Sabtu, 28 Mei 2016

Jembatan Terpanjang di Indonesia [Suramadu]


SEJARAH PENINDASAN PEREMPUAN

  
Asal-usul Penindasan Perempuan
Perempuan berderajat lebih rendah daripada laki-laki - inilah anggapan umum yang berlaku sekarang ini tentang kedudukan kaum perempuan dalam masyarakat. Anggapan ini tercermin dalam prasangka-prasangka umum, seperti "seorang istri harus melayani suami", "perempuan itu turut ke surga atau ke neraka bersama suaminya", dll. Prasangka-prasangka ini mendapat penguatan dari struktur moral masyarakat yang terwujud dalam peraturan-peraturan agama dan adat. Lagipula, sepanjang ingatan kita, bahkan nenek-moyang kita, keadaannya memang sudah begini.
Tapi anggapan ini adalah anggapan yang keliru. Para ahli antropologi sudah menemukan bahwa keadaannya tidaklah selalu demikian.
Dalam masyarakat Indian Iroquis, misalnya, kedudukan perempuan dan laki-laki benar-benar setara. Bahkan, semua laki-laki dan perempuan dewasa otomatis menjadi anggota dari Dewan Suku, yang berhak memilih dan mencopot ketua suku. Jabatan ketua suku dalam masyarakat Indian Iroquis tidaklah diwariskan, melainkan merupakan penunjukan dari warga suku melalui sebuah pemilihan langsung yang melibatkan semua laki-laki dan perempuan secara setara. Keadaan ini berlangsung sampai jauh ke abad ke 19.
Dalam masyarakat Jermania, ketika mereka masih mengembara di luar perbatasan dengan Romawi, berlaku juga keadaan yang sama. Kaum perempuan mereka memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan kaum laki-lakinya. Peran yang mereka ambil dalam pengambilan keputusanpun setara karena setiap perempuan dewasa adalah juga anggota dari Dewan Suku.
Demikian pula yang berlaku di tengah suku-suku Schytia dari Asia Tengah. Di tengah mereka, bahkan perempuan dapat diangkat menjadi prajurit dan pemimpin perang.
Namun jika kita cermati lebih lanjut, masyarakat-masyarakat di mana kedudukan perempuan dan laki-laki benar-benar setara ini adalah masyarakat nomaden, yang mengandalkan perburuan dan pengumpulan bahan makanan sebagai sumber penghidupan utama mereka. Suku-suku Indian Iroquis sudah mulai bertanam jagung, namun masih dalam bentuk sangat sederhana. Demikian pula yang berlaku di tengah masyarakat Jermania dan Schytia. Pertanian, bagi mereka, hanyalah pengisi waktu ketika hewan-hewan buruan mereka sedang menetap di satu tempat. Data-data arkeologi bahkan menunjukkan bahwa pertanian primitif ini hanya dikerjakan oleh kaum perempuan sebagai pengisi waktu senggang, dan tidak dianggap sebagai satu hal yang terlalu penting untuk dapat dikerjakan oleh seluruh suku secara bersama-sama.
Namun, ketika berbagai masyarakat manusia menggeser prikehidupannya ke arah masyarakat pertanian, seluruh struktur masyarakatpun berubah. Termasuk di antaranya hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Pertanian dan Bangkitnya Patriarki
Berlawanan dengan pandangan umum tentang bangkitnya masyarakat pertanian, umat manusia tidaklah dengan sukarela memeluk pertanian sebagai cara hidup. Biasanya, orang beranggapan bahwa manusia mulai bertani ketika mereka menemukan daerah-daerah subur yang cocok untuk bertani. Namun, data-data arkeologi dan antropologi menunjukkan bahwa manusia mulai bertani ketika mereka terdesak oleh perubahan kondisi alam, di mana kondisi yang baru tidak lagi memberi mereka kemungkinan untuk bertahan hidup hanya dari berburu dan mengumpul bahan makanan.
Peradaban pertanian yang pertama kali muncul adalah peradaban Sumeria dan Mesir. Keduanya lahir dari terdesaknya suku-suku manusia yang mengembara di dataran padang rumput yang kini dikenal sebagai Afrasia. Padang rumput kuno yang kini sudah musnah ini membentang dari daerah pegunungan Afrika Timur melalui Arabia sampai pegunungan Ural di Asia Tengah. Sekitar 8.000 - 11.000 tahun yang lalu, ketika Jaman Es terakhir telah berakhir, padang rumput ini mengalami ketandusan akibat perubahan iklim. Ketandusan ini berawal dari daerah Arabia dan meluas ke utara dan selatan. Bersamaan dengan mengeringnya padang rumput ini, hewan-hewan buruan akan berpindah mencari tempat yang masih subur. Para pemburu dan pengumpul yang mengikuti hewan buruan ke utara akhirnya bertemu dengan lembah sungai Efrat dan Tigris, sementara yang ke selatan bertemu dengan lembah sungai Nil. Pada masa itu, sebuah lembah sungai merupakan medan yang tak tertembus oleh manusia, contoh modern dari lembah-lembah sungai yang masih perawan seperti ini dapat kita lihat di Papua. Karena terjepit antara dua keadaan yang berbahaya bagi kelangsungan hidup mereka, kelompok-kelompok pemburu dan pengumpul ini akhirnya memutuskan untuk bergerak memasuki lembah-lembah sungai ini dan berusaha menaklukkannya - setidaknya, di lembah-lembah sungai ini masih tersedia air.
Proses penaklukan ini pasti berjalan dengan amat beratnya karena peralatan yang mereka miliki, pada awalnya, hanyalah peralatan untuk berburu. Kini mereka harus menciptakan improvisasi bagi alat-alat mereka supaya dapat digunakan untuk membersihkan lahan. Karena peralatan mereka yang primitif itu, proses pembukaan lahan ini dapat berlangsung beratus tahun lamanya. Sementara jarang ada binatang buruan yang akan mengikuti mereka memasuki lembah-lembah sungai itu. Mereka dihadapkan pada keharusan untuk menemukan sumber makanan lain.
Dan di saat inilah, menurut data arkeologi, kaum perempuan muncul sebagai juru selamat. Mereka menggunakan ketrampilan mereka untuk mengolah biji-bijian menjadi tanaman untuk mendapatkan bahan makanan bagi seluruh komunitas. Apa yang tadinya hanya pengisi waktu senggang kini menjadi sumber penghidupan utama seluruh masyarakat.
Keharusan manusia untuk menemukan cara-cara baru untuk mempertahankan hidupnya membuat perkembangan teknologi berlangsung dengan pesat di tengah masyarakat pertanian, jika dibandingkan dengan perkembangan teknologi dalam masa-masa sebelumnya. Dengan perkembangan teknologi ini, apa yang tadinya hanya dapat dikerjakan bersama-sama (komunal) kini dapat dikerjakan secara sendirian (individual). Proses untuk menghasilkan sumber penghidupan kini berangsur-angsur berubah dari proses komunal menjadi proses individual.
Dan, hal yang paling wajar ketika pekerjaan sudah dilakukan secara individual adalah bahwa hasilnya kemudian menjadi milik individu (perorangan). Pertanian memperkenalkan kepemilikan pribadi pada umat manusia.
Di samping itu, pertanian sesungguhnya menghasilkan lebih banyak daripada berburu dan mengumpul. Tiap kali panen, manusia menghasilkan jauh lebih banyak daripada yang dapat dihabiskannya. Dengan kata lain, pertanian memperkenalkan hasil lebih pada pri-kehidupan manusia.
Namun, hasil lebih ini tidaklah muncul secara kontinyu, melainkan dalam paket-paket. Sekali panen, mereka mendapat hasil banyak, namun hasil itu harus dijaga agar cukup sampai panen berikutnya. Hal ini menumbuhkan keharusan untuk menjaga dan membagi hasil lebih ini. Melalui proses ratusan tahun, kedua keharusan ini menumbuhkan tentara dan birokrasi. Dengan kata lain, pertanian memperkenalkan Negara pada pri-kehidupan manusia.
Sekalipun berlangsung berangsur-angsur selama ratusan tahun, pada satu titik, perubahan-perubahan kecil ini menghasilkan lompatan besar pada pri-kehidupan manusia. Terlebih lagi setelah pertanian diperkenalkan, baik melalui penaklukan atau melalui proses inkulturasi, pada peradaban-peradaban lain di seluruh dunia.
Dan salah satu perubahan penting ini terjadi pada pembagian peran antara laki-laki dan perempuan.
Pertama, pertanian pada awalnya membutuhkan banyak tenaga untuk membuka lahan karena tingkat teknologi yang rendah. Hanya dari proses ekstensifikasi (perluasan lahan)-lah pertambahan hasil dapat diperoleh. Oleh karena itu, proses reproduksi manusia menjadi salah satu proses yang penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin tenaga pengolah lahan pertanian. Aktivitas seksual, yang tidak pernah dianggap penting, bahkan dianggap beban, di tengah masyarakat berburu dan mengumpul, kini menjadi satu aktivitas yang penting. Dewi Kesuburan merupakan salah satu dewi terpenting di tengah masyarakat pertanian, bukan hanya berkenaan dengan kesuburan tanah melainkan juga tingkat kesuburan reproduksi perempuan.
Dan sebagai akibat logis dari keadaan ini kaum perempuan semakin tersingkir dari proses produktif di tengah masyarakat. Waktunya semakin lama semakin terserap ke dalam kegiatan-kegiatan reproduktif.
Kedua, teknologi pertanian yang maju semakin pesat ini ternyata malah membuat aktivitas produksi di sektor pertanian menjadi semakin tertutup buat perempuan. Penemuan arkeologi menunjukkan bahwa ditemukannya bajak (luku) telah menggusur kaum perempuan dari lapangan ekonomi. Bajak merupakan alat pertanian yang berat, yang tidak mungkin dikendalikan oleh perempuan. Terlebih lagi bajak biasanya ditarik dengan menggunakan tenaga hewan ternak, di mana pengendalian terhadap ternak memang merupakan wilayah ketrampilan kaum laki-laki. Intrusi (mendesak masuknya) peternakan ke dalam pertanian telah membuat ruang bagi kaum perempuan, yang keahliannya hanya dalam bidang pertanian, semakin tertutup.
Karena perempuan semakin tidak mampu bergiat dalam lapangan produksi, maka iapun semakin tergeser ke pekerjaan-pekerjaan domestik (rumah tangga). Dan ketika perempuan telah semakin terdesak ke lapangan domestik inilah patriarki mulai menampakkan batang hidungnya di muka bumi.

Kepemilikan Pribadi dan Patriarki
Tergesernya kaum perempuan dari lapangan produktif ini terjadi dalam konteks berkembangnya kepemilikan pribadi.
Dengan semakin bergesernya proses produksi menjadi sebuah proses perorangan, maka unit pengaturan masyarakat pun berubah. Jika tadinya unit pengaturan masyarakat yang terkecil adalah suku maka kini muncullah sebuah lembaga baru, yakni keluarga.
Hampir di tiap masyarakat yang terhitung primitif konsep tentang keluarga tidak dikenal. Penelitian arkeologis telah menemukan berbagai bentuk sistem reproduksi masyarakat komunal seperti ini. Seperti nyata di tengah masyarakat Zulu, di Afrika, di mana tiap waktu tertentu diadakan satu upacara di mana kaum perempuan memilih pasangannya untuk jangka waktu sampai upacara berikutnya diadakan. Suku-suku Afrika yang lain, semacam orang-orang Bush, menganut sistem di mana seorang perempuan adalah istri dari semua laki-laki yang ada di suku tersebut, sementara seorang laki-laki adalah suami dari semua perempuan di sukunya. Suku-suku aborigin Australia menganut sistem silang-suku, di mana mereka mengenal suku-saudara. Seorang perempuan aborigin adalah istri dari semua laki-laki dalam suku-saudara mereka, demikian sebaliknya yang terjadi dengan tiap laki-laki dalam suku tersebut.
Oleh karena pola reproduksi yang komunal semacam ini, garis keturunan seseoang hanya dapat dilihat dari siapa ibunya. Dari sinilah sebab mengapa dalam masyarakat primitif hanya dikenal garis matrilineal. Ini nampak nyata dalam asal-usul kata "gen" atau "genetik" itu sendiri, yang berasal dari kata kuno bangsa Arya gan atau kan yang artinya "kelahiran" atau "kehamilan". Jadi, "keturunan" merupakan satu bentuk yang sangat bernuansa perempuan pada awalnya.
Namun demikian, garis matrilineal ini tidaklah berarti apa-apa selain penentu apakah seseorang dapat digolongkan sebagai "orang kita" atau bukan. Dalam makna yang lebih luas, apakah ia setelah dewasa akan dapat memperoleh tempat dalam Dewan Suku dan ikut mengambil keputusan-keputusan penting. Jadi, pada masa itu tidaklah dikenal Matriarki. Perempuan dan laki-laki benar-benar setara kedudukannya di tengah masyarakat.
Namun, pertanian mengubah semua itu.
Di atas kita telah melihat bahwa peranan perempuan perlahan-lahan tergusur dari lapangan produktif ke lapangan domestik. Pada awalnya ini adalah satu proses yang diterima baik oleh kaum perempuan karena pembagian kerja seperti ini dapat secepatnya meningkatkan hasil yang dapat diperoleh dari lapangan produksi itu sendiri. Dengan sukarela kaum perempuan menyerahkan tempatnya di lapangan produksi demi satu pembagian tugas yang akan meningkatkan hasil produksi setinggi-tingginya.
Yang tidak dapat dilihat oleh kaum perempuan masa itu adalah peranan kepemilikan pribadi dalam menempa sebuah sistem masyarakat.
Dalam hal ini, karena proses produksi telah menjadi sebuah proses perorangan, maka alat-alat produksi juga menjadi milik perorangan. Sistem kepemilikan suku atas alat-alat produksi semakin lama semakin pudar. Dan bersamaan dengan itu, kepemilikan atas hasil produksi juga berubah dari kepemilikan bersama menjadi kepemilikan perorangan.
Dan karena perempuan telah menyerahkan tempat mereka dalam lapangan produksi kepada laki-laki, maka kepemilikan atas alat-alat produksi itu kemudian juga jatuh kepada laki-laki. Dan karena kepemilikan atas alat produksi itu jatuh pada laki-laki, kepemilikan atas hasil produksinya juga jatuh ke tangan laki-laki.
Berikutnya, ketika kita bicara tentang bagaimana menjaga dan mengatur pembagian hasil produksi ini, siapakah yang berhak mengambil keputusan? Tentunya, karena merekalah yang bergiat di lapangan produksi, hak inipun jatuh pada laki-laki.
Ketika hak untuk mengambil keputusan dalam masyarakat telah secara eksklusif dipegang oleh kaum laki-laki, bangkitlah patriarki.
Perlahan-lahan, setelah proses ini berlangsung ratusan tahun, orangpun melupakan asal-usul pergeseran ini dan hak waris dari garis laki-laki kemudian terlembagakan. Demikian pula seluruh sistem nilai dalam masyarakat yang semula menjunjung tinggi kesamaan antara laki-laki dan perempuan kini tergeser dan tergantikan oleh sistem nilai di mana laki-laki berkuasa atas perempuan.
Salah satunya nampak dalam sistem kepercayaan, yang merupakan salah satu sistem nilai yang paling tua umurnya dalam sejarah manusia. "Agama-agama" paling kuno, seperti dinamisme atau animisme, sama sekali tidak membagi dewa-dewa mereka sebagai laki-laki atau perempuan. Bagi mereka, masalah jenis kelamin ini sama sekali tidak penting. Agama-agama yang muncul kemudian telah mulai membagi kekuatan-kekuatan supranatural ini menjadi dewa (laki-laki) dan dewi (perempuan). Namun di antara keduanya sama sekali tidak nampak perbedaan kekuasaan yang mencolok. Agama orang-orang Yunani, misalnya, sekalipun menempatkan Zeus (laki-laki) sebagai pemimpin tertinggi, namun ia seringkali tidak dapat menghalangi apa yang dimaui oleh istrinya, Hera. Untuk hampir tiap masalah, selalu ada pasangan dewa dan dewi yang menaunginya, seperti Athena-Aries (perang), Cupid-Venus (cinta), dll. Apollo jelas laki-laki, namun objek yang dinaunginya yakni matahari selalu harus menyerah pada bulan yang dilindungi oleh Artemis ketika malam tiba. Bahkan Apollo dan Artemis adalah kakak-beradik. Baru pada agama-agama monotheis-lah kekuatan supranatural tertinggi dilekatkan pada laki-laki, seperti yang nampak pada anggapan kebanyakan penganut monotheis mengenai apakah Tuhan adalah laki-laki atau perempuan.

Kemungkinan-kemungkinan untuk Pembebasan Perempuan
Di atas kita dapat melihat bahwa penempatan perempuan pada posisi kelas dua dalam masyarakat berawal dari tergesernya peranan kaum perempuan dalam lapangan produksi. Dan, pada gilirannya, tergesernya peran ini adalah akibat dari tingkatan teknologi masa itu yang tidak memungkinkan kaum perempuan untuk memasuki lapangan produksi.
Posisi kelas dua ini diperkukuh oleh sistem kepemilikan pribadi, yang pada gilirannya memunculkan diri dalam berbagai prasangka, sistem nilai dan ideologi yang menegaskan paham keunggulan laki-laki dari perempuan.
Karena ketertindasan perempuan berawal dari sebuah perjalanan sejarah yang objektif maka upaya pembebasan perempuan dari posisi yang ditempatinya sekarang ini harus pula menemukan kondisi objektif yang memungkinkan dilakukannya pembebasan tersebut. Kondisi itu adalah kembalinya kaum perempuan ke lapangan produksi kolektif.
Kondisi ini sesungguhnya telah diwujudkan oleh kapitalisme. Kapitalisme, yang mengandalkan mesin sebagai alat produksinya yang utama, telah memungkinkan kaum perempuan untuk kembali berkarya di bidang produksi kebutuhan masyarakat. Bahkan, sekarang ini, jika kita melihat di kota-kota besar, sudah jarang sekali ada kaum perempuan yang tidak memberikan sumbangan bagi perolehan kebutuhan hidup keluarganya.
Lagipula, kapitalisme telah membuat sistem produksi menjadi semakin lama semakin kolektif. Sepasang sepatu NIKE, misalnya, adalah buah karya ratusan, bahkan ribuan, orang dari berbagai negeri. Hampir tiap barang yang kita pergunakan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari merupakan hasil kerja ratusan bahkan ribuan orang. Ini semua adalah pertanda bahwa sistem produksi komunal semakin hari semakin berjaya kembali.
Dapatlah kita lihat bahwa perkembangan kondisi objektif ini telah menghasilkan ruang yang sangat terbuka bagi perempuan. Gerakan emansipasi perempuan telah berkembang bersamaan dengan masuknya perempuan-perempuan ke pabrik-pabrik. Kini perempuan telah berhak turut serta dalam berbagai bidang pekerjaan. Kebanyakan perempuan juga telah bebas untuk memilih jalan hidupnya sendiri, termasuk memilih pasangan hidup.
Namun demikian, kondisi objektif ini tidak dapat berkembang menjadi pembebasan perempuan yang sepenuh-penuhnya karena sistem nilai yang ada di tengah masyarakat masih merupakan sistem nilai yang mendukung adanya peminggiran terhadap peran perempuan.
Kita dapat melihat bahwa pekerja perempuan kebanyakan diupah jauh lebih rendah daripada pekerja laki-laki. Dan ini bukan terjadi di pabrik-pabrik saja. Demikian pula yang terjadi di banyak kantor-kantor, bahkan di kalangan industri perfilman di mana aktris biasanya digaji lebih rendah daripada aktor.
Masih dalam bidang pekerjaan, kita tahu bahwa bidang-bidang tertentu masih diposisikan sebagai "bidangnya perempuan". Seorang sekretaris, misalnya, haruslah cantik dan memiliki bentuk tubuh yang "menarik". Banyak orang masih meremehkan seorang perempuan yang bercita-cita dan berusaha keras untuk, misalnya, menjadi seorang pilot.
Ini berkaitan erat dengan masih dijadikannya perempuan sebagai simbol seksual dalam masyarakat. Penilaian utama terhadap seorang perempuan diletakkan pada apakah ia "cantik", "seksi" atau bentuk-bentuk penilaian fisik lainnya. Sesungguhnya, penilaian inipun sangat bergantung pada masyarakatnya karena apa yang "cantik dan seksi" untuk satu jaman belum tentu demikian untuk jaman lainnya. Dan pada titik ekstrimnya, kita melihat pelacuran sebagai bentuk eksploitasi puncak terhadap perempuan karena di sini bukan saja tenaganya yang dieksploitasi melainkan juga moral dan intelektualitasnya.
Di tengah masyarakat kita telah pula berkembang gerakan anti-emansipasi perempuan. Banyak bentuk yang diambil oleh gerakan ini, namun pada intinya gerakan ini berusaha mengembalikan posisi perempuan menjadi posisi terpinggirkan. Perempuan hendak dikembalikan pada posisi tidak turut dalam pengambilan keputusan, bahkan hendak dibatasi kembali ruang geraknya.
Sebaliknya, banyak pula dari kaum perempuan yang telah lolos dari jerat pembatasan-pembatasan, ternyata justru berbalik ikut membatasi gerak, bahkan turut menindas, kaum perempuan lainnya. Telah banyak pemimpin perempuan di muka bumi ini, tapi berapa banyak dari mereka yang berjuang untuk membebaskan kaum perempuan dari keterpinggiran dan keterbelakangan? Telah banyak pula manajer dan direktur perempuan di dalam perusahaan-perusahaan, tapi berapa banyak dari mereka yang berjuang agar buruh-buruh perempuan di pabriknya mendapatkan seluruh hak mereka sebagai perempuan?
Contoh paling kongkrit kita dapatkan di negeri sendiri. Presiden Megawati adalah seorang perempuan, namun sampai saat ini tidak satupun konvensi PBB yang memberikan perlindungan terhadap perempuan yang diratifikasi oleh Indonesia. Padahal, tindakan meratifikasi konvensi PBB adalah termasuk langkah politik yang moderat. Ia juga telah memotong berbagai subsidi barang-barang kebutuhan hidup. Pemotongan subsidi ini pasti memukul langsung nasib kaum perempuan Indonesia yang sampai saat ini masih terus terbelit dalam kungkungan tembok-tembok domestik.
Di atas telah kita lihat bahwa masih ada satu faktor lagi yang mengukuhkan ketertindasan perempuan: kepemilikan pribadi.
Kepemilikan pribadi tumbuh dari sebuah proses produksi yang perorangan, di mana seluruh barang kebutuhan dihasilkan oleh perorangan. Di bawah kapitalisme halnya tidak lagi demikian. Barang kebutuhan hidup telah dihasilkan secara komunal, secara kolektif. Namun, hasil produksi yang komunal ini masih dikangkangi secara pribadi, secara perorangan.
Dan oleh karena sistem kepemilikan pribadi masih berjaya, maka seluruh sistem nilai yang mendukung kepemilikan pribadi itu akan ikut berjaya pula. Dan kita tahu bahwa sistem nilai yang mendukung kepemilikan pribadi adalah juga sistem nilai yang mendukung peminggiran terhadap kaum perempuan.
Oleh karena itu, perjuangan pembebasan terhadap perempuan tidaklah dapat dilepaskan dari perjuangan untuk mengubah kendali atas proses produksi (dan hasil-hasilnya) dari tangan perorangan (pribadi) ke tangan masyarakat (sosial). Sebaliknya, pengalihan kendali ini tidak akan berhasil jika kaum perempuan belumlah terbebaskan. Tidaklah mungkin membuat satu pengendalian produksi (dan pembagian hasilnya) secara sosial jika kaum perempuan, yang mencakup setidaknya setengah dari jumlah umat manusia, tidaklah terlibat dalam pengendalian itu.
Di sinilah kita dapat menarik satu kesimpulan: perjuangan pembebasan perempuan akan berhasil dengan sempurna jika ia disatukan dengan perjuangan untuk mencapai sosialisme. Dan sebaliknya, perrjuangan untuk sosialisme akan juga berhasil dengan sempurna jika perjuangan ini menempatkan pembebasan perempuan sebagai salah satu tujuan utamanya. Kedua perjuangan ini tidak boleh dipisahkan, atau yang satu didahulukan daripada yang lain. Keduanya harus berjalan bersamaan dan saling mengisi.
Hanya dengan demikianlah kaum perempuan akan dapat dikembalikan pada posisi terhormat dalam masyarakat - sejajar dengan laki-laki dalam segala bidang kehidupan: ekonomi, sosial dan politik.

INILAH 5 KEKONYOLAN MAYORITAS ORANG INDONESIA

MEMBANDINGKAN MUHAMMAD DAN ISA ALMASIH
Sudah jelas mereka itu sama-sama Nabi. Nabi adalah utusan Tuhan. Apa layak untuk diperbandingkan? Terasa bodoh saja untuk membandingkan dua orang hebat itu. 

MEMBANDINGKAN SBY DAN JOKOWI
Dua orang itu pernah dan presiden negara Indonesia yang dipilih oleh proses pemilu demokrasi dipilih oleh rakyat sendiri. Apa kita layak untuk membandingkan antara baik dan buruknya mereka? Padahal kita tidak lebih baik dari mereka dua orang hebat di negara Indonesia itu. 

MEMBANDINGKAN LIONEL MESSI DENGAN CHIRISTIAN RONALDO
Keluarga bukan! Teman bukan! Kenalan bukan! Satu negara, bukan! Satu benua, bukan! Tapi kita suka membandingkan dua bintang lapangan itu bahkan ada yang bertengkar dan mengeluarkan kata-kata kotor membela salah satu dari dua bintang itu. Padahal kita semua sudah tau mereka masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Apa kita yang memang sudah tak waras atau memang kita yang benar-benar bodoh?

TERLALU FANATIK YANG BERHUBUNGAN DIRINYA SENDIRI, MEMOJOKAN  YANG LAIN DAN MENGANGGAP KURANG PENTING
Kebodohan yang sering terlihat adalah ketika melihat seseorang yang terlalu berlebihan membanggakan yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Sukses sedikit bangga luar biasa! Kaya sedikit sombong, menganggap yang lain tak ada apa-apanya. Padahal masih banyak yang lebih kaya tapi rendah hati. Bukan hanya itu, bahkan keluarganya sendiri dianggap lebih hebat dari keluarga orang lain. Daerahnya sendiri lebih bagus dari daerah orang lain. Bahkan agama yang dianutnya lebih dasyat dari agama orang lain. Apa terlalu fanatik itu memang mencirikan kebodohan? 

BUDAYA PAMER YANG BERLEBIHAN
Budaya pamer adalah budaya ptimitif. Primitif adalah cara yang klasik. Cara yang klasik berarti sudah tidak relevan. Tidak relevan itu berarti kampungan. Kampungan itu berati masih bodoh. Apa-apa dipamerin! Padahal yang dipamerin juga belum tentu itu yang paling mulia dan paling indah. Baru punya sesuatu dipamerin! Beli sesuatu dipamerin! Bikin sesuatu dipamerin!  Ingatlah pepatah, masih ada langit di atas langit!  

YANG MAU NAMBAH, SILAHKAN NAMBAH DI HATI MASING - MASING!
YANG MAU BERKOMENTAR, SILAHKAN KOMENTAR TAPI YANG MASUK AKAL SEHAT SAJA! KOMENTAR YANG TIDAK BERKENAN SAYA AKAN HAPUS DAN BUANG DI TONG SAMPAH!
YANG MAU COPY, SILAHKAN! ASAL TIDAK MENGGANGGU SAYA KARENA SAYA TIDAK SUKA MENGGANGGU ORANG DAN TIDAK SUKA DIGANGGU
YANG MAU SHARE, SILAHKAN! ASAL JANGAN MINTA DANA SHARE DI SAYA! Jhehehe...

Minggu, 08 Mei 2016

Tips Menjaga Keamanan Internet untuk Pebisnis UKM

Agar terhindar dari kejahatan dunia maya, ada baiknya para pengguna internet terus melakukan pengamanan.
Namun, pengamanan tersebut tidak hanya terbatas sampai dengan menggunakan antivirus.
Masih banyak hal lain yang harus dilakukan dan untuk itu Anda khususnya para pebisnis UKM yang ingin tetap aman saat berselancar di dunia maya dan bertransaksi bisa mengikuti tips di bawah ini.

1. Lakukan kontrol perangkat yang mencegah dan membatasi jenis perangkat USB yang digunakan karena perangkat pendukung tersebut merupakan celah yang sering dimanfaatkan untuk menyebar virus.

2. Pasang sandi yang kuat dan panjang, paling tidak 8-10 karakter dan terdiri dari gabungan huruf dan angka. Sebaiknya Anda juga tidak menggunakan sandi yang sama pada beberapa situs web.

3. Hindari lampiran data yang rentan terinfeksi virus, seperti .vbs, .bat, .exe, .doc, .pif, dan .scr. Buatlah sebuah ketentuan untuk lampiran data yang boleh digunakan, seperti .pdf misalnya.

4. Gunakan antivirus yang tidak hanya mampu untuk menghapus program berbahaya tapi juga mendeteksi file-file yang dapat menipu software keamanan.

5. Jangan lupa untuk selalu melakukan pembaruan agar katalog antivirus selalu bertambah sehingga bisa lebih sigap dalam menangkal kedatangan virus baru. (*/mediaindonesia.com)

2 Kunci Sukses Menawarkan Produk Tanpa Penolakan


Sebagai sales tidak jarang kita mendapatkan penolakan dari pelanggan potensial kita. Kita bisa meminimalkan resiko penolakan itu sendiri dengan menerapkan beberapa ilmu dan tips yang diterapkan oleh para ahli.

1. “Prinsip Tidak Setuju” – Big Al
Prinsip ini dicetuskan oleh Tom Schreiter seorang master network marketing yang berpengalaman lebih dari 31 tahun. Prinsip tidak setuju – Big Al akan menjadikan pernyataan bebas penolakan untuk menawarkan sesuatu kepada orang lain. Prinsip ini berhubungan dengan pepatah “kesan pertama menentukan kesan-kesan selanjutnya”.
Kunci dalam menerapkan prinsip ini adalah pernyataan awal kita. Jika pernyataan awal bagus, pelanggan akan bersama kita, mereka akan mencari alasan untuk setuju dengan apa yang kita tawarkan. Namun sebaliknya, bila pernyataan awal buruk, tidak peduli sebagus apapun presentasi dari kita, kita pasti akan ditolak oleh pelanggan kita.
Contoh situasinya misalnya Anda sedang ditawari sebuah pekerjaan oleh si A kemudian si A melontarkan pernyataan “Hey, pekerjaanmu itu jelek dan sangat tidak bagus, kamu perlu kesempatan hebat dengan bisnis saya”. Dengan pernyataan itu pasti Anda akan melakukan penolakan seperti “Tidak juga, pekerjaan saya sangat bagus, saya tetap digaji walau saya sakit dirumah, dan saya bisa libur di hari sabtu dan minggu”.
Berbeda kondisi jika si A melontarkan pernyataan yang tepat seperti “Hey, pekerjaanmu sangat bagus, kamu tetap digaji walaupun tidak masuk atau sakit dan dengan pekerjaanmu kamu bisa membeli sepeda motor”. Dengan pernyataan itu pasti Anda akan melakukan penolakan namun dengan kalimat yang berbeda “Tidak, pekerjaan saya tidak begitu bagus. Memang dengan pekerjaan saya sekarang saya sudah cukup untuk hidup, tetapi saya tidak punya anggaran untuk liburan dan beli mobil. Saya berharap dapat kesempatan yang lebih baik”.
Dari kedua contoh percakapan di atas dapat disimpulkan kalau penawaran kita baik pelanggan kita akan menerima atau minimal tidak menolak mentah-mentah produk yang kita tawarkan. Hampir setiap orang pasti memiliki pemikiran yang tidak sama, yang harus dilakukan adalah membayangkan jawaban apa yang Anda inginkan dari mereka. Maka Anda akan lebih mudah menyusun pertanyaan. Tentu saja untuk menerapkan prinsip ini perlu latihan dan pengembangan.

2. Kata-kata Magis
Dari buku “Tested Sentences That Sells” karya Elmer Wheeler menyatakan bahwa sebagai seorang sales kuncinya adalah memberikan pertanyaan yang tepat sehingga kita mendapatkan jawaban yang kita inginkan.
• Tanyakan pertanyaan yang menembus pertentangan mental lawan bicara kita. Contohnya seperti memberikan pertanyaan “Apakah Anda peduli dengan kecepatan website Anda? Jika iya, maka pilih penyedia layanan hosting yang memberikan garansi atas kecepatan website Anda.”
• Mengemas kata-kata yang memberikan pilihan sesuatu dengan sesuatu, bukan sesuatu dengan tidak ada. Contoh situasinya adalah kita menawarkan paket hosting pada pelanggan. Berikan pertanyaan seperti “Mau paket hosting dengan space 2.5 GB atau yang 5 GB ?” Paling tidak dengan pertanyaan tersebut penawaran kita akan di terima salah satu.
Penolakan adalah suatu pelajaran untuk kita. Tidak masalah jika kita ditolak, walaupun kita semua benci penolakan, yang paling penting adalah bagaimana kita mencegah penolakan tersebut dan menyikapi penolakan dari pelanggan dengan lapang dada.

Maksimalkan Bisnis dengan Menggunakan Jejaringan Sosial Facebook

 

Di era modern yang berbasis teknologi seperti sekarang ini, sebagian orang menggunakan internet untuk bisnis mereka. Tidak heran beberapa cara marketing konvensional seperti menaruh promo bisnis di radio dan surat kabar mulai ditinggalkan keberadaannya.
Salah satu media yang paling sering digunakan untuk bisnis online adalah melalui media soasial salah satunya Facebook. Bagi sejumlah entrepreneur, memiliki Facebook merupakan hal yang wajib. Apalagi jika konsumen berasal dari berbagai kalangan dan daerah.
Lalu, bagaimana cara menggunakan Facebook secara maksimal untuk kepentingan bisnis?

1. Jangan Bosan Merespon Komentar
Pelanggan adalah raja, hal tersebut juga berlaku dalam bisnis online. Oleh sebab itu, menjawab komentar di Facebook bisnis yang sedang Anda geluti adalah hal yang penting. Jika tidak ada waktu, Anda bisa memperkerjakan karyawan untuk menjawab komentar yang ada.

2. Maksimalkan Remarketing
Apakah Anda pernah melihat iklan di Facebook dan merasa ingin membeli? Nah, ini adalah cara remarketing yang merupakan cara beriklan di tempat strategis dan sama sehingga konsumen memiliki keinginan untuk membeli suatu barang yang diiklankan.

3. Tidak Terlalu Agresif
Sebenarnya, media sosial seperti Facebook bukan tempat yang sesuai untuk hard selling. Tujuan utama beriklan di Facebook adalah untuk menarik perhatian calon konsumen di media sosial tersebut. Oleh karena itu, jangan terlalu agresif dalam menawarkan suatu barang.

4. Adakan Kegiatan Sosial bersama Follower
Tak ada salahnya mengadakan penggalangan dana amal atau bakti sosial. Minta para follower di halaman bisnis Facebook Anda untuk ikut berpartisipasi. Kemudian Anda bisa mendonasikan sejumlah nominal untuk setiap like dan share yang diberikan pengguna Facebook. Cara ini sangat ampuh untuk membuat halaman bisnis Facebook Anda menjadi viral dan lebih banyak dikenal orang.

Trik Memikat pelanggan dalam sebuah bisnis

Dalam mendirikan sebuah bisnis setiap orang tentu memiliki tujuan dan target mereka masing – masing. Ada yang hanya ingin menjual dan mendapat keuntungan, ada juga yang ingin memiliki lebih banyak koneksi untuk bisnisnya dan juga memiliki pelanggan yang berlangganan lama atau setia dengan bisnisnya. Semua tujuan dari bisnis memang benar dan tidak ada yang salah. Itu sebabnya banyak pebisnis yang rela melakukan banyak cara promosi untuk mencapai tujuan tersebut. Namun bagaimana cara yang mudah untuk membuat pelanggan mau berlangganan lebih lama dengan bisnis kita? Nah, berikut ini tipsnya.

1. Unik
Berikan pelanggan Anda produk yang tidak bisa mereka temukan di tempat lain. Keunikan produk ataupun segala macam hal yang mendukungnya akan membuat pelanggan merasa istimewa dan tidak takut untuk berlangganan terhadap bisnis Anda. Anda bisa mulai dari produk itu sendiri. Contohnya jika Anda berniat menjual makanan yang sudah banyak dijual, maka cobalah untuk menciptakan rasa ataupun bentuk yang berbeda dari yang pernah Anda tahu. Anda juga bisa memberikan perbedaan pada kemasan ataupun packaging saat mengantarkan kepada pelanggan. Service yang Anda berikan kepada pelanggan juga akan menjadi pembeda Anda dengan yang lain. Semudah mungkin ditemukan, dan membuatnya terlihat sederhana dan tidak terlupakan.

2. Nyaman
Bayangkan jika Anda yang menjadi pelanggan pada bisnis Anda. Apakah Anda merasa nyaman atau senang saat datang ke toko atau berbelanja di website yang Anda miliki? Dari segi tampilan, pelayanan dan kondisi toko. Apakah Anda merasa itu membuat Anda nyaman dan puas, sehingga ingin kembali datang dan memutuskan berlangganan? Jika tidak, maka ujilah kembali apa yang Anda miliki. Pastikan apa yang Anda miliki akan memberikan kenyamanan bagi pelanggan Anda. Entah dari kondisi toko ataupun pelayanan customer service Anda. Buatlah seolah pelanggan sedang ada di rumah mereka sendiri. Dari sini kita bisa mencari tahu melalui sebuah pengamatan pasar yang Anda targetkan.

3. Berharga
Jika Anda merasa bisnis Anda berharga maka Anda memang pantas untuk memiliki bisnis berlangganan. Berharga disini lebih kepada bisnis yang Anda dirikan bukan hanya terlihat profesional dari tampilan, tapi juga dari pelayanannya. Ini sering terjadi pada bisnis online, yang sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari pelanggan karena tampilan atau pelayanan mereka yang tidak memuaskan. Itu membuat bisnis terlihat tidak serius atau berharga dimata pelanggan. Pelanggan enggan membeli atau bahkan enggan untuk berlangganan.

4. Berpetualang
Jika Anda penasaran dengan apa yang sebenarnya diinginkan atau dibutuhkan oleh pelanggan Anda? Maka cobalah untuk keluar dan menjalin kedekatan dengan mereka. Anda bisa mengikuti sebuah bazar, pameran ataupun sponsor di suatu acara. Dengan begitu Anda akan tahu bagaimana pelanggan Anda berkomunikasi, bertanya dan menyampaikan apa yang mereka butuhkan. Ini juga akan memudahkan Anda mengajak calon pelanggan untuk berlangganan dengan bisnis Anda. Petualangan seperti ini memang harus Anda lakukan jika ingin banyak orang yang tahu dan mengenal bisnis Anda.

5. Menginspirasi
Banyak bisnis yang menyuguhkan kesan menginspirasi bagi pelanggan mereka, entah itu dari pelayanan, produk ataupun iklan yang mereka buat. Seperti Disney, Coca Cola, Unilever dan lain sebagainya. Mereka menyuguhkan banyak inspirasi bagi pelanggannya. Karena memang bisnis bukan hanya semata untuk menarik pembeli dan mendapatkan banyak keuntungan, tapi lebih kepada memberikan manfaat lebih banyak untuk orang lain. Jika itu Anda lakukan, maka bukan tidak mungkin jika Anda akan memiliki pelanggan yang siap berlangganan lama dengan bisnis Anda.