Senin, 18 April 2016

Belajar Ilmu Peternakan 2016



ILMU PETERNAKAN



Pendahuluan   :
            Usaha dan pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian.  Hal ini terbukti dengan ditetapkannya program revitalisasi pertanian sebagai salah satu strategi pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin oleh Presiden SBY. Pada tahun 2004 sub sektor peternakan menyumbang 12,71 % terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) pertanian dan 1,94 % terhadap PDB nasional.

Definisi  :
            Peternakan berasal dari kata “Ternak” yang artinya pemiaraan dan pembiakan binatang.  Ternak adalah segala jenis binatang yang dipelihara untuk tujuan diambil produksinya, baik berupa daging, susu atau telur.  Produk tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis ternak antara lain  :  Sapi, kambing, domba, babi, ayam, kalkun, puyuh, kelinci, dll.

Ilmu Peternakan Dahulu & Sekarang
Pada jaman purba, manusia hidup primitive, sekitar 10.000–8.000 sebelum masehi (di jaman batu) belum ada usaha untuk menjinakkan hewan dan mereka hanya makan dari hasil perburuannya dan mencari buah-buahan atau tanaman liar yang dapat dimakan.  Domestikasi dimulai pada saat nenek moyang dahulu kala mulai menyadari potensi ternak liar untuk melaksanakan tugas dan membantu manusia sebagai sumber makanan dan pakaian. Perkembangan ilmu peternakan mulai tumbuh pada jaman batu berikutnya ( 8.000-6.000 sebelum masehi) manusia mulai merubah dari kebiasaan berburu ke kebiasaan menjinakkan hewan liar,   hingga jaman sekarang, dimana ledakan jumlah penduduk berarti meningkat pula tuntutan akan kebutuhan daging sebagai pemenuhan protein hewani, sehingga pengetahuan tentang peternakan semakin meningkat pula. Ini adalah awal dari munculnya ilmu peternakan.
            Manusia telah mendomestikasikan kira-kira 20 dari 3.000 species hewan.  Menurut beberapa ahli, domestikasi adalah keadaan dimana perkawinan, pemeliharaan, dan pemberian pakan hewan berada di bawah pengawasan manusia.  Hewan yang didomestikasi harus menerima sejumlah perubahan-perubahan dalam pola kehidupannya sebab manusia memelihara hewan tersebut untuk diambil keuntungan secara ekonomi.  Penjinakan hewan sebenarnya masih berjalan sampai sekarang untuk keperluan manuasia.  Dengan berjalannya waktu manusia mulai melakukan pembudidayaan ternak.
Diperkirakan manusia gunung jaman purba menjinakkan hewan-hewan buruannya (sapi, domba, kuda, kambing, dan anjing) dengan cara mengikutinya sewaktu hewan tersebut merumput atau mencari makan.  Manusia di dataran rendah memiara spesies lain (kucing, babi, ayam, angsa, itik) dan menggiringnya kembali ke rumah menjelang malam tiba.  Orang-orang Mesir kuno telah memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan ilmu peternakan,  lukisan-lukisan peninggalan 2625 tahun sebelum masehi memperlihatkan gambaran sapi-sapi betina dengan kaki depan yang terikat, dan peternaknya sedang membantu kelahiran atau sedang memberi tanda pada sapi-sapi mereka, demikian pula tentang penggemukkan sapi.  Domba diperkirakan mulai dijinakkan pada awal jaman Neolithik sehingga merupakan jenis ternak pertama yang dijinakkan. Diternakkan pertama kali di Asia Barat dan Tengah.
           
Arah Perkembangan Ilmu Peternakan   :
Organization Chart
    -    Air susu                                    -  Daging
-          Wool                                         -  Kulitnya
-          Tenaga kerja                           -  Obat-obatan
-          Olah raga                                 -  Pupuk
-          Kesenangan                           -  Dll.

Menurut Mardikanto (1993), di negara berkembang, termasuk Indonesia, selalu menunjukkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi nasionalnya menduduki posisi yang sangat vital. Pernyataan ini didukung oleh kenyataan bahwa  :
1.    Sebagian besar penduduk masih bermata pencaharian di sektor pertanian.
2.    Pada umumnya yang dihadapi adalah masalah pangan.
3.    Sulit bersaing dengan negara maju untuk menghasilkan produk-produk industri di pasar internasional, baik karena keterbatasan modal,, ketidakmampuan melakukan riset dan pengembangan, maupun adanya kebijakan politik proteksionisme oleh negara-negara maju.
4.    Adanya ketegaran sektor pertanian dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia.
5.    Masih besarnya sumbangan sektor pertanian bagi pembangunan sektor industri.

 Tujuan budidaya ternak adalah untuk mendapatkan hasil yang optimal.  Optimalisasi produksi bisa dicapai jika didukung oleh enam faktor besar yaitu bibit, kandang, pakan, manajemen atau tatalaksana, pengawasan kesehatan hewan dan pemasaran.  Bibit atau bakalan dipilih sesuai dengan tujuan budidaya, disamping perkandangan yang memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi. Faktor pakan sangat terkait dengan cara pemberiannya, yaitu harus sesuai dengan kebutuhan ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi semaksimal mungkin dengan biaya yang ekonomis (60 – 70% biaya produksi).  Tatalaksana merupakan cara-cara pemeliharaan sehari-hari, yaitu membersihkan ternak, kandang dan peralatannya, Pencegahan dan pengobatan penyakit, serta penanganan perkawinan yang teratur dan tepat waktu.  Pemurnian genetik ternak adalah melakukan seleksi (pemilihan bibit) dan system perkawinan sehingga diperoleh bibit yang unggul.  Apabila keenam faktor besar tersebut dapat dijalankan dengan baik, akan diperoleh produksi ternak yang sesuai dengan harapan dan potensi genetiknya. 

Penyebaran Ternak di Indonesia
Lingkungan tempat manusia dan ternak hidup serta berproduksi merupakan perpaduan dari beberapa factor, yaitu social ekonomi, manajemen peternakan, dan fisik.  Sebagian besar peternakan di Indonesia merupakan peternakan rakyat, hanya sebagian kecil saja yang merupakan peternakan besar.  Dari data statistik peternakan, semua jenis ternak mulai ruminansia sampai unggas tersebar di seluruh propinsi di Indonesia.  Namun demikian, sapi perah hanya ada di propinsi tertentu karena sapi perah membutuhkan lingkungan dan suhu tertentu yang sangat berpengaruh terhadap produksi susunya.
Penyebaran sentra peternakan secara umum untuk sapi potong terdapat pada semua propinsi yang ada di Indonesia.  Namun, populasi sapi potong terbesar berada di Pulau Jawa, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, kemudian diikuti oleh Sumatera dan Sulawesi.  Populasi sapi perah terbesar berada di Pulau Jawa, yaitu di sentra-sentra produksi  susu di jatim dan Jateng, sedangkan populasi di luar Pulau Jawa sangat sedikit.  Populasi kerbau terbesar berada di Nangro Aceh Darussalam (NAD) dan propinsi lain yang ada di Sumatera.  Populasi terbesar kambing dan domba menyebar di Pulau Jawa dan pulau Sumatera serta sebagian di Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.  Populasi terbesar babi berada di Nusa Tenggara Barat.  Keberadaan kuda terbesar di Nusa Tenggara Timur.  Sementara ayam ras baik tipe pedaging maupun tipe petelur menyebar di Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan.






Tidak ada komentar: