Senin, 20 Juni 2016

STUDI PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KECAMATAN BATA LAIEORU KABUPATEN MUNA PROPINSI SULAWESI TENGGARA

   Oleh :  
Alan



 1.1. Latar Belakang Masalah
           Penyakit Avian Influenza  adalah salah satu penyakit zoonosis.  Penyakit zoonosis berarti dapat menular dari hewan ke manusia. Penyakit Avian Influenza  ini sudah mewabah di beberapa negara di Asia termasuk Indonesia dan telah menimbulkan kegelisahan masyarakat.  Hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi virus ganas ini, seperti ayam, itik, kalkun, puyuh dan bahkan dapat menginfeksi ternak ruminansia terutama babi. Akibat dari penyakit Avian Influenza  ini dapat membawa kerugian besar bagi peternak maupun masyarakat luas (Soedjono, 2005).
         Avian Influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza  tipe A. wabah akibat dari virus ini ditemukan pertama kali di Italia pada tahun 1878, pada tahun 1924-1925 virus ini mewabah di Amerika Serikat (Anggadha, 2006).
Virus Avian Influenza  ini pernah menewaskan antara 20-40 juta manusia pada tahun 1918-1919 dalam waktu yang singkat. Pandemik yang sangat dahsyat disebabkan oleh virus H1N1 yang dikenal dengan nama “Spanish flu” tahun 1957 terjadi “Asian flu” yang disebabkan oleh virus H2N2.  Kejadian itu telah menyebabkan kematian sekitar 2 juta orang dan pada tahun 1968 terjadi “Hongkong flu” yang disebabkan oleh virus H3N2 yang menyebabkan kematian 700.000 orang    (Yonet, 2007).
  Saat ini dampak kematian pada ternak unggas sudah mencapai puluhan bahkan ratusan juta ekor. Wabah virus Avian Influenza  tersebut berjangkit di negara-negara Eropa dan Afrika, seperti Afrika Selatan, Inggris, Australia, Belanda, Belgia, Amerika Serikat, Kanada dan Irlandia.  Inggris dan Australia merupakan dua negara yang banyak mengalami kasus  Avian Influenza  sejak tahun 1970-2003 sedangkan untuk negara-negara Asia antara lain Korea, Vietnam, China, Thailand, Kamboja dan Indonesia (Anonim, 2005).
  Penyakit Avian Influenza  ini telah menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia pada tanggal 25 Januari 2004 pemerintah telah mengumumkan secara resmi bahwa Avian Influenza (AI) telah menyerang peternakan unggas di Indonesia dan telah terjadi outbreak di beberapa provinsi. Virus Avian Influenza  di Indonesia ditemukan sejak Agustus 2003. Selanjutnya pada Januari 2004 ditemukan kembali kasus serupa pada ternak unggas di beberapa provinsi di Indonesia sekitar 3.842.275 ekor ayam mati dan yang paling tinggi kematiannya adalah wilayah Jawa Barat yaitu mencapai 1.541.427 ekor (Soedjono, 2005).
             Upaya pemerintah Indonesia berkaitan dengan penanggulangan penyakit Avian Influenza  adalah dengan diluncurkannya 9 strategi nasional untuk mananggulangi penyebaram penyakit Avian Influenza  ini. Salah satunya adalah perlindungan kepada kelompok berisiko tinggi melalui kegiatan upaya kesehatan, dimana dalam upaya ini ada 3 faktor pokok yang harus diperhatikan untuk mencegah penyakit flu burung ditempat kerja yaitu beban kerja, kapasitas kerja, dan lingkungan kerja (Arvian Nevi 2006)
    
Data dari Dinas peternakan Propinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Muna  kasus Avian Influenza  pada unggas mulai ditemukan pada tahun 2006 pada bulan Agustus yang tersebar di beberapa Kecamatan, secara kumulatif jumlah kematian ternak ayam akibat kasus flu burung di Kabupeten Muna pada tahun 2006 yaitu sebanyak 1.123.732 ekor, yang meliputi Katobu (55.105 ekor), Bata Laiworu (8.454 ekor), Watopute (26.646 ekor), Kontunaga (79.348 ekor), Lohia (900 ekor), Duruka (54.179 ekor).
                         Peneliti tertarik melakukan penelitian di Kabupaten Muna dengan alasan bahwa semenjak telah terbukti melalui hasil Pemerikasaan Laboratorium Balai Besar Veteriner (BBV) Maros bahwa Pada Kabupaten Muna telah dinyatakan positif Avian Influenza  belum ada yang melakukan penelitian tentang  kasus virus  Avian Influenza  yang terjadi, selain itu dinyatakan bahwa  diwilayah ini terdapat populasi berisiko yaitu para peternak (Anonim 2006).
                         Penularan penyakit Avian Influenza  ini tidak terlepas dari segala aktivitas para peternak itu sendiri.  Hal ini dipengaruhi oleh sejauh mana pengetahuan peternak mengenai bagaimana cara melakukan aktivitas ternak yang baik sehingga nantinya tidak menimbulkan permasalahan kesehatan baik pada ternak maupun pada manusia
             Bertolak dari latar belakang tersebut, yang dikhawatirkan akan terjadi pandemik, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap dan tindakan peternak unggas terhadap penyakit Avian Influenza  di Kabupaten Muna,  khususnya Kecamatan Bata Laiworu, dimana dengan adanya data-data tersebut diharapkan akan membantu pihak yang terkait dalam pelaksanaan upaya-upaya pencegahan.

1.2.    Rumusan Masalah
                 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan  masyarakat peternak unggas terhadap kejadian penyakit di Kecamatan Bata Laiworu Kabupaten Muna?

1.3.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui gambaran  perilaku masyarakat  peternak unggas tentang penyakit Avian Influenza di Kecamatan Bata Laiworu Kabupaten Muna.

1.4.  Manfaat Penelitian
     1. Manfaat Praktis
         Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi dunia kesehatan khususnya bagi instansi Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan  dalam menentukan kebijakan khususnya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular khususnya penyakit Avian Influenza.  
    2.  Manfaat Teknis
         Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau sebagian bahan kajian pustaka bagi peneliti selanjutnya.


II.  TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum tentang penyakit Avian Influenza
      2.1.1. Definisi Penyakit Avian Influenza
         Avian Influenza adalah suatu penyakit menular yang digolongkan dalam zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.  Penyakit Avian Influenza ini dikhawatirkan dapat menular juga dari manusia ke manusia.
         Avian Influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang manusia.  Nama lain dari penyakit ini adalah Avian influenza (Depkes, 2006).
                Avian Influenza adalah penyakit pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang merupakan family Orthomyxoviridae.  Virus influenza ini dibedakan atas 3 tipe yakni virus influenza tipe A yang biasa menular ke unggas, sedangkan tipe B dan C adalah virus yang umum menyebabkan influenza pada manusia.

      2.1.2. Etiologi
                 Penyakit Avian Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan diameter 90-120 nanometer.  Virus tersebut termasuk dalam family orthomyxoviridae.  Secara mormal, virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas.  Namun dapat juga menginfeksi ternak ruminansia, terutama babi (Soejoedono,  2005).
         Berdasarkan tipe virusnya, virus influenza terbagi atas 3 tipe yakni tipe A, B dan C pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein, yaitu hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N).  Untuk mengklasifikasikan secara rinci, masing-masing tipe virus tersebut dibagi menjadi subtype berdasar kelompok hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). klasifikasinya adalah H1-H15, dan N1-N9  (Aditama, 2004).
           Influenza pada manusia sejauh ini disebabkan oleh virus H1N1, H2N2, H3N2, serta virus avian H5N1, H9N2, dan H7N7. dan kasus penyakit Avian Influenza yang hangat dibicarakan saat ini adalah virus influenza tipe A subtype H5N1.
          Adapun sifat virus ini yaitu dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22oC dan lebih 30 hari pada 0oC. inilah yang menyebabkan wabah virus Avian Influenza banyak merebak dimusim dingin atau musim hujan yang udaranya  relatif lebih dingin. Sementara itu, pada bahan organik, virus akan hidup lebih lama begitu juga dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit.  Virus ini akan mati dalam pemanasan 60oC selama 30 menit atau 56oC selama 3 jam.

2.1.3. Gejala Penyakit
                  Gejala penyakit flu burung dapat dibedakan menjadi dua yakni pada unggas dan manusia.
1.      Pada unggas
Virus Avian Influenza yang awalnya hanya ditemukan pada burung-burung liar kini telah menjangkit hewan ternak, terutama unggas bahkan mampu menginfeksi ternak jenis ruminansia, misalnya babi. Unggas yang terkena penyakit Avian Influenza akan menunjukan gejala lengkap, mulai pernapasan, kemampuan produksi ayam, pencernaan dan saraf.
          Adapun gejala-gejala klinis ternak unggas yang terinfeksi flu burung yaitu (Aditama,  2004) :
1. Jengger berwarna biru
2. Kepala bengkak
3. Sekitar mata bengkak
4. Demam
5. Diare
6. Penurunan produksi telur
7. Tidak nafsu makan
8. Terjadi gangguan pernapasan (batuk dan bersin)
9. Kematian mendadak
10. Gangguan sistem saraf (depresi)
               Sejumlah subtype virus Avian Influenza dapat menimbulkan penyakit parah pada spesies unggas tertentu, tetapi pada spesies unggas lain tidak menimbulkan penyakit tertentu atau penyakit timbul bersifat sangat ringan. Morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) bervariasi tergantung pada spesies unggas, virus, umur, lingkungan, ventilasi dan adanya infeksi sekunder. Morbiditas bisa sangat tinggi, tapi mortalitasnya rendah. Pada kasus Avian Influenza sangat patogenik, morbiditas dan mortabilitas dapat mencapai 100%. Mortalitas biasanya meningkat antara 10-50 kali dari hari sebelumnya dan mencapai puncak pada hari ke-6 sampai ke-7 setelah timbul gejala. (Siegel, 2006)
2. Pada manusia
          Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya, hanya saja cenderung lebih sering dengan cepat menjadi parah. Virus Influenza biasanya menimbulkan penyakit ringan hanya sebagian kecil yang menimbulkan infeksi pernapasan kronik yang di ikuti infeksi sistemik. Virus Avian Influenza diduga salah satu yang termasuk dalam bagian kecil yang dapat menyebabkan kematian dalam satu minggu. Oleh karena itu, orang yang terjangkit flu perlu segera ditangani. (Soejoedono, dan Ekowati. 2006).
          Adapun gejala-gejala penyakit flu burung pada manusia, yaitu (Aditama, 2004) :
1. Demam sekitar 39oC
2. Batuk
3. Lemas
4. Sakit tenggorokan
5. Sakit kepala
6. Muntah
7. Nyeri perut
8. Nyeri sendi
9. Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
10. Dalam keadaan memburuk, terjadi severe respiratory distress, yakni sesak napas hebat, kadar oksigen rendah sementara kadar karbondioksida meningkat. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar keparu-paru dan menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).
       3.  Penularan dari ternak ke manusia
                        Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia terjadi karena kontak dengan berbagai jenis unggas terinfeksi maupun tidak langsung.  Maksudnya selain karena menyentuh unggas, ayam, burung, dan sebagainya secara langsung, penularan dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang di kandangnya dan alat-alat peternakan (melalui pakan ternak). Penularan juga dapat terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu pada peternak yang langsung menangani unggas yang sakit, dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain.
                        Penularan dari unggas ke manusia, pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang sudah di masak tidak akan menularkan flu burung ke manusia sebab virus itu akan mati dengan pemanasan 80oC lebih dari 1 menit. Semakin meningkat suhu akan semakin cepat mematikan virus.
Telur-telur yang cangkangnya terdapat kotoran kering perlu diwaspadai. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kotoran yang menempel pada telur-telur tadi berasal dari kotoran unggas yang terjangkit Avian Influenza.  Disarankan juga untuk mengkonsumsi telur yang telah matang.
4. Penularan antara manusia
                 Sampai saat ini penularan virus flu burung antar manusia kecil kemungkinannya, tetapi diwaspadai.  Hal ini dikarenakan virus cepat bermutasi dan beradaptasi dengan manusia sehingga kemungkinannya adanya virus baru dari flu burung.  Apabila sudah terjadi interaksi antara virus influenza pada unggas dan pada manusia maka akan terbentuk virus yang lebih ganas dan mematikan.

2.1.5. Masa inkubasi
   1. Pada unggas          : 1 minggu
2. Pada manusia        : 1-3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah             timbul gejala.  Pada anak sampai 21 hari.

2.1.6. Diagnosis
            Departemen kesehatan RI membagi diagnosis flu burung pada manusia menjadi tiga yaitu :
1.    Kasus suspec flu burung yaitu seseorang dengan infeksi saluran pernapasan akut  (ISPA) dengan gejala demam (suhu >38oC), batuk dan atau sakit tenggorokan  dengan salah satu keadaan :
    a. Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang terjadi KLB flu burung
            b. Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan
            c. Bekerja pada suatu laboratorium yang memproses spesimen manusia atau   hewan yang dicurigai menderita flu burung
2. Kasus probable yaitu kasus suspek disertai salah satu keadaan :
a. Bukti laboratorium terbatas yang mengarah ke virus influenza A H5N1,        misalnya tes yang menggunakan antigen H5H1.
         b. Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia/gagal  
             c. Terbukti tidak ada penyebab lain.
3. Kasus konfirmasi atau kasus sudah pasti, yang defenisinya adalah kasus yang :
            a. Hasil kultur virus influenza H5N1 (+)
            b. Hasil PCR (polymerase Chain Reaction) influenza H5 (+)
            c. Terjadi peningkatan titer antibody h5 sebesar 4 kali

2.1.7. Pencegahan
    a. Pada hewan ternak
Beberapa langkah yang ditempuh dalam pencegahan Avian Influenza pada hewan ternak antara lain :
1. Biosekuriti
                     Stretegi utama yang harus dilaksanakan adalah meningkatkan biosekuriti.  Tindakan karantina atau isolasi harus diberlakukan terhadap peternakan yang tertular.  Kondisi sanitasi di kandang-kandang, lingkungan kandang,  maupun para pekerja harus sehat.
2. Depopulasi
                        Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang tertular virus Avian Influenza.  Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit lebih luas.
          3. Vaksinasi
                        Proram vaksinasi merupakan tindakan kedua yang dipilih oleh indonesia dalam penanggulangan Avian Influenza. Vaksinasi dilakukan pada semua jenis unggas sehat, terutama di daerah yang telah di ketahui ada virus Avian Influenza.
          4. Sosialisasi
                 Sosialisasi tentang penyakit Avian Influenza dilakukan dengan penyuluhan ke peternakan dan masyarakat di masing-masing daerah. Agar warga disekitar lokasi peternakan mengerti dan paham akan bahaya flu burung.  Dengan demikian, masyarakat akan menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.  Pengertian masyarakat akan bahaya virus Avian Influenza diharapkan membuat tahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi Avian Influenza.
   5. Surveilans dan Penelusuran
         Surveilans adalah suatu penelitian cermat terhadap berbagai aspek kejadian dan  penyebaran penyakit yang ditujukan pada upaya pengendalian penyakit secara efektif.
    6. Pengendalian lalu lintas
Upaya pemantauan lalu lintas unggas juga merupakan hal penting untuk dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya bibit endemik dari luar daerah. Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, kesehatan hewan serta melakukan uji laboratorium sampel darah unggas terhadap kemungkinan Avian Influenza. Dalam kondisi wabah, maka pengendalian dibagi dalam beberapa zona (wilayah), yakni :
1.      Daerah tertular : daerah yang sudah dinyatakan ada kasus secara klinis dan hasil uji laboratorium.
2.      Daerah terancam : daerah yang berbatasan langsung dengan daerah tertular atau tidak memiliki batasan alam dengan daerah tertular.
3.      Daerah bebas : daerah yang dinyatakan masih belum ada kasus secara klinis maupun secara uji laboratorium, atau memiliki batas alam (pulau).
7. Re-Stocking (pengisian kembali unggas)
            Kandang dikosongkan selama 30 hari setelah kasus terakhir dan disemprot desinfektan seminggu 2 kali.
8.  Stamping Out (pemusnahan unggas secara menyeluruh)
Pada daerah bebas/terancam apabila timbul kasus Avian Influenza dan telah di diagnosa secara klinis, patologi anatomis dan epidemiologi serta dikonfirmasi secara laboratories, maka dilakukan tindakan pemusnahan secara menyeluruh (stamping out) yaitu memusnahkan seluruh ternak unggas yang sakit maupun yang sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua unggas yang berada dalam radius 1 km dari peternakan tertular tersebut (Anonim, 2004).
9. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring kelapangan sampai tingkat desa dilaksanakan 1 bulan 1 kali, sedangkan evaluasi dilakukan dalam 3 bulan sekali (Anonim, 2007)

b. Pada manusia
                        Secara umum cara pencegahan terkena flu tentunya tetap menjaga daya tahan tubuh, makan yang seimbang dan bergizi, istrahat teratur dan olahraga teratur.  Sementara itu, sampai sekarang belum ada vaksin untuk menangkal virus flu burung pada manusia.
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu (Anonim, 2006) :
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun 2005 menyatakan, secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis, seperti :
a. Mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung diri.  Ini merupakan upaya yang harus  dilakukan oleh mereka yang kontak dengan binatang, baik dalam keadaan mati, apalagi  ketika hidup.
            b. Karena telur juga dapat tertular, maka penanganan kulit telur mentah perlu dapat perhatian
            c. Daging unggas harus dimasak sampai suhu 70oC atau 80oC selama sedikitnya satu menit.
            d. Pola hidup sehat, dalam hal ini adalah makanan yang bergizi dan seimbang, istirahat yang cukup, olahraga teratur.
          
2.1.8. Pengobatan
                  Sampai saat ini penyakit Avian Influenza belum ada obatnya. Penderita hanya akan diberikan obat untuk meredakan gejala yang menyertai penyakit Avian Influenza tersebut, seperti demam, batuk atau pusing. Pasien juga harus mendapat terapi suportif, makanan yang bergizi, bila perlu di infus dan istirahat yang cukup, bila terdapat sesak napas dapat dilakukan oksigenasi.
                   Selain itu dapat pula diberikan obat anti virus. Ada 2 jenis yang tersedia, yaitu kelompok M2 inhibitors, (amantadine dan rimantadine) serta kelompok neuramidinase inhibitors (oseltamivir dan zanimivir). Amantadine atau rimantadine diberikan pada awal penyakit, 48 jam pertama, selama 3-5 hari, dengan dosis 5 mg/kg berat badan pasien/hari dibagi dalam 2 dosis.  Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg/hari. Sementara oseltamivir diberikan 75 mg, satu kali sehari selama 7 hari.

2.2. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan ekstern.  Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motifasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar, sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik, seperti iklan, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
Jadi, perilaku adalah suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan respon menurut cara tertentu  terhadap suatu objek.
Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokan menjadi 3 jenis : 
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.
b. Perilaku dalam bentuk sikap, yakni tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya sesuai dengan sifat dan keadaan alat tersebut (lingkungan fisik). Lingkungan yang kedua adalah sosio-budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Ini adalah merupakan keadaan  berupa masyarakat dan segala budidaya masyarakat dimana manusia itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, berupa perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

2.3. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
         Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 1993).
         Menurut Bloom, pengetahuan merupakan bagian dari “coognitive domain” yang mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
     Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelummya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.
2. Memahami (Comprehension)
     Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application)
     Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya) aplikasi disini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
     Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam sutu strukur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.  Sintesis (Synthesis)
     Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun informasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
     Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu Kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan Kriteria-kriteria yang telah ada.
2.4. Tinjauan Umum Tentang Sikap
            Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau obyek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
                  Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1. Menerima (Receiving)
    Orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.
2. Merespon (Responding)
    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar-benar atau salah, adalah berarti menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mangajak orang lain untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap yang berarti bahwa orang (subyek) menerima ide yang ditawarkan.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilih dengan segala resikonya adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
            Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak tetapi belum melakukan aktifitas. Pengukuran sikap ini dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek atau dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).
     
2.5. Tinjauan Umum Tentang Tindakan
    Tindakan ini memiliki tingkatan-tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah :
    1. Persepsi (Perception)
  Mengenal dan memilih obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambi ladalah merupakan prakek tingkat pertama.
   2. Respon Terpimpin (Guided Response)
       Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. Ini adalah indikator tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanism)
   Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu adalah sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi (Adaptation)
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
     
2.6. Tinjauan Tentang Peternak Ayam
Peternak ayam adalah mereka yang mempunyai profesi sebagai peternak ayam baik ayam pedaging maupun ayam petelur. Ayam pedaging adalah jenis ayam yang efisien diternakkan untuk diambil dagingnya. Ciri-ciri umum ayam pedaging antara lain bentuk badannya besar, kuat dan penuh daging. Temperamennya lambat dan tenang, kemampuan bertelur rendah, jenis ayam pedaging tertentu memiliki sifat lambat dewasa. Contoh ayam pedaging yang terkenal adalah ayam broiler, keistimewaan ayam pedaging jenis ini adalah usia pemeliharaannya yang singkat untuk dikonsumsi.

III. KERANGKA KONSEP

3.1.  Kerangka Konseptual
                Penyakit Avian Influenza adalah suatu penyakit menular yang digolongkan dalam zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.  Penyakit Avian Influenza ini dikhawatirkan dapat menular juga dari manusia ke manusia.  Penyakit Avian Influenza ini menimbulkan dampak negatif baik bagi kesehatan.
              Masyarakat sebagai peternak unggas sebagai kelompok berisiko terkena virus Avian Influenza ini, maka harus mengenali dan memilki pengetahuan, yang akan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya sehingga dapat bersikap dan bertindak tepat terhadap penyakit flu burung ini. 
Pada penelitian ini, pengetahuan, sikap dan tindakan  peternak unggas, dinyatakan sebagai variabel independen, sedangkan kejadian penyakit Avian Influenza dinyatakan sebagai variabel dependen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
                                   
IV.   METODE PENELITIAN

             Waktu dan Lokasi Penelitian
A.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli 2010 sampai dengan tanggal 19 Agustus 2010
B.     Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah di Kecamatan Bata Laiworu Kabupaten Muna dengan beberapa pertimbangan :
1.      Dari data Dinas Peternakan Kabupaten Muna, Bahwa Kabupaten Muna sudah terdapat kasus penyakit Avian Influenza sebanyak 1.123.732. ekor unggas.
2.      Peternak Di Kecamatan Bata Laiworu dalam melakukan aktivitas ternak masih kurang memperhatikan tata laksana peternakan yang tepat seperti kandang ternak masih bersatu dengan rumah, tidak memakai alat pelindung diri dan kebersihan kandang kurang diperhatikan.

                 Metode Penentuan Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang bekerja sebagai peternak unggas Di Kecamatan Bata Laiworu Kabupaten Muna. Penentuan responden dengan metode acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu 20% dari seluruh peternak unggas di Kecamatan Bata Laiworu sebanyak 202 peternak berdasarkan Dinas Pertanian Sub Dinas Peternakan Kabupaten Muna.

             Metode  pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan data Primer dan data sekunder
1. Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang sudah ditentukan dan dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.


2. Data sekunder
Data Sekunder diperoleh dari instansi Pemerintahan yaitu Dinas Pertanian Sub Dinas Peternakan Kabupaten Muna.

                         Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu untuk memberikan penjelasan tentang gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat peternak unggas terhadap penyakit Avian Influenza.

     Defenisi Operasional
     1. Penyakit Flu Burung
                     Penyakit flu burung dalam penelitian ini adalah penyakit menular yang digolongkan dalam zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan menular antar ternak unggas itu sendiri yang disebabkan oleh virus Avian Influenza.
2.  Pengetahuan
         Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pemahaman masyarakat peternak unggas terhadap penyakit flu burung, yaitu meliputi pengertian, gejala baik pada hewan maupun pada manusia, cara penularan, populasi berisiko, pencegahan dan penanggulangan.
 Pengetahuan diukur dengan skala Guttman, dengan menggunakan dua kategori yaitu kategori cukup dan kurang.  Menggunakan dua kategori supaya perbedaan intensitas antar individu lebih jelas (kasar), dimana jawaban yang tepat diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.
          Kriteria Objektif :
     Cukup     :  Jika skor yang diperoleh responden denggan menggunakan daftar pertanyaan menunjukkan nilai lebih besar atau sama dengan 60% dari seluruh pertanyaan.
Kurang  : Jika hasil wawancara responden dengan menggunakan daftar pertanyaan menunjukan nilai kurang dari 60% dari seluruh pertanyaan (Notoatmodjo, 1993).
     3.  Sikap
Sikap dalam penelitian ini adalah tanggapan responden terhadap cara penularan dan penanggulangan penyakit flu burung.
          Sikap responden diukur berdasarkan skala Likert, dengan menggunakan tiga kategori yaitu kategori setuju, Ragu dan Tidak Setuju.  Dimana dalam pernyataan kalimat positif untuk jawaban Setuju (S) diberi skor 3, Ragu (R) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skor dibalik yaitu Setuju (S) diberi skor 1, Ragu (R) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 3.
Kriteria Obyektif :
Positif    : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 65% dari total skor tertinggi.
Negatif  : Jika skor yang diperoleh responden < 65% dari total skor tertinggi.
4.      Tindakan
 Tindakan dalam penelitian ini adalah pemahaman masyarakat peternak unggas terhadap apa yang harus dilakukan terhadap penyakit flu burung atau suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat peternak unggas sehubungan dengan penularan, pencegahan dan penanggulangan dari penyakit flu burung.
 Tindakan diukur dengan skala Guttman, dengan menggunakan dua kategori yaitu kategori positif dan negatif agar perbedaan antar individu itu lebih jelas (kasar).  Dimana jawaban yang tepat diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.
Kriteria Obyektif :
Positif    :  Jika skor yang diperoleh responden ≥ 50% dari total skor tertinggi.
Negatif  :  Jika skor yang diperoleh responden < 50% dari total skor tertinggi.


            KUESIONER PENELITIAN
Studi Perilaku masyarakat terhadap penyakit Avian Influenza di Kecamatan Bata Laiworu Kebupaten Muna.

Informasi Umum:
Wawancara                             :  I/
Tanggal wawancara                : ……./……/2010
Lokasi wawancara                  :

A.    Identitas Responden
1. Nama responden           :
2. Umur                             :......... tahun
3. Jenis kelamin                 :
4. Status perkawinan         :
5. Pendidikan                    :
                                          1. Tidak sekolah
                                          2. SD
                                          3. SLTP
                                          4. SLTA
                                          5. PT

II. Pengetahuan tentang penyakit Avian Influenza

            Pengertian
1.      Menurut Anda, penyakit flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh apa?
1.      Virus                                                         2.  Bakteri

Gejala Pada Ayam
2.    Apakah anda tahu gejala flu burung pada ayam?
                      1. Ya                       2. Tidak
3.    Apakah ayam terkena flu burung mengalami kematian yang mendadak?
                 1. Ya                2. Tidak
4.    Apakah ayam terkena flu burung jenggernya nampak berwarna biru atau kepalanya bengkak?
                 1. Ya                2. Tidak
5.    Apakah ayam yang terkena flu burung terjadi penurunan produksi telur?
                 1. Ya                2. Tidak
6.    Apakah ayam yang terkena flu burung sering batuk atau bersin?
                 1. Ya                2. Tidak
7.    Apakah ayam yang terkena flu burung mengalami penurunan nafsu makan?
                 1. Ya                2. Tidak
8.    Apakah ayam yang terkena flu burung mengeluarkan lendir di hidung atau mata ?
                 1. Ya                2. Tidak

Gejala Pada Manusia
9.    Apakah anda tahu gejala flu burung pada manusia?
            1. Ya                2. Tidak
10. Apakah orang yang terkena flu burung menderita panas tinggi?
                 1. Ya                2. Tidak
11.  Apakah orang yang terkena flu burung merasa lemas?
          1. Ya                2. Tidak
12.Apakah orang yang terkena flu burun merasa sakit kepala?
                 1. Ya                2. Tidak
13. Apakah orang yang terkena flu burung muntah-muntah?
     1. Ya                2. Tidak
14. Apakah orang yang terkena flu burung merasa sakit tenggorokan?
     1. Ya                2. Tidak
       15.Apakah orang yang terkena flu burung merasa nyeri sendi atau otot?
1. Ya                2. Tidak
       
        Penularan
16.  Apakah kotoran ayam itu dapat menularkan penyakit flu burung?
   1. Ya             2. Tidak
17. Apakah penyakit flu burung bisa menular dari unggas ke unggas?
1. Ya                2. Tidak
  18. Apakah penyakit flu burung bisa menular dari unggas ke manusia?
1. Ya                2. Tidak
19.         Apakah penyakit flu burung bisa menular dari kandang (dari  satu kandang ke kandang yang lainnya)?
  1. Ya              2. Tidak
20.     Apakah menyentuh secara langsung ayam yang terkena flu burung bisa menyebabkan penularan penyakit flu burung?
1. Ya             2. Tidak

       Kelompok Berisiko
21. apakah peternak ayam berisiko terkena penyakit flu burung?
                   1. Ya             2. Tidak
22.     Apakah sopir pengangkut unggas (ayam) berisiko terkena penyakit flu burung?
                   1. Ya              2. Tidak

23. Apakah orang yang bertempat tinggal di sekitar lokasi peternakan ayam  berisiko terkena flu burung ?
       1. Ya                     2. Tidak

       Pencegahan Pada Unggas
24    Apakah kendaraan pengangkut unggas dari daerah yang tertular penyakit flu burung ke daerah yang bebas flu burung harsu dilarang?
     1. Ya                2. Tidak
25.  Apakah alat-alat peternakan harus dibersihkan dengan cairan sabun (densifektan)?
     1. Ya                2. Tidak
26.  Apakah ayam yang terkena penyakit flu burung harus dimusnahkan ?
          1. Ya                       2. Tidak

Pencgahan Pada Manusia
      27. Apakah peternak ayam harus mencuci tangan dengan sabun sehabis bekerja?
     1. Ya                2. Tidak
      28. Apakah peternak ayam harus mandi setiap selesai bekerja?
     1. Ya                2. Tidak
      29.  Apakah peternak Harus menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja?
                 1. Ya               2. Tidak
30.  Apakah kotoran ayam harus dibersihkan setiap hari?
      1. Ya               2. Tidak
31.  Apakah ayam yang terkena penyakit flu burung harus dimusnahkan?
          1. Ya                       2. Tidak
      32. Apakah ayam sehat harus dimusnahkan juga bila berada pada kandang yang sama dengan ayam yang terkena penyakit flu burung ?
            1. Ya                2. Tidak
33.  Apakah ayam yang sehat harus segera dijual apabila ditemukan beberapa ayam terkena penyakit flu burung pada lokasi peternakan yang sama ?
            1. Ya                2. Tidak

  II. Sikap Terhadap Penyakit Avian Influenza
a.    Flu burung bisa menular dari unggas ke unggas
1.Setuju      2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
b.    Flu burung tidak bisa menular dari unggas ke unggas
1.Setuju      2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
c.    Flu burung bisa menular dari satu kandang ayam ke kandang ayam lainnya
1.Setuju      2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju

d.   Kotoran ayam tidak menyebabkan penularan penyakit flu burung
1.Setuju      2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju

            Pencegahan
e.    Peternak ayam tidak perlu menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja
     1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
f.     Kendaraan pengangkut unggas yang berasal dari daerah yang tertular flu burung harus dilarang masuk ke daerah yang bebas/terancam flu burung
     1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
g.    Peralatan peternakan tidak perlu dibershkan dengan air sabun (densifektan)?
     1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
h.    Peternak ayam tidak perlu mencuci tangan sehabis bekerja di peternakan
    1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
i.      Kotoran ayam tidak perlu dibersihkan setiap hari
    1.Setuju                   2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
j.      Vaksinasi hanya diberikan apabila ayam sakit
     1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
k.    Ayam yang terkena penyakit flu burung tidak perlu dimusnahkan
     1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju

Penanggulangan
l. Apabila kita hanya sakit flu biasa tidak perlu berobat ke puskesmas, cukup  beli obat yang di warung-warung saja
     1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
m.    Ayam yang terkena penyakit flu burung harus dimusnahkan dengan cara dibakar
     1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju
n.      Ayam yang sehat tidak harus dimusnahkan walaupun tinggal satu kandang dengan ayam yang terkena flu burung sebab bisa merugikan peternak ayam
                 1.Setuju      2.  Ragu-ragu  3. Tidak setuju
o.      Apabila terdapat ayam yang terkena flu burung, maka ayam yang sehat harus segera dijual untuk mengurangi kerugian peternak
     1.Setuju                  2. Ragu-ragu   3. Tidak setuju

III. Tindakan Terhadap Penyakit Avian Influenza
1.    Ayam diberikan vaksinasi
            1.Ya                 2. Tidak
2.    Membersihkan kotoran unggas setiap hari
                 1.Ya                 2. Tidak
3.    Membatasi orang yang ingin masuk ke lokasi peternakan
                 1.Ya                 2. Tidak
4.    Membatasi kendaraan pengangkut unggas yang keluar masuk lokasi peternakan
                 1.Ya                 2. Tidak
5.    Membersihkan peralatan peternakan dengan densifektan (sabun)
            1.Ya                 2. Tidak
6.    Mandi sehabis kerja
                 1.Ya                 2. Tidak
7.    Jika sakit flu, sakit kepala, batuk, panas hanya membeli obat di warung-warung saja
                 1.Ya                 2. Tidak
8.    Pakaian kerja ditinggalkan di tempat kerja
                 1.Ya                 2. Tidak
9.    Mencuci tangan sehabis bekerja dengan densifektan (sabun)
            1.Ya                 2. Tidak
10.         Menjaga kebersihan lingkungan peternakan
                 1.Ya                 2. Tidak
11.         Menggunakan masker saat bekerja
            1.Ya                 2. Tidak
12.         Menggunakan sepatu pada saat bekerja
            1.Ya                 2. Tidak
13.         Menggunakan Kaos tangan pada saat bekerja
            1.Ya                 2. Tidak
14.         Peralatan peternakan dalam kondisi bersih
                 1.Ya                 2. Tidak
15.         Menggunakan baju kerja pada saat bekerja
            1.Ya                 2. Tidak
16.         Menjaga kebersihan kandang ayam
            1.Ya                 2. Tidak










Tidak ada komentar: