Rabu, 01 Juni 2016

KETAHUI OVARIOHISTERECTOMY [OH] PADA HEWAN


Definisi
Ovariohisterectomy[OH] istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan Hysterectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan organ uterus dari dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah/operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus.

Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di  anterior dari vesica urinaria.
Adapun indikasi dari ovariohisterectomy[OH] yaitu :
a)      Sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi [pyometra, tumor ovary, cyste ovary] tumor uterus [leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma].
b)      Tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina
c)      Hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan.
d)     Penggemukan
e)      Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah populasi.

Keuntungan dan kerugian Ovariohisterectomy
a.    Keuntungan
Secara umum keuntungan melakukan ovariohisterectomy adalah :
1.         Menghilangkan ‘keributan’ hewan  pada  periode estrus
2.         Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.
3.         Menghilangkan stress akibat kebuntingan.
4.         Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus.
5.         Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.
6.         Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium.
b.    Kerugian
Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu :
1.         Terjadinya obesitas
2.         Hilangnya  potensi  breed dan nilai genetic.

Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan kebersihan maka secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal misalnya :
1.      Terjadinya komplikasi akibat perdarahan [hemoragi] karena  pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik.
2.      Terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus  pasca ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak sempurna.
3.      Uterine stump  pyometra, inflamasi dan granuloma.
4.      Fistula  pada traktus reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi [benang].
5.      rinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter vesica urinary karena adanya  perlekatan (adhesi) atau granuloma  pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary.

Premedikasi dan anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi, bradikardia dan muntah [Ibrahimn, 2000].

Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan dosis 0,05 mg/kg BB secara subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 12,5 mg/kgBB, xilazin dengan dosis 3 mg/kgBB secara intramuskular.

Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini [Gan, 1987].

Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy [1993] mempunyai sifat-sifat yaitu :
1.    Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,
2.    Cara pemberian mudah,
3.    Mulai kerja obat yang cepat dan
4.    Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.
Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan.  Obat anastesi yang sering digunakan pada hewan antara lain Ketamin dan Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261ÂșC. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5 [Anonimus b, 2005].

Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.

Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus [Sardjana dan Kusumawati, 2004]. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit [Lumley, 1990]. Menurut Kumar [1997] dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler.  

Perawatan Post Operasi
Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk membantu
proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, mengingat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka secara sempurna.


Tidak ada komentar: