Oleh
:
Alan
1.1. Latar Belakang Masalah
Penyakit Avian Influenza adalah salah satu penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis berarti dapat menular dari
hewan ke manusia. Penyakit Avian
Influenza ini sudah mewabah di
beberapa negara di Asia termasuk Indonesia dan telah menimbulkan kegelisahan
masyarakat. Hampir semua jenis unggas
dapat terinfeksi virus ganas ini, seperti ayam, itik, kalkun, puyuh dan bahkan
dapat menginfeksi ternak ruminansia terutama babi. Akibat dari penyakit Avian Influenza ini dapat membawa kerugian besar bagi peternak
maupun masyarakat luas (Soedjono, 2005).
Avian Influenza adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus influenza
tipe A. wabah akibat dari virus ini ditemukan pertama kali di Italia
pada tahun 1878, pada tahun 1924-1925 virus ini mewabah di Amerika Serikat
(Anggadha, 2006).
Virus Avian
Influenza ini pernah menewaskan
antara 20-40 juta manusia pada tahun 1918-1919 dalam waktu yang singkat.
Pandemik yang sangat dahsyat disebabkan oleh virus H1N1 yang dikenal dengan
nama “Spanish flu” tahun 1957 terjadi “Asian flu” yang disebabkan oleh virus
H2N2. Kejadian itu telah menyebabkan kematian
sekitar 2 juta orang dan pada tahun 1968 terjadi “Hongkong flu” yang disebabkan
oleh virus H3N2 yang menyebabkan kematian 700.000 orang (Yonet, 2007).
Saat ini
dampak kematian pada ternak unggas sudah mencapai puluhan bahkan ratusan juta
ekor. Wabah virus Avian Influenza tersebut berjangkit di negara-negara Eropa dan
Afrika, seperti Afrika Selatan, Inggris, Australia, Belanda, Belgia, Amerika
Serikat, Kanada dan Irlandia. Inggris
dan Australia merupakan dua negara yang banyak mengalami kasus Avian
Influenza sejak tahun 1970-2003
sedangkan untuk negara-negara Asia antara lain Korea, Vietnam, China, Thailand,
Kamboja dan Indonesia (Anonim, 2005).
Penyakit Avian Influenza ini telah menyebabkan kejadian luar biasa
(KLB) di Indonesia pada tanggal 25 Januari 2004 pemerintah telah mengumumkan
secara resmi bahwa Avian Influenza (AI)
telah menyerang peternakan unggas di Indonesia dan telah terjadi outbreak di
beberapa provinsi. Virus Avian Influenza di Indonesia ditemukan sejak Agustus 2003.
Selanjutnya pada Januari 2004 ditemukan kembali kasus serupa pada ternak unggas
di beberapa provinsi di Indonesia sekitar 3.842.275 ekor ayam mati dan yang
paling tinggi kematiannya adalah wilayah Jawa Barat yaitu mencapai 1.541.427
ekor (Soedjono, 2005).
Upaya pemerintah Indonesia berkaitan dengan penanggulangan penyakit
Avian Influenza adalah dengan diluncurkannya 9 strategi
nasional untuk mananggulangi penyebaram penyakit Avian Influenza ini. Salah
satunya adalah perlindungan kepada kelompok berisiko tinggi melalui kegiatan
upaya kesehatan, dimana dalam upaya ini ada 3 faktor pokok yang harus
diperhatikan untuk mencegah penyakit flu burung ditempat kerja yaitu beban
kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja (Arvian Nevi 2006)
Data
dari Dinas peternakan Propinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Muna kasus Avian
Influenza pada unggas mulai
ditemukan pada tahun 2006 pada bulan Agustus yang tersebar di beberapa
Kecamatan, secara kumulatif jumlah kematian ternak ayam akibat kasus flu burung
di Kabupeten Muna pada tahun 2006 yaitu sebanyak 1.123.732 ekor, yang meliputi
Katobu (55.105 ekor), Bata Laiworu (8.454 ekor), Watopute (26.646 ekor),
Kontunaga (79.348 ekor), Lohia (900 ekor), Duruka (54.179 ekor).
Peneliti tertarik melakukan penelitian di
Kabupaten Muna dengan alasan bahwa semenjak telah terbukti melalui hasil
Pemerikasaan Laboratorium Balai Besar Veteriner (BBV)
Maros bahwa Pada Kabupaten Muna telah dinyatakan positif Avian Influenza belum ada
yang melakukan penelitian tentang kasus
virus Avian Influenza yang
terjadi, selain itu dinyatakan bahwa
diwilayah ini terdapat populasi berisiko yaitu para peternak (Anonim
2006).
Penularan penyakit Avian Influenza ini tidak
terlepas dari segala aktivitas para peternak itu sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh sejauh mana
pengetahuan peternak mengenai bagaimana cara melakukan aktivitas ternak yang
baik sehingga nantinya tidak menimbulkan permasalahan kesehatan baik pada
ternak maupun pada manusia
Bertolak dari latar belakang tersebut,
yang dikhawatirkan akan terjadi pandemik, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap dan tindakan peternak unggas terhadap
penyakit Avian Influenza di Kabupaten Muna, khususnya Kecamatan Bata Laiworu, dimana
dengan adanya data-data tersebut diharapkan akan membantu pihak yang terkait
dalam pelaksanaan upaya-upaya pencegahan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan
tindakan masyarakat peternak unggas
terhadap kejadian penyakit di Kecamatan Bata Laiworu Kabupaten Muna?
1.3. Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini Untuk mengetahui gambaran
perilaku masyarakat peternak
unggas tentang penyakit Avian Influenza
di Kecamatan Bata Laiworu Kabupaten Muna.
1.4. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan
dapat menjadi bahan informasi bagi dunia kesehatan khususnya bagi instansi Dinas
Peternakan dan Dinas Kesehatan dalam
menentukan kebijakan khususnya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular khususnya penyakit Avian
Influenza.
2. Manfaat Teknis
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi atau sebagian bahan kajian pustaka bagi peneliti
selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum tentang penyakit Avian Influenza
2.1.1.
Definisi Penyakit Avian Influenza
Avian
Influenza adalah suatu penyakit menular yang digolongkan dalam zoonosis
yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit Avian
Influenza ini dikhawatirkan dapat menular juga dari manusia ke manusia.
Avian
Influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini adalah Avian influenza (Depkes, 2006).
Avian Influenza adalah penyakit pada
unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang merupakan family
Orthomyxoviridae. Virus influenza ini
dibedakan atas 3 tipe yakni virus influenza tipe A yang biasa menular ke
unggas, sedangkan tipe B dan C adalah virus yang umum menyebabkan influenza
pada manusia.
2.1.2.
Etiologi
Penyakit Avian
Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan diameter 90-120
nanometer. Virus tersebut termasuk dalam
family orthomyxoviridae. Secara mormal,
virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas.
Namun dapat juga menginfeksi ternak ruminansia, terutama babi (Soejoedono, 2005).
Berdasarkan tipe virusnya, virus influenza
terbagi atas 3 tipe yakni tipe A, B dan C pada permukaan virus tipe A, ada 2
glikoprotein, yaitu hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Untuk mengklasifikasikan secara rinci,
masing-masing tipe virus tersebut dibagi menjadi subtype berdasar kelompok
hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). klasifikasinya adalah H1-H15, dan
N1-N9 (Aditama, 2004).
Influenza pada manusia sejauh ini disebabkan
oleh virus H1N1, H2N2, H3N2, serta virus avian H5N1, H9N2, dan H7N7. dan kasus
penyakit Avian Influenza yang hangat
dibicarakan saat ini adalah virus influenza tipe A subtype H5N1.
Adapun sifat virus ini
yaitu dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22oC dan
lebih 30 hari pada 0oC. inilah yang menyebabkan wabah virus Avian Influenza banyak merebak dimusim
dingin atau musim hujan yang udaranya
relatif lebih dingin. Sementara itu, pada bahan organik, virus akan
hidup lebih lama begitu juga dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas
sakit. Virus ini akan mati dalam
pemanasan 60oC selama 30 menit atau 56oC selama 3 jam.
2.1.3. Gejala Penyakit
Gejala
penyakit flu burung dapat dibedakan menjadi dua yakni pada unggas dan manusia.
1.
Pada unggas
Virus Avian Influenza yang
awalnya hanya ditemukan pada burung-burung liar kini telah menjangkit hewan
ternak, terutama unggas bahkan mampu menginfeksi ternak jenis ruminansia,
misalnya babi. Unggas yang terkena penyakit Avian Influenza akan
menunjukan gejala lengkap, mulai pernapasan, kemampuan produksi ayam,
pencernaan dan saraf.
Adapun gejala-gejala klinis ternak
unggas yang terinfeksi flu burung yaitu (Aditama, 2004) :
1. Jengger berwarna
biru
2. Kepala bengkak
3. Sekitar mata
bengkak
4. Demam
5. Diare
6. Penurunan
produksi telur
7. Tidak nafsu
makan
8. Terjadi gangguan
pernapasan (batuk dan bersin)
9. Kematian
mendadak
10. Gangguan sistem
saraf (depresi)
Sejumlah subtype virus Avian
Influenza dapat menimbulkan penyakit parah pada spesies unggas tertentu, tetapi
pada spesies unggas lain tidak menimbulkan penyakit tertentu atau penyakit
timbul bersifat sangat ringan. Morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) bervariasi tergantung pada spesies unggas, virus, umur,
lingkungan, ventilasi dan adanya infeksi sekunder. Morbiditas bisa sangat
tinggi, tapi mortalitasnya rendah. Pada kasus Avian Influenza sangat
patogenik, morbiditas dan mortabilitas dapat mencapai 100%. Mortalitas biasanya
meningkat antara 10-50 kali dari hari sebelumnya dan mencapai puncak pada hari
ke-6 sampai ke-7 setelah timbul gejala. (Siegel, 2006)
2. Pada manusia
Gejala flu burung pada dasarnya adalah
sama dengan flu biasa lainnya, hanya saja cenderung lebih sering dengan cepat
menjadi parah. Virus Influenza biasanya menimbulkan penyakit ringan hanya
sebagian kecil yang menimbulkan infeksi pernapasan kronik yang di ikuti infeksi
sistemik. Virus Avian Influenza diduga salah satu yang termasuk dalam bagian
kecil yang dapat menyebabkan kematian dalam satu minggu. Oleh karena itu, orang
yang terjangkit flu perlu segera ditangani. (Soejoedono, dan Ekowati. 2006).
Adapun gejala-gejala penyakit flu
burung pada manusia, yaitu (Aditama, 2004) :
1. Demam sekitar
39oC
2. Batuk
3. Lemas
4. Sakit
tenggorokan
5. Sakit kepala
6. Muntah
7. Nyeri perut
8. Nyeri sendi
9. Infeksi
selaput mata (conjunctivitis)
10. Dalam keadaan memburuk, terjadi severe
respiratory distress, yakni sesak napas hebat, kadar oksigen rendah
sementara kadar karbondioksida meningkat. Ini terjadi karena infeksi flu
menyebar keparu-paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).
3. Penularan dari ternak ke manusia
Virus
ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia terjadi
karena kontak dengan berbagai jenis unggas terinfeksi maupun tidak
langsung. Maksudnya selain karena
menyentuh unggas, ayam, burung, dan sebagainya secara langsung, penularan dapat
terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang di kandangnya dan alat-alat
peternakan (melalui pakan ternak). Penularan juga dapat terjadi melalui
pakaian, termasuk sepatu pada peternak yang langsung menangani unggas yang
sakit, dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme
lain.
Penularan
dari unggas ke manusia, pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih
hidup dan menular. Unggas yang sudah di masak tidak akan menularkan flu burung
ke manusia sebab virus itu akan mati dengan pemanasan 80oC lebih
dari 1 menit. Semakin meningkat suhu akan semakin cepat mematikan virus.
Telur-telur yang
cangkangnya terdapat kotoran kering perlu diwaspadai. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi kotoran yang menempel pada telur-telur tadi berasal dari kotoran
unggas yang terjangkit Avian Influenza. Disarankan juga untuk mengkonsumsi telur yang
telah matang.
4. Penularan antara manusia
Sampai
saat ini penularan virus flu burung antar manusia kecil kemungkinannya, tetapi
diwaspadai. Hal ini dikarenakan virus
cepat bermutasi dan beradaptasi dengan manusia sehingga kemungkinannya adanya
virus baru dari flu burung. Apabila
sudah terjadi interaksi antara virus influenza pada unggas dan pada manusia
maka akan terbentuk virus yang lebih ganas dan mematikan.
2.1.5. Masa inkubasi
1. Pada unggas : 1 minggu
2. Pada manusia : 1-3 hari,
masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.
2.1.6. Diagnosis
Departemen
kesehatan RI membagi diagnosis flu burung pada manusia menjadi tiga yaitu :
1.
Kasus
suspec flu burung yaitu seseorang
dengan infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) dengan gejala demam (suhu >38oC), batuk dan atau
sakit tenggorokan dengan salah satu
keadaan :
a. Seminggu terakhir mengunjungi
peternakan yang terjadi KLB flu burung
b.
Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan
c.
Bekerja pada suatu laboratorium yang memproses spesimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita flu burung
2. Kasus probable yaitu kasus suspek disertai
salah satu keadaan :
a. Bukti laboratorium terbatas yang mengarah ke virus influenza A
H5N1, misalnya tes yang
menggunakan antigen H5H1.
b. Dalam waktu singkat
berlanjut menjadi pneumonia/gagal
c. Terbukti tidak ada penyebab lain.
3. Kasus konfirmasi atau kasus sudah pasti, yang
defenisinya adalah kasus yang :
a. Hasil kultur virus influenza H5N1
(+)
b.
Hasil PCR (polymerase Chain Reaction) influenza H5 (+)
c. Terjadi peningkatan titer
antibody h5 sebesar 4 kali
2.1.7. Pencegahan
a. Pada
hewan ternak
Beberapa langkah yang
ditempuh dalam pencegahan Avian Influenza
pada hewan ternak antara lain :
1. Biosekuriti
Stretegi
utama yang harus dilaksanakan adalah meningkatkan biosekuriti. Tindakan karantina atau isolasi harus diberlakukan
terhadap peternakan yang tertular.
Kondisi sanitasi di kandang-kandang, lingkungan kandang, maupun para pekerja harus sehat.
2. Depopulasi
Depopulasi
adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang tertular
virus Avian Influenza. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit lebih luas.
3. Vaksinasi
Proram
vaksinasi merupakan tindakan kedua yang dipilih oleh indonesia dalam
penanggulangan Avian Influenza.
Vaksinasi dilakukan pada semua jenis unggas sehat, terutama di daerah yang
telah di ketahui ada virus Avian
Influenza.
4. Sosialisasi
Sosialisasi tentang
penyakit Avian Influenza dilakukan
dengan penyuluhan ke peternakan dan masyarakat di masing-masing daerah. Agar
warga disekitar lokasi peternakan mengerti dan paham akan bahaya flu
burung. Dengan demikian, masyarakat akan
menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.
Pengertian masyarakat akan bahaya virus Avian Influenza diharapkan membuat tahu langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menghadapi Avian
Influenza.
5. Surveilans dan Penelusuran
Surveilans adalah suatu penelitian
cermat terhadap berbagai aspek kejadian dan penyebaran penyakit yang ditujukan pada upaya
pengendalian penyakit secara efektif.
6. Pengendalian lalu lintas
Upaya
pemantauan lalu lintas unggas juga merupakan hal penting untuk dilakukan. Hal
ini dilakukan untuk mencegah masuknya bibit endemik dari luar daerah.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, kesehatan hewan serta
melakukan uji laboratorium sampel darah unggas terhadap kemungkinan Avian Influenza. Dalam kondisi wabah,
maka pengendalian dibagi dalam beberapa zona (wilayah), yakni :
1. Daerah tertular : daerah yang sudah
dinyatakan ada kasus secara klinis dan hasil uji laboratorium.
2. Daerah terancam : daerah yang berbatasan
langsung dengan daerah tertular atau tidak memiliki batasan alam dengan daerah
tertular.
3. Daerah bebas : daerah yang dinyatakan
masih belum ada kasus secara klinis maupun secara uji laboratorium, atau
memiliki batas alam (pulau).
7. Re-Stocking (pengisian kembali unggas)
Kandang dikosongkan selama 30 hari setelah
kasus terakhir dan disemprot desinfektan seminggu 2 kali.
8. Stamping Out (pemusnahan unggas secara
menyeluruh)
Pada
daerah bebas/terancam apabila timbul kasus Avian Influenza dan telah di
diagnosa secara klinis, patologi anatomis dan epidemiologi serta dikonfirmasi
secara laboratories, maka dilakukan tindakan pemusnahan secara menyeluruh
(stamping out) yaitu memusnahkan seluruh ternak unggas yang sakit maupun yang
sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua unggas yang berada dalam
radius 1 km dari peternakan tertular tersebut (Anonim, 2004).
9. Monitoring dan
Evaluasi
Monitoring
kelapangan sampai tingkat desa dilaksanakan 1 bulan 1 kali, sedangkan evaluasi dilakukan
dalam 3 bulan sekali (Anonim, 2007)
b. Pada manusia
Secara umum cara
pencegahan terkena flu tentunya tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang
seimbang dan bergizi, istrahat teratur dan olahraga teratur. Sementara itu, sampai sekarang belum ada
vaksin untuk menangkal virus flu burung pada manusia.
Beberapa upaya
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu (Anonim, 2006) :
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) Tahun 2005 menyatakan, secara umum prinsip-prinsip kerja
yang higienis, seperti :
a. Mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung
diri. Ini merupakan upaya yang harus dilakukan oleh mereka yang kontak dengan
binatang, baik dalam keadaan mati, apalagi ketika hidup.
b. Karena telur juga dapat tertular, maka
penanganan kulit telur mentah perlu dapat perhatian
c.
Daging unggas harus dimasak sampai suhu 70oC atau 80oC
selama sedikitnya satu menit.
d.
Pola hidup sehat, dalam hal ini adalah makanan yang bergizi dan seimbang,
istirahat yang cukup, olahraga teratur.
2.1.8. Pengobatan
Sampai saat ini penyakit
Avian Influenza belum ada obatnya.
Penderita hanya akan diberikan obat untuk meredakan gejala yang menyertai
penyakit Avian Influenza tersebut,
seperti demam, batuk atau pusing. Pasien juga harus mendapat terapi suportif,
makanan yang bergizi, bila perlu di infus dan istirahat yang cukup, bila
terdapat sesak napas dapat dilakukan oksigenasi.
Selain itu dapat pula
diberikan obat anti virus. Ada 2 jenis yang tersedia, yaitu kelompok M2
inhibitors, (amantadine dan rimantadine) serta kelompok neuramidinase inhibitors (oseltamivir dan zanimivir). Amantadine
atau rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48 jam pertama, selama 3-5 hari,
dengan dosis 5 mg/kg berat badan pasien/hari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan
100 mg/hari. Sementara oseltamivir diberikan 75 mg, satu kali sehari selama 7
hari.
2.2. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan
perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motifasi dan sebagainya yang berfungsi untuk
mengolah rangsangan dari luar, sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan
sekitar, baik fisik maupun non fisik, seperti iklan, manusia, sosial ekonomi,
kebudayaan dan sebagainya.
Jadi, perilaku adalah suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh
seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan respon menurut cara
tertentu terhadap suatu objek.
Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokan menjadi 3 jenis :
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi atau
rangsangan dari luar.
b. Perilaku dalam bentuk sikap, yakni tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri si subyek sehingga alam itu sendiri akan mencetak
perilaku manusia yang hidup di dalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alat
tersebut (lingkungan fisik). Lingkungan yang kedua adalah sosio-budaya yang
bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan
perilaku manusia. Ini adalah merupakan keadaan
berupa masyarakat dan segala budidaya masyarakat dimana manusia itu
lahir dan mengembangkan perilakunya.
c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, berupa perbuatan
(action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
2.3. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 1993).
Menurut
Bloom, pengetahuan merupakan bagian dari “coognitive domain” yang mempunyai 6
tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengikat
suatu materi yang telah dipelajari sebelummya, termasuk dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu
kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
rill (sebenarnya) aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan
situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan
untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam sutu strukur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun informasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu Kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan Kriteria-kriteria yang telah ada.
2.4. Tinjauan Umum Tentang Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulus atau obyek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Seperti halnya pengetahuan,
sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1. Menerima (Receiving)
Orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan obyek.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar-benar atau salah,
adalah berarti menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mangajak
orang lain untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap yang berarti bahwa orang (subyek) menerima ide yang
ditawarkan.
4. Bertanggung
jawab (Responsible)
Bertanggung jawab
atas sesuatu yang telah dipilih dengan segala resikonya adalah merupakan sikap
yang paling tinggi.
Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sikap merupakan
kecenderungan untuk bertindak tetapi belum melakukan aktifitas. Pengukuran
sikap ini dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. secara langsung
dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu
obyek atau dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian
dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).
2.5. Tinjauan Umum Tentang Tindakan
Tindakan ini memiliki
tingkatan-tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah :
1.
Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih obyek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambi ladalah merupakan prakek tingkat
pertama.
2. Respon Terpimpin (Guided Response)
Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar. Ini adalah indikator tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu adalah sudah
merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi (Adaptation)
Suatu praktek atau
tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah
dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.6. Tinjauan Tentang Peternak Ayam
Peternak ayam adalah mereka yang mempunyai
profesi sebagai peternak ayam baik ayam pedaging maupun ayam petelur. Ayam
pedaging adalah jenis ayam yang efisien diternakkan untuk diambil dagingnya. Ciri-ciri umum ayam pedaging antara lain
bentuk badannya besar, kuat dan penuh daging. Temperamennya lambat dan tenang,
kemampuan bertelur rendah, jenis ayam pedaging tertentu memiliki sifat lambat
dewasa. Contoh ayam pedaging yang terkenal adalah ayam broiler, keistimewaan ayam pedaging jenis ini adalah usia
pemeliharaannya yang singkat untuk dikonsumsi.
III. KERANGKA
KONSEP
3.1.
Kerangka Konseptual
Penyakit Avian Influenza adalah
suatu penyakit menular yang digolongkan dalam zoonosis yaitu penyakit yang dapat
menular dari hewan ke manusia. Penyakit Avian Influenza ini dikhawatirkan dapat
menular juga dari manusia ke manusia.
Penyakit Avian Influenza ini
menimbulkan dampak negatif baik bagi kesehatan.
Masyarakat
sebagai peternak unggas sebagai kelompok berisiko terkena virus Avian Influenza ini, maka harus
mengenali dan memilki pengetahuan, yang akan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-harinya sehingga dapat bersikap dan bertindak tepat terhadap
penyakit flu burung ini.
Pada penelitian ini, pengetahuan, sikap dan tindakan peternak unggas, dinyatakan sebagai variabel independen, sedangkan kejadian penyakit Avian Influenza dinyatakan sebagai
variabel dependen. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
IV.
METODE PENELITIAN
Waktu
dan Lokasi Penelitian
A. Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli 2010 sampai dengan tanggal 19 Agustus
2010
B. Lokasi Penelitian
Lokasi
Penelitian adalah di Kecamatan Bata Laiworu Kabupaten Muna dengan beberapa
pertimbangan :
1. Dari data Dinas Peternakan Kabupaten Muna,
Bahwa Kabupaten Muna sudah terdapat kasus penyakit Avian Influenza sebanyak
1.123.732. ekor unggas.
2. Peternak Di Kecamatan Bata Laiworu dalam
melakukan aktivitas ternak masih kurang memperhatikan tata laksana peternakan
yang tepat seperti kandang ternak masih bersatu dengan rumah, tidak memakai
alat pelindung diri dan kebersihan kandang kurang diperhatikan.
Metode Penentuan Responden
Populasi
dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang bekerja sebagai peternak unggas
Di Kecamatan Bata Laiworu Kabupaten Muna. Penentuan responden dengan metode
acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu 20% dari seluruh peternak unggas
di Kecamatan Bata Laiworu sebanyak 202 peternak berdasarkan Dinas Pertanian Sub
Dinas Peternakan Kabupaten Muna.
Metode pengumpulan data
Penelitian ini
menggunakan data Primer dan data sekunder
1. Data primer
Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang sudah ditentukan dan
dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Data sekunder
Data Sekunder
diperoleh dari instansi Pemerintahan yaitu Dinas Pertanian Sub Dinas Peternakan
Kabupaten Muna.
Metode Analisis Data
Analisis
data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu untuk memberikan penjelasan
tentang gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat peternak unggas
terhadap penyakit Avian Influenza.
Defenisi Operasional
1. Penyakit Flu Burung
Penyakit flu burung dalam penelitian ini
adalah penyakit menular yang digolongkan dalam zoonosis yaitu penyakit yang
dapat menular dari hewan ke manusia dan menular antar ternak unggas itu sendiri
yang disebabkan oleh virus Avian
Influenza.
2.
Pengetahuan
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah
pemahaman masyarakat peternak unggas terhadap penyakit flu burung, yaitu
meliputi pengertian, gejala baik pada hewan maupun pada manusia, cara
penularan, populasi berisiko, pencegahan dan penanggulangan.
Pengetahuan diukur dengan skala Guttman, dengan menggunakan dua
kategori yaitu kategori cukup dan kurang.
Menggunakan dua kategori supaya perbedaan intensitas antar individu
lebih jelas (kasar), dimana jawaban yang tepat diberi skor 1 dan salah diberi
skor 0.
Kriteria Objektif :
Cukup : Jika skor yang diperoleh responden denggan
menggunakan daftar pertanyaan menunjukkan nilai lebih besar atau sama dengan
60% dari seluruh pertanyaan.
Kurang :
Jika hasil wawancara responden dengan menggunakan daftar pertanyaan menunjukan
nilai kurang dari 60% dari seluruh pertanyaan (Notoatmodjo, 1993).
3. Sikap
Sikap dalam penelitian ini adalah tanggapan responden terhadap cara
penularan dan penanggulangan penyakit flu burung.
Sikap responden diukur berdasarkan skala Likert, dengan menggunakan tiga
kategori yaitu kategori setuju, Ragu dan Tidak Setuju. Dimana dalam pernyataan kalimat positif untuk
jawaban Setuju (S) diberi skor 3, Ragu (R) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS)
diberi skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skor dibalik yaitu
Setuju (S) diberi skor 1, Ragu (R) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor
3.
Kriteria Obyektif :
Positif : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 65%
dari total skor tertinggi.
Negatif : Jika skor yang diperoleh responden < 65%
dari total skor tertinggi.
4.
Tindakan
Tindakan
dalam penelitian ini adalah pemahaman masyarakat peternak unggas terhadap apa
yang harus dilakukan terhadap penyakit flu burung atau suatu kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat peternak unggas sehubungan dengan penularan,
pencegahan dan penanggulangan dari penyakit flu burung.
Tindakan diukur dengan skala Guttman, dengan
menggunakan dua kategori yaitu kategori positif dan negatif agar perbedaan
antar individu itu lebih jelas (kasar).
Dimana jawaban yang tepat diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.
Kriteria Obyektif :
Positif : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 50% dari
total skor tertinggi.
Negatif : Jika skor yang diperoleh responden < 50%
dari total skor tertinggi.
KUESIONER PENELITIAN
Studi Perilaku masyarakat terhadap
penyakit Avian Influenza di Kecamatan Bata Laiworu Kebupaten Muna.
Informasi Umum:
Wawancara : I/
Tanggal wawancara : ……./……/2010
Lokasi wawancara :
A. Identitas Responden
1. Nama responden :
2. Umur :......... tahun
3. Jenis kelamin :
4. Status
perkawinan :
5. Pendidikan :
1.
Tidak sekolah
2. SD
3.
SLTP
4.
SLTA
5.
PT
II. Pengetahuan tentang penyakit Avian Influenza
Pengertian
1. Menurut Anda, penyakit flu burung adalah
penyakit yang disebabkan oleh apa?
1. Virus 2. Bakteri
Gejala Pada Ayam
2. Apakah anda tahu gejala flu burung pada
ayam?
1. Ya 2. Tidak
3. Apakah ayam terkena flu burung mengalami
kematian yang mendadak?
1.
Ya 2. Tidak
4. Apakah ayam terkena flu burung jenggernya
nampak berwarna biru atau kepalanya bengkak?
1.
Ya 2. Tidak
5. Apakah ayam yang terkena flu burung
terjadi penurunan produksi telur?
1.
Ya 2. Tidak
6. Apakah ayam yang terkena flu burung sering
batuk atau bersin?
1.
Ya 2. Tidak
7. Apakah ayam yang terkena flu burung
mengalami penurunan nafsu makan?
1.
Ya 2. Tidak
8. Apakah ayam yang terkena flu burung
mengeluarkan lendir di hidung atau mata ?
1.
Ya 2. Tidak
Gejala Pada Manusia
9. Apakah anda tahu gejala flu burung pada
manusia?
1.
Ya 2. Tidak
10. Apakah orang yang terkena flu burung
menderita panas tinggi?
1.
Ya 2. Tidak
11.
Apakah
orang yang terkena flu burung merasa lemas?
1.
Ya 2.
Tidak
12.Apakah orang yang terkena flu burun merasa
sakit kepala?
1.
Ya 2. Tidak
13. Apakah orang yang terkena flu burung
muntah-muntah?
1.
Ya 2. Tidak
14. Apakah orang yang terkena flu burung merasa
sakit tenggorokan?
1.
Ya 2. Tidak
15.Apakah orang yang terkena flu burung
merasa nyeri sendi atau otot?
1. Ya 2.
Tidak
Penularan
16. Apakah kotoran ayam itu dapat menularkan
penyakit flu burung?
1.
Ya 2. Tidak
17. Apakah penyakit flu burung bisa menular dari unggas ke unggas?
1.
Ya 2. Tidak
18. Apakah
penyakit flu burung bisa menular dari unggas ke manusia?
1.
Ya 2. Tidak
19.
Apakah
penyakit flu burung bisa menular dari kandang (dari satu kandang ke kandang yang lainnya)?
1. Ya 2.
Tidak
20. Apakah menyentuh secara langsung ayam yang
terkena flu burung bisa menyebabkan penularan penyakit flu burung?
1. Ya 2.
Tidak
Kelompok Berisiko
21. apakah peternak ayam berisiko terkena penyakit flu burung?
1. Ya 2. Tidak
22. Apakah sopir pengangkut unggas (ayam)
berisiko terkena penyakit flu burung?
1. Ya 2.
Tidak
23. Apakah orang yang bertempat tinggal di
sekitar lokasi peternakan ayam berisiko
terkena flu burung ?
1. Ya 2.
Tidak
Pencegahan Pada Unggas
24 Apakah kendaraan pengangkut unggas dari
daerah yang tertular penyakit flu burung ke daerah yang bebas flu burung harsu
dilarang?
1.
Ya 2. Tidak
25. Apakah alat-alat peternakan harus
dibersihkan dengan cairan sabun (densifektan)?
1.
Ya 2. Tidak
26. Apakah ayam yang terkena penyakit flu
burung harus dimusnahkan ?
1.
Ya 2. Tidak
Pencgahan Pada Manusia
27.
Apakah peternak ayam harus mencuci tangan dengan sabun sehabis bekerja?
1.
Ya 2. Tidak
28. Apakah peternak ayam harus mandi setiap selesai bekerja?
1.
Ya 2. Tidak
29. Apakah peternak Harus
menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja?
1. Ya 2. Tidak
30. Apakah kotoran ayam harus dibersihkan
setiap hari?
1. Ya 2.
Tidak
31. Apakah ayam yang terkena penyakit flu
burung harus dimusnahkan?
1.
Ya 2. Tidak
32.
Apakah ayam sehat harus dimusnahkan juga bila berada pada kandang yang sama
dengan ayam yang terkena penyakit flu burung ?
1.
Ya 2. Tidak
33. Apakah ayam yang sehat harus segera dijual
apabila ditemukan beberapa ayam terkena penyakit flu burung pada lokasi
peternakan yang sama ?
1. Ya 2. Tidak
II. Sikap Terhadap Penyakit Avian Influenza
a. Flu burung bisa menular dari unggas ke
unggas
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
b. Flu burung tidak bisa menular dari unggas
ke unggas
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
c. Flu burung bisa menular dari satu kandang
ayam ke kandang ayam lainnya
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
d. Kotoran ayam tidak menyebabkan penularan
penyakit flu burung
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
Pencegahan
e. Peternak ayam tidak perlu menggunakan alat
pelindung diri pada saat bekerja
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
f. Kendaraan pengangkut unggas yang berasal
dari daerah yang tertular flu burung harus dilarang masuk ke daerah yang
bebas/terancam flu burung
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
g. Peralatan peternakan tidak perlu
dibershkan dengan air sabun (densifektan)?
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
h. Peternak ayam tidak perlu mencuci tangan
sehabis bekerja di peternakan
1.Setuju 2.
Ragu-ragu 3. Tidak setuju
i. Kotoran ayam tidak perlu dibersihkan
setiap hari
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
j. Vaksinasi hanya diberikan apabila ayam
sakit
1.Setuju 2.
Ragu-ragu 3. Tidak setuju
k. Ayam yang terkena penyakit flu burung
tidak perlu dimusnahkan
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
Penanggulangan
l. Apabila kita hanya sakit flu biasa tidak perlu
berobat ke puskesmas, cukup beli obat
yang di warung-warung saja
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
m. Ayam yang terkena penyakit flu burung
harus dimusnahkan dengan cara dibakar
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
n. Ayam yang sehat tidak harus dimusnahkan
walaupun tinggal satu kandang dengan ayam yang terkena flu burung sebab bisa
merugikan peternak ayam
1.Setuju 2.
Ragu-ragu 3. Tidak setuju
o. Apabila terdapat ayam yang terkena flu
burung, maka ayam yang sehat harus segera dijual untuk mengurangi kerugian
peternak
1.Setuju 2. Ragu-ragu 3. Tidak setuju
III. Tindakan Terhadap
Penyakit Avian Influenza
1. Ayam diberikan vaksinasi
1.Ya 2.
Tidak
2. Membersihkan kotoran unggas setiap hari
1.Ya 2.
Tidak
3. Membatasi orang yang ingin masuk ke lokasi
peternakan
1.Ya 2. Tidak
4. Membatasi kendaraan pengangkut unggas yang
keluar masuk lokasi peternakan
1.Ya 2.
Tidak
5. Membersihkan peralatan peternakan dengan
densifektan (sabun)
1.Ya 2.
Tidak
6. Mandi sehabis kerja
1.Ya 2. Tidak
7. Jika sakit flu, sakit kepala, batuk, panas
hanya membeli obat di warung-warung saja
1.Ya 2. Tidak
8. Pakaian kerja ditinggalkan di tempat kerja
1.Ya 2.
Tidak
9. Mencuci tangan sehabis bekerja dengan
densifektan (sabun)
1.Ya 2.
Tidak
10.
Menjaga
kebersihan lingkungan peternakan
1.Ya 2. Tidak
11.
Menggunakan
masker saat bekerja
1.Ya 2.
Tidak
12.
Menggunakan
sepatu pada saat bekerja
1.Ya 2.
Tidak
13.
Menggunakan
Kaos tangan pada saat bekerja
1.Ya 2.
Tidak
14.
Peralatan
peternakan dalam kondisi bersih
1.Ya 2. Tidak
15.
Menggunakan
baju kerja pada saat bekerja
1.Ya 2.
Tidak
16.
Menjaga
kebersihan kandang ayam
1.Ya 2.
Tidak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar