Definisi
Ovariohisterectomy[OH]
istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy
dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian,
mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan
Hysterectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan
organ uterus dari dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomy merupakan tindakan
bedah/operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan
uterus.
Ovariohisterectomy
ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus
sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah
abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica
urinaria.
Adapun
indikasi dari ovariohisterectomy[OH] yaitu :
a)
Sterilisasi,
penyembuhan penyakit saluran reproduksi [pyometra, tumor ovary, cyste ovary]
tumor uterus [leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma].
b)
Tumor
mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina
c)
Hernia
inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan.
d)
Penggemukan
e)
Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan,
lebih jinak, membatasi jumlah populasi.
Keuntungan dan
kerugian Ovariohisterectomy
a.
Keuntungan
Secara umum keuntungan
melakukan ovariohisterectomy adalah :
1.
Menghilangkan ‘keributan’ hewan pada periode
estrus
2.
Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.
3.
Menghilangkan stress akibat kebuntingan.
4.
Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus.
5.
Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.
6.
Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium.
b.
Kerugian
Adapun
kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu :
1.
Terjadinya obesitas
2.
Hilangnya potensi breed dan nilai genetic.
Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur
dan kebersihan maka secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal misalnya
:
1.
Terjadinya komplikasi akibat perdarahan [hemoragi]
karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium
ditarik.
2.
Terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat
menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy karena
pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak sempurna.
3.
Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma.
4.
Fistula pada traktus reproduksi terjadi karena
berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi [benang].
5.
rinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter
vesica urinary karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma
pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary.
Premedikasi dan
anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum
pemberian anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi
dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah
untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah
mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi,
bradikardia dan muntah [Ibrahimn, 2000].
Premidikasi yang digunakan adalah atropin sulfat dengan
dosis 0,05 mg/kg
BB secara subkutan. 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin
dengan dosis 12,5 mg/kgBB,
xilazin dengan dosis 3
mg/kgBB secara intramuskular.
Anastesi
berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang berarti
rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik
mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini
didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat
anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang
tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak
menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau
jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan
relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak
diingini [Gan, 1987].
Obat
anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy [1993] mempunyai sifat-sifat yaitu :
1.
Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,
2.
Cara pemberian mudah,
3.
Mulai kerja obat yang cepat dan
4.
Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.
Selain
itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas
keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan.
Obat anastesi yang sering digunakan pada hewan antara lain Ketamin dan
Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar
dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk
sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak menyebabkan
relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Secara
kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan
berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261ÂșC. Satu gram ketamin
dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai
agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5 [Anonimus
b, 2005].
Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta
korteks otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik
sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan
depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika.
Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih
terbuka.
Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan.
Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin
dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus [Sardjana dan Kusumawati,
2004]. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5
menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit [Lumley, 1990].
Menurut Kumar [1997] dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg
diberikan secara intra muskuler.
Perawatan Post Operasi
Perawatan
post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk membantu
proses
persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder
seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga,
mengingat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan
post operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses
penutupan luka secara sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar