakan masuk 120 gr/ekor baru pada umur lebih dari 30 minggu. Disitu pula ayam akan puncak (90% HDP). Lebih parah lagi seandainya pakan tidak bisa masuk 120 gr/ekor, kalaupun ayam bisa puncak pasti tidak akan lama dan berat telur juga akan terganggu. Karena memang kebutuhan hidup ayam dan produksinya tidak tercukupi. Ini tentunya akan semakin menambah kerugian peternak bukan?
Banyak cara sudah diterapkan dilapangan untuk mengatasi kesulitan feed intake. Diantaranya adalah dengan ‘pengorehan’ sesering mungkin, atau dengan pembasahan pakan. Pembasahan ini kalaupun dilakukan sebaiknya tetap tanpa mengabaikan cuaca, serta jumlah air yang dipakai. Sebaiknya pembasahan atau penyemprotan pakan dengan air dilakukan pada siang hari, misalnya jam 11.00 dan jam 15.00. Kondisi yang panas ini memungkinkan pakan yang basah segera dimakan dan tidak tersisia terlalu lama yang dapat menimbulkan jamur.
Penyinaran
Masih banyak peternak yang tidak begitu peduli dengan penyinaran.
Penyinaran yang baik artinya kebutuhan intensitas cahaya oleh ayam dapat
terpenuhi dengan baik. Keterlambatan produksi pada usia layer juga bisa
disebabkan oleh kurangnya intensitas cahaya yang diterima ayam.
Bagaimana mensiasatinya ? Sesungguhnya ayam memerlukan cahaya 40 lux. Penghitungannya mudah saja. Secara hitungan kasar kita bisa memakai 1 W per meter persegi dengan ketinggian lampu 1,5 meter dari ayam. Ini untuk lampu neon (fluorecent).
Lampu pada usia layer mulai dinyalakan sebagai stimulant hormon-hormon reporoduksi. Disamping itu dengan penambahan pencahayaan harapannya juga dapat meningkatkan feed intake yang kesulitan tadi.
Bagaimana dengan lampu bolam? Pilihan ini pun baik, karena lampu bolam/pijar ini memancarakan cahaya langsung dari filamen dan langsung dapat ditangkap oleh retina mata. Namun kelemahnnya kita membutuhkan jumlah lampu yang banyak, sehingga biaya listrik tentunya juga banyak. Karena dengan bolam kita membutuhkan 4-5 W per meter persegi. Jadi daya yang dibutuhkan juga 4 kali dibandingkan neon tadi.
Kesimpulan
Intinya, setiap step pemeliharaan adalah PENTING. Perhatian penuh
harus selalu ada semenjak umur 1 hari sampai 24 minggu. Kedepan penulis
akan sampaikan berbagai kasus produksi yang umumnya sering terjadi
dilapangan dan bagaimana mengatasinya secara lebih rinci. Semoga
membantu, dan selamat mencoba!
Minggu, 03 Maret 2013
Pandawa Lima
Raden
Puntadewa adalah putra sulung dari Prabu Pandudewanata dan Dewi
Kuntinalibrata. Sesungguhnya Puntadewa merupakan putra kedua dari Dewi
Kuntinalibrata. Akibat Ajian Adityaredhaya ajaran Resi Druwasa, Kunti
sempat hamil, sesaat sebelum terjadinya sayembara pilih. Lalu putranya
yang di keluarkan dari telingga yang dinamai Karna dibuang dan kemudian
diasuh oleh seorang sais kereta bernama Adirata.
Secara resmi memang Puntadewa adalah putra Prabu Pandu dan Dewi Kunti namun sesungguhnya ia adalah putra Dewi Kunti dan Batara Darma, dewa keadilan. Hal tersebut diakibatkan oleh kutukan yang diucapkan oleh Resi Kimindama yang dibunuh Pandu saat bercinta dalam wujud kijang. Tapi akibat dari ajian Adityaredhaya, Dewi Kunti dan Prabu Pandu masih dapat memiliki keturunan untuk menghasilkan penerus takhta kerajaan. Puntadewa bersaudarakan empat orang, dua saudara seibu dan 2 saudara berlainan ibu. Mereka adalah Bima atau Werkudara, Arjuna atau Janaka, Nakula atau Pinten, dan Sadewa atau Tangsen.
Secara resmi memang Puntadewa adalah putra Prabu Pandu dan Dewi Kunti namun sesungguhnya ia adalah putra Dewi Kunti dan Batara Darma, dewa keadilan. Hal tersebut diakibatkan oleh kutukan yang diucapkan oleh Resi Kimindama yang dibunuh Pandu saat bercinta dalam wujud kijang. Tapi akibat dari ajian Adityaredhaya, Dewi Kunti dan Prabu Pandu masih dapat memiliki keturunan untuk menghasilkan penerus takhta kerajaan. Puntadewa bersaudarakan empat orang, dua saudara seibu dan 2 saudara berlainan ibu. Mereka adalah Bima atau Werkudara, Arjuna atau Janaka, Nakula atau Pinten, dan Sadewa atau Tangsen.
Puntadewa
memiliki dasanama (nama-nama lain) yaitu Raden Dwijakangka sebagai nama
samaran saat menjadi buangan selama 13 tahung di kerajaan Wirata, Raden
Darmaputra karena merupakan putra dari Batara Darma, Darmakusuma,
Darmawangsa, Darmaraja, Gunatalikrama, Sang Ajatasatru, Kantakapura,
Yudistira, dan Sami Aji, julukan dari Prabu Kresna.
Raden
Puntadewa memiliki watak sadu (suci, ambeg brahmana), suka mengalah,
tenang, sabar, cinta perdamaian, tidak suka marah meskipun hargadirinya
diinjak-injak dan disakiti hatinya. Oleh para dalang ia digolongkan
dalam tokoh berdarah putih dalam pewayangan bersama Begawan Bagaspati,
Antasena dan Resi Subali sebagai perlambang kesucian hati dan dapat
membunuh nafsu-nafsu buruknya.
Konon,
Puntadewa dilahirkan melelui ubun-ubun Dewi Kunti. Sejak kecil para
putra putra Pandu selalu ada dalam kesulitan. Mereka selalu bermusuhan
dengan saudara sepupu mereka, Kurawa, yang didalangi oleh paman dari
para Kurawa yang juga merupakan patih dari Kerajaan Astinapura, Patih
Harya Sengkuni. Meskipun Pandawa memiliki hak atas kerajaan Astinapura,
namun karena saat Prabu Pandu meninggal usia pandawa masih sangat muda
maka kerajaan dititipkan pada kakaknya, Adipati Destarastra dengan
disaksikan oleh tetua-tetua kerajaan seperti, Dang Hyang Dorna, Patih
Sengkuni, Resi Bisma, Begawan Abiyasa, dan Yamawidura dengan perjanjian
tertulis agar kerajaan Astina diserahkan kepada Pandawa setelah dewasa,
dan Destarastra mendapatkan separuh dari wilayah Astina. Namun atas
hasutan Patih Sengkuni maka kemudian Kurawalah yang menduduki takhta
kerajaan. Segala cara dihalalkan untuk menyingkirkan pandawa, dimulai
dengan Pandawa Timbang (lih. Bima), Bale Sigala-gala, Pandawa Dadu
sampai pada perang besar Baratayuda Jayabinangun. Meskipun Puntadewa
adalah manusia berbudi luhur namun ia memiliki kebiasaan buruk yaitu
suka berjudi.
Kelak
kebiasaan buruk dari Puntadewa ini menyebabkan para Pandawa berada
dalam kesulitan besar. Hal tersebut dikisahkan sebagai berikut: Saat
terjadi konflik antara Pandawa dan Kurawa tentang perebutan kekuasaan
Kerajaan Astinapura, Kurawa yang didalangi oleh Sengkuni menantang
Pandawa untuk main judi dadu. Pada permainan tersebut, para Pandawa
mulanya hanya bertaruh uang, namun lama kelamaan, Puntadewa
mempertaruhkan kerajaan, istri, dan pada akhirnya pandawa sendiri sudah
menjadi hak milik kurawa (Sebelumnya Puntadewa bersama adik-adiknya
berhasil mendirikan kerajaan yang berasal dari Hutan Mertani, sebuah
hutan angker yang ditempati oleh raja jin yang bernama Prabu Yudistira
dan adik-adiknya).
Saat
Pandawa beranjak dewasa, mereka selalu dimusuhi oleh para Kurawa,
akibatnya para tetua Astinapura turun tangan dan memberi solusi dengan
menghadiahi Pandawa sebuah hutan angker bernama Wanamarta untuk
mengindari perang saudara memperebutkan takhta Astinapura. Setelah itu,
hutan yang tadinya terkenal angker, berubah menjadi kerajaan yang megah,
dan Prabu Yudistira serta putrinya, Dewi Ratri atau para dalang juga
sering menyebutnya Dewi Kuntulwilanten menyatu di dalam tubuh Puntadewa
yang berdarah putih. Sejak saat itu pulalah Puntadewa bernama Yudistira.
Sebelumnya, setelah Pandawa berhasil lolos dari peristiwa Bale
Sigala-gala, dimana mereka dijebak disuatu purocana (semacam istana dari
kayu) dengan alasan Kurawa akan menyerahkan setengah dari Astina, namun
ternyata hal tersebut hanyalah tipu muslihat kurawa yang membuat para
Pandawa mabuk dan tertidur, sehingga pada malamnya mereka dapat leluasa
membakar pesanggrahan Pandawa. Bima yang menyadari hal itu dengan cepat
membawa saudara-saudara dan ibunya lari menuju terowngan yang diiringi
oleh garangan putih sampai pada Kayangan Saptapertala, tempat Sang Hyang
Antaboga, dari sana Pandawa lalu melanjutkan perjalanan ke Pancala,
dimana sedang diadakan sayembara adu jago memperebutkan Dewi Drupadi.
Barang siapa berhasil mengalahkan Gandamana, akan berhak atas Dewi
Drupadi, dan yang berhasil dalam sayembara tersebut adalah Bima. Bima
lalu menyerahkan Dewi Drupadi untuk diperisri kakaknya. Sumber yang lain
menyebutkan bahwa setelah mengalahkan Gandamana Pandawa masih harus
membunuh naga yang tinggal di bawah pohon beringin. Kemudian Arjunalah
yang dengan panahnya berhasil membunuh naga tersebut. Dari Dewi Drupadi
Puntadewa memilki seorang putra yang diberi nama Pancawala.
Dalam masa buangan tersebut ada sebuah kisah yang menggambarkan kebijaksanaan dari Raden Puntadewa. Pada suatu hari Puntadewa memerintahkan Sadewa untuk mengambil air di sungai. Setelah menunggu lama, Sadewa tidak kunjung datang, lalu diutuslah Nakula, hal yang sama kembali terjadi, Nakula pun tak kembali. Lalu Arjuna dan akhirnya Bima. Semuanya tak ada yang kembali. Akhirnya menyusulah Puntadewa. Sesampainya di telaga ia melihat ada raksasa besar dan juga adik-adiknya yang mati di tepi telaga. Sang Raksasa kemudian berkata pada Puntadewa bahwa barang siapa mau meminum air dari telaga tersebut harus sanggup menjawab teka-tekinya. Pertanyaannya adalah apakah yang saat kecil berkaki empat dewasa berkaki dua dan setelah tua berkaki tiga? Punta dewa menjawab, itu adalah manusia, saat kecil manusia belum sanggup berjalan, maka merangkaklah manusia (bayi), setelah dewasa manusia sanggup berjalan dengan kedua kakinya dan setelah tua manusia yang mulai bungkuk membutuhkan tongkat untuk penyangga tubuhnya. Sang raksasa lalu menanyakan pada Puntadewa, jika ia dapat menghidupkan satu dari keempat saudaranya yang manakah yang akan di minta untuk dihidupkan? Puntadewa menjawab, Nakula lah yang ia minta untuk dihidupkan karena jika keempatnya meninggal maka yang tersisa adalah seorang putra dari Dewi Kunti, maka sebagai putra sulung dari Dewi Kunti ia meminta Nakula, putra sulung dari Dewi Madrim. Dengan demikian keturuanan Pandu dari Dewi Madrim dan Dewi Kunti tetap ada. Sang Raksasa sangat puas dengan jawaban tersebut lalu menghidupkan keempat pandawa dan lalu berubah menjadi Batara Darma. Puntadewa bisa saja meminta Arjuna atau Bima untuk dihidupkan sebagai saudara kandung namun secara bijaksana ia memilih Nakula. Suatu ajaran yang baik diterapkan dalam kehidupan yaitu keadilan dan tidak pilih kasih.
Akibat kalah bermain dadu, Pandawa harus menerima hukuman menjadi buangan selama 13 tahun. Dan sebelumnya Drupadi pun sempat dilecehkan oleh Dursasana yang berusaha menelanjanginya sampai sampai terucaplah sumpah Dewi Drupadi yang tidak akan mengeramas rambutnya sebelum dicuci oleh darah Dursasana, untunglah Batara Darma menolong Drupadi sehingga ia tidak dapat ditelanjangi. Pada tahun terakhir sebagai buangan, Pandawa menyamar sebagai rakyat biasa di suatu kerajaan bernama Wirata. Disana Puntadewa lalu menjadi ahli politik dan bekerja sebagai penasehat tak resmi raja yang bernama Lurah Dwijakangka.
Dalam masa buangan tersebut ada sebuah kisah yang menggambarkan kebijaksanaan dari Raden Puntadewa. Pada suatu hari Puntadewa memerintahkan Sadewa untuk mengambil air di sungai. Setelah menunggu lama, Sadewa tidak kunjung datang, lalu diutuslah Nakula, hal yang sama kembali terjadi, Nakula pun tak kembali. Lalu Arjuna dan akhirnya Bima. Semuanya tak ada yang kembali. Akhirnya menyusulah Puntadewa. Sesampainya di telaga ia melihat ada raksasa besar dan juga adik-adiknya yang mati di tepi telaga. Sang Raksasa kemudian berkata pada Puntadewa bahwa barang siapa mau meminum air dari telaga tersebut harus sanggup menjawab teka-tekinya. Pertanyaannya adalah apakah yang saat kecil berkaki empat dewasa berkaki dua dan setelah tua berkaki tiga? Punta dewa menjawab, itu adalah manusia, saat kecil manusia belum sanggup berjalan, maka merangkaklah manusia (bayi), setelah dewasa manusia sanggup berjalan dengan kedua kakinya dan setelah tua manusia yang mulai bungkuk membutuhkan tongkat untuk penyangga tubuhnya. Sang raksasa lalu menanyakan pada Puntadewa, jika ia dapat menghidupkan satu dari keempat saudaranya yang manakah yang akan di minta untuk dihidupkan? Puntadewa menjawab, Nakula lah yang ia minta untuk dihidupkan karena jika keempatnya meninggal maka yang tersisa adalah seorang putra dari Dewi Kunti, maka sebagai putra sulung dari Dewi Kunti ia meminta Nakula, putra sulung dari Dewi Madrim. Dengan demikian keturuanan Pandu dari Dewi Madrim dan Dewi Kunti tetap ada. Sang Raksasa sangat puas dengan jawaban tersebut lalu menghidupkan keempat pandawa dan lalu berubah menjadi Batara Darma. Puntadewa bisa saja meminta Arjuna atau Bima untuk dihidupkan sebagai saudara kandung namun secara bijaksana ia memilih Nakula. Suatu ajaran yang baik diterapkan dalam kehidupan yaitu keadilan dan tidak pilih kasih.
Akibat kalah bermain dadu, Pandawa harus menerima hukuman menjadi buangan selama 13 tahun. Dan sebelumnya Drupadi pun sempat dilecehkan oleh Dursasana yang berusaha menelanjanginya sampai sampai terucaplah sumpah Dewi Drupadi yang tidak akan mengeramas rambutnya sebelum dicuci oleh darah Dursasana, untunglah Batara Darma menolong Drupadi sehingga ia tidak dapat ditelanjangi. Pada tahun terakhir sebagai buangan, Pandawa menyamar sebagai rakyat biasa di suatu kerajaan bernama Wirata. Disana Puntadewa lalu menjadi ahli politik dan bekerja sebagai penasehat tak resmi raja yang bernama Lurah Dwijakangka.
Puntadewa
memiliki jimat peninggalan dari Prabu Pandu berupa Payung Kyai
Tunggulnaga dan Tombak Kyai Karawelang, Keris Kyai Kopek, dari Prabu
Yudistira berupa Sumping prabangayun, dan Sangsangan robyong yang berupa
kalung. Jika puntadewa marah dan tangannya menyentuh kalung ini makan
seketika itu pulalah, ia dapat berubah menjadi raksasa bernama Brahala
atau Dewa Mambang sebesar gunung anakan dan yang dapat meredakannya
hanyalah titisan Batara Wisnu yang juga dapat merubah diri menjadi Dewa
Amral. Selain itu Puntadewa juga memiliki pusaka bernama Serat Jamus
Kalimasada.
Kemudian atas bantuan dari Werkudara, adiknya, akhirnya Puntadewa
menjadi raja besar setelah mengadakan Sesaji Raja Suya yang dihadiri
oleh 100 raja dari mancanegara. Dengan demikian Puntadewa menjadi
seorang raja besar yang akan menjadi anutan bagi raja-raja di dunia.
Pada Perang besar Baratayuda Jayabinangun, Puntadewa menjadi senapati perang pihak pandawa menghadapi raja dari kerajaan Mandraka, Prabu Salya. Puntadewa pun akhirnya behasil membunuh Salya meskipun sebenaranya ia maju kemedan perang dengan berat hati. Saat perang Baratayuda terjadi pun, Puntadewa pernah melakukan tindakan tercela yang mengakibatkan senapati perang Kurawa yang juga gurunya, Dang Hyang Dorna terbunuh. Dikisahkan sebagai berikut, saat para pandawa berhasil membunuh gajah Estitama, seekor gajah milik Astina. Drona yang samar-samar mendengar “….tama mati!” menjadi bigung, mungkin saja Aswatama, putranya telah mati, dan lari menuju pesanggrahan Pandawa, Drona tahu benar siapa yang harus ditanyai, Puntadewa, seorang raja yang selama hidupnya tak pernah berbohong. Saat itu Puntadewa atas anjuran Kresna menyebutkan bahwa Hesti (dengan nada lemah) dan tama (dikeraskan) memang telah mati, Drona yang mendengar hal itu menjadi tambah panik karena menurut pendengarannya yang telah kabur, putra tunggalnya telah tewas. Drona pun kemudian tewas oleh Drestajumena yang mamanggal lehernya saat Drona dalam keaadaan ling-lung. Dalam hal ini dapat di petik sebuah pelajaran bahwa dalam hidup ini sebuah kejujuran pun tidak dapat dilakukan secara setengah-setengah, memang Puntadewa tidak pernah berbohong, namun sikap setengah-setengah tersebut pulalah yang mangakibatkan kematian guru besar Astina tersebut.
Pada Perang besar Baratayuda Jayabinangun, Puntadewa menjadi senapati perang pihak pandawa menghadapi raja dari kerajaan Mandraka, Prabu Salya. Puntadewa pun akhirnya behasil membunuh Salya meskipun sebenaranya ia maju kemedan perang dengan berat hati. Saat perang Baratayuda terjadi pun, Puntadewa pernah melakukan tindakan tercela yang mengakibatkan senapati perang Kurawa yang juga gurunya, Dang Hyang Dorna terbunuh. Dikisahkan sebagai berikut, saat para pandawa berhasil membunuh gajah Estitama, seekor gajah milik Astina. Drona yang samar-samar mendengar “….tama mati!” menjadi bigung, mungkin saja Aswatama, putranya telah mati, dan lari menuju pesanggrahan Pandawa, Drona tahu benar siapa yang harus ditanyai, Puntadewa, seorang raja yang selama hidupnya tak pernah berbohong. Saat itu Puntadewa atas anjuran Kresna menyebutkan bahwa Hesti (dengan nada lemah) dan tama (dikeraskan) memang telah mati, Drona yang mendengar hal itu menjadi tambah panik karena menurut pendengarannya yang telah kabur, putra tunggalnya telah tewas. Drona pun kemudian tewas oleh Drestajumena yang mamanggal lehernya saat Drona dalam keaadaan ling-lung. Dalam hal ini dapat di petik sebuah pelajaran bahwa dalam hidup ini sebuah kejujuran pun tidak dapat dilakukan secara setengah-setengah, memang Puntadewa tidak pernah berbohong, namun sikap setengah-setengah tersebut pulalah yang mangakibatkan kematian guru besar Astina tersebut.
Setelah
selesai Baratayuda, Puntadewa menjadi raja di Astina sebentar dengan
gelar Prabu Kalimataya. Lalu di gantikan oleh cucu dari Arjuna yang
bernama Parikesit dengan gelar Prabu Kresnadwipayana. Setelah tua,
Puntadewa lalu memimpin adik-adiknya untuk naik ke Puncak Himalaya untuk
mencapai nirwana. Disana satu persatu istri dan adik-adiknya meninggal,
lalu hanya ia dan anjingnya lah yang sampai di pintu nirwana, di sana
Batara Indra menolak membawa masuk anjing tersebut, namun puntadewa
bersikeras membawanya masuk. Lalu setelah perdebatan panjang anjing
tersebut berubah menjadi Batara Darma dan ikut ke nirwana bersama
Puntadewa.
( KUTIPAN : Wayang Indonesia )
Langganan:
Postingan (Atom)